;06

569 67 7
                                    

Chaeyeon dan Eunha mengambil matras olahraga yang ada di sudut lemari tempat Jiho menemukan tongkat kasti. Untungnya, ada 4 matras, lumayan. 2 untuk perempuan, 2 untuk laki-laki.

"Dempet-dempetan, ya! Jangan ada yang protes!" sahut Eunha, menyerahkan dua matras biru pada Donghyuk.

Akhirnya setelah pembagian tempat, mereka berbaring di jatah masing-masing. Udara yang dingin terasa menusuk kulit tanpa adanya selimut yang menutupi.

"Mau ada sistem jaga, gak? Kita gilir aja kalo mau," usul Yuna.

"Tapi aman, kan? Pintu sama jendela udah ditutup semua." Eunwoo mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan.

Junhoe bangkit dari duduknya. "Gaada salahnya kan, mencegah hal buruk terjadi?"

Mereka cepat-cepat menutup mata dan berharap bisa segera tidur setelah menggilir orang-orang yang akan berjaga. Masing-masing dari mereka menyalakan alarm di handphone dengan suara setengah, Hansol bilang zombie sangat mudah terpancing dengan suara.

Disaat semua orang tertidur, walkie-talkie yang disimpan di atas kursi tiba-tiba mengeluarkan suara berdesis, lampunya berkedip-kedip. Seseorang menjulurkan tangannya dan meraih benda tersebut.

"Halo? Hansol? Ini gue, Jeonghan!"

Laki-laki itu berbalik menatap teman-temannya yang tertidur pulas diatas matras.

"Parah, kantin nya ancur!"








...











"Bangun. Udah jam 6 nih." ucap Lisa sambil mematikan alarm Yuna, pemiliknya masih lelap di dunia mimpi. "Woi!"

Setelah semuanya bangun, Jaehyun dan Mina melipat matras dan menyimpannya ke tempat semula. Beberapa melakukan peregangan ringan, sementara lainnya mengeluh pegal dan lapar.

"Kita serius nih mau keluar?" tanya Minghao sambil melihat Jungkook membuka pintu. "Kenapa gak diem disini aja?"

Tidak ada yang setuju dengan usul Minghao. Pada akhirnya, laki-laki itu pasrah dan mengekor teman-temannya keluar.
Selain 1 zombie yang mereka temui di tangga, selebihnya lantai 2 kosong. Tujuan pertama mereka yaitu mengecek kantin, dengan harapan menemukan sisa murid yang memutuskan untuk diam di tempat tersebut. Ini juga berdasarkan permintaan Eunwoo.

Jiho mendorong pintu kantin yang lebar itu dengan satu tangan, lalu dia mundur ke pinggir. Satu, pintu kantin tidak diblokir. Dua, ruangan itu kosong dan keadaannya berantakkan. Kemana semua orang?

"Mau periksa masuk?" tawar Jaehyun sambil memutar tongkat kasti di genggamannya.

"Masuk aja, lah."

Mingyu, Jaehyun dan Jungkook yang berbekal tongkat kasti masuk duluan. Kantin benar-benar kosong, tidak ada satupun manusia.

"Mungkin mereka pada ngungsi di tempat lain?" Mina duduk diatas meja nomor 3.

"Bisa jadi," timpal Yugyeom. "Kita juga keluar aja. Gaada yang bisa diliat lagi."

Mereka membalik badan untuk segera keluar dari ruangan tersebut. Jiho menyipitkan matanya untuk memastikan ruangan itu benar-benar tidak berpenghuni baru setelah itu membalikkan badan, tidak sempat menangkap satu zombie yang meloncat untuk menerkam Mingyu.

"KIM MINGYU, AWAS!!" seru Lisa dengan suara serak.

Bukan cuma satu, melainkan 7 lainnya keluar dari bawah meja, belakang kasir, dari manapun. Posisi para zombie itu mengepung mereka di dalam kantin.

"LARI!"

Tanpa memikirkan apapun, semua langsung melarikan diri ke arah pintu kantin. Rasa takut yang begitu kuat membuat mereka hanya memikirkan keselamatan masing-masing. Persetan dengan seruan Junhoe atau tangisan Chaeyeon, yang lain tetap memacu kaki mereka untuk segera pergi dari ruangan tersebut.

13 orang berhasil keluar dari kantin, seragam berantakan dan nafas yang hampir habis. Donghyuk dan Jaehyun bersiap menutup pintu lebar ruangan tersebut, tapi Jiho menghentikan kegiatan mereka.

Yugyeom segera bergabung dengan 13 orang itu, menjatuhkan dirinya di lantai koridor yang dingin.

"TUTUP PINTUNYA, HO!"

"Gak! Lo pasti bisa, cepetan!" Jiho berseru seraya mengulurkan tangannya ke dalam.

Sebuah tongkat kasti terlempar mengenai tangan Jiho, membuat cewek itu meringis dan menarik tangannya keluar sebelum satu zombie meloncat dari samping untuk menerkam.

"Tutup pintunyaㅡ akh."

Chaeyoung menutup matanya saat tangan kiri laki-laki itu digigit. Sudah cukup, dia tidak bisa melihat lagi.

"Lo masih bisa! Ayo cepet! Jangan nyerah, please."

Kedua orang itu saling bertukar pandang, kemudian perempuan itu mengangguk paham. Mengerahkan tenaganya, Ia berlari ke arah pintu. Seokmin hampir merangsek maju untuk menarik sosoknya mendekat kalau saja dirinya tidak ditahan Jaehyun.

"Lompat kesini, sialan!" lirih Jiho penuh frustasi.

Alih-alih melompat keluar dari kantin, perempuan itu malah menarik bingkai pintu untuk menutupnya, membuat ke-14 orang itu berseru dan berusaha menggagalkan apa yang akan dilakukannya.

"Makasih udah mau jadi temen-temen gue." Perempuan itu tersenyum kemudian pintu ditutup, menghasilkan angin yang terasa seperti hembusan mimpi.

Jiho jatuh terduduk, wajahnya pias dan bibirnya bergetar.
Jungkook tahu dengan pasti bahwa rasa sedih akan tumbuh di hati mereka, begitu juga dengannya. Tapi suara geraman dari ujung lorong membuat cowok itu dengan sigap menyadarkan sisa teman-temannya.

"Disini gak aman. Ayo cepetan pindah." Jungkook menepuk bahu yang bisa dijangkaunya, Mingyu juga ikut membantu.

Pagi itu, para penghuni meja kantin nomor 3 berlari kearah kelas XI-B, berusaha menyelamatkan diri dari kiamat yang baru saja berlangsung.

Walaupun kali ini, rasanya aneh tanpa adanya kehadiran Chaeyeon, Minghao, juga Yuna.





_____

Halo, mafi disini!
Apa kabar semua? hehehe
Btw di versi revisi ini, aku ubah nama panggilan mereka jadi nama asli bukan stage name

Ada yang bingung?
Mau aku bikinin profile para pemain ga? comment ya <3

apocalypse +97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang