;02

684 92 10
                                    

Focus: Mingyu







Setelah sedikit perdebatan, hasil pungut suara akhirnya sepakat membuka pintu yang ditutup bertumpuk-tumpuk meja dan kursi untuk Hansol bisa keluar.

"Sol, laporin semua yang lo liat ke walkie-talkie ini. Gue serius! S-e-m-u-a." Eunha menatap laki-laki itu tajam sebelum akhirnya menyerahkan sebuah walkie-talkie ke tangannya.

Eunha, Jiho, Wonwoo dan Seokmin yang berkumpul di dekat Hansol tengah berbicara sesuatu yang terlihat serius sambil menunggu pintu yang sedang dibuka. Setelah itu, Hansol pergi keluar tanpa menoleh ke belakang, kemudian pintu ditutup.

Mingyu yang melihat adegan tersebut cuma terkekeh pelan. Ayolah, semua ini pasti cuma bercandaan konyol, kan?
Laki-laki itu menyalakan ponselnya dan membuka aplikasi chatting, memeriksa ada tidaknya jawaban dari adik kembarnya.

Mingyu
P
P
Roa
Lo dimana?

Belum ada jawaban.

"Gyu, bantuin nutup pintu kantin!" seru Jungkook sambil melambaikan tangan ke arah Mingyu.

Yang disebut cuma bisa mendecak sambil berdiri dari duduknya. Berpaling ke belakang, matanya menangkap Eunwoo yang melamun.

"Woo, gue nitip hape ya. Sori buru-buru."

Setelah memberikan ponselnya, Mingyu bergegas membantu lelaki lainnya memblokir pintu dengan meja, kursi atau barang berat apapun yang ada. Meskipun laki-laki itu bingung kalau di luar memang ada bahaya, bagaimana Hansol bisa cepat-cepat masuk jika pintunya terhalang sepenuhnya?
Tapi Mingyu tetap mendorong barang-barang agar proses pemblokiran itu cepat selesai.

Sehabis itu, Mingyu kembali ke tempat duduknya setelah mendapatkan ponselnya dari Eunwoo dan mengucapkan terima kasih.

"Udah ada suara dari Hansol?" Tanya Eunwoo ke Eunha, keduanya duduk di meja seberang Mingyu.

"Katanya lantai 2 kosong. Ini Hansol mau ke lantai 3. Anak-anak pada kemana dah sampe kosong ini lantai 2?" gumam Jiho membalas pertanyaan Eunwoo.

"JANGAN ADA YANG BACOT, BIAR WALKIE-TALKIE NYA KEDENGERAN!" seruan Yuna membuat kantin langsung hening.

Eunha menyimpan benda tersebut diatas meja dan Mingyu cuma menopang dagunya malas di saat semua orang begitu penasaran sebenarnya apa yang terjadi. Tiba-tiba, handphone-nya bergetar.

Roa.kyung
Lapangan indoor sama anak-anak
Ini gangerti katanya jgn keluar

Mingyu menghembuskan nafas lega. Yang penting, laki-laki itu tau dimana posisinya.

"Di lantai 3 sinyalnya jelek."

Suara dari walkie-talkie terdengar jelas ke seisi kantin. Aura tegang kembali membuat ruangan itu terasa sesak.

"Lo belum ketemu sama orang lain, Sol?" adalah Chaeyoung yang membalas ucapan Hansol melalui walkie-talkie.

Mingyu yang secara tidak sadar ikut fokus menunggu respon jawaban tiba-tiba disikut Junhoe. Laki-laki bersurai coklat itu meminta izin duduk di samping Mingyu, dan sebelum dirinya mengiyakan pun Junhoe udah main duduk aja.

"Gue lebih setuju sama pendapat Jihoon." ucapnya, lagi-lagi secara tiba-tiba. "Menurut lu, siapa yang isengnya ampun-ampunan sampe berani buat begini?"

"Gengnya Chenle bisa jadi. Menurut gue, sih." Jaehyun ikut duduk di samping Mingyu.

"Bukannya Chenle kalo dipelototin Eunha aja mencicit?" Minghao terkekeh.

Sekarang meja kosong tempat Mingyu duduk dipenuhi junhoe, Jaehyun, Minghao dan Bambam. Sebenarnya, Mingyu sendiri sudah hilang jejak tentang apa yang mungkin terjadi di luar sana. Meskipun geng Chenle ataupun Dahyun sendiri memang tukang buat onar, laki-laki itu cukup yakin gak akan ada yang berani sejauh ini.

"Hansol lo dimanaaa." rengek Lisa yang mulai tidak sabar.

Kemudian datang jawaban dari Hansol, dengan sinyal walkie-talkie yang terputus-putus, "Shit, holy shit. Ini ada kanibalisme atau apa? Gue ngeliat dua orang lagi makan tubuh orang lain."

Seisi kantin langsung pecah, teriakan kaget dan takut bercampur jadi kebisingan yang membuat telinga sakit. Dari segala kemungkinan yang ada, tidak ada yang mengharapkan mendengar itu dari Hansol.

"Okay, gue mau ke arah lapangan indoor. Damn, baunya bikin gue mau muntah, huek."

Mingyu berdiri dari duduknya begitu mendengar lapangan indoor disebut. Dia menghampiri meja tempat benda komunikasi tersebut, tidak sempat memperhatikan Lisa yang menggeser tempat duduknya dengan wajah pucat karena takut.

"Sol, Roa bilang pintu lapangan indoor di blokir dari dalem."

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka yang berderit ngilu. Beberapa orang langsung mengalihkan pandangan ke arah pintu kantin, memastikan suara tersebut benar asalnya dari walkie-talkie.

"Lo bilang diblokir, Gyu?"

Pertanyaan Hansol yang jelas-jelas menuju ke Mingyu membuat jantung laki-laki itu entah kenapa berpacu lebih cepat. Tanpa menjawab apapun, Mingyu menunggu suara dari seberang sana dengan tangan yang basah karena keringat.

"Lapangan indoor, kosong."

apocalypse +97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang