;prolog

1.3K 104 5
                                    

Suara bel yang nyaring memenuhi seisi sekolah. Murid-murid berhamburan keluar kelas, dengan segera menggantikan suara bel dengan kebisingan suara yang saling bertabrakan.

Park Chaeyoung mengangkat mukanya dari tangan saat sebuah tepukan mendarat pelan di bahunya.

"Chae buruan bangun, udah bel." Yuna menepuk bahu perempuan itu untuk kedua kalinya.

"Hmmm..."

Jemari Chaeyoung menyisir rambut coklatnya untuk merapikan helai-helai yang berantakan, lalu bangkit dengan gontai dari tempat duduk.
Hari ini pelajaran sejarah entah kenapa lebih membosankan dari biasanya. Gurunya Mr. Park juga sepertinya hangover, penjelasannya berantakan dan malesin.

Yuna harus menggandeng tangan Chaeyoung yang masih mengumpulkan nyawa untuk membawanya ke kantin. Duduk di meja nomor tiga, mereka bertemu Kim Jiho yang sudah duduk manis. Yuna langsung mengeluh tentang Chaeyoung yang berat karena perempuan yang masih lemas itu membebankan dirinya ke Yuna.

"Gue pesenin lemon tea ya, biar bangun," Jiho mencubit pipi Chaeyoung pelan. "Sadar woi, itu matanya dibuka."

"Iya iya! Pusing nih 'pala gue...." jawabnya sambil menopang dagu.

Eunha, Chaeyeon dan Mina ikut bergabung ke meja nomor tiga tidak lama kemudian. Saling bertukar sapa, mereka juga bertanya dimana para penghuni meja nomor tiga yang lain, karena kursi masih kosong dan suasana tidak seramai seperti biasa.

Tanpa disadari, Chaeyoung yang diam saja sudah hampir kembali ke dunia mimpi ketika tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh mukanya, membuat mata hitamnya melotot.

"Tuhkan, tidur lagi! Nih lemon tea, gue beliin beneran!"

Rose menggumamkan protes, walaupun minuman dingin pemberian Jiho tetap diminumnya.
Ketika gelas kacanya tinggal berisi es batu, para laki-laki akhirnya datang dan seketika membuat meja nomor tiga lebih ramai.

"Eh pacar lo teler tuh, Jun! Cipok biar bangun, cipok!" Yugyeom menyikut Junhoe sambil tertawa kencang.

"Sirik aja Gyeom, makanya cari pacar!" sindir Chaeyeon, membuat laki-laki itu mendapat sorakan dari semua orang.

"Yugyeom kan udah sama Bambam, Chaey, homoan."

"Enak aja lu! Gue jodoh sematinya Lisa lah!" bantah bambam sambil melempar sedotan pada Mingyu. "Oiya, Lilis gue mana? Tumben dia belom hadir."

Seisi meja heboh menimpali ucapan Bambam. Biasanya, Lisa suka nyempil diantara Eunha, Mina dan Chaeyeon. Kalau udah ketemu Bambam, pasti langsung cerewet tanya ini-itu. Maklumin aja, yang pacaran mah beda.

Setelah masalah itu diselesaikan dengan chat pada Lisa yang dikirim Mina, mereka kembali membicarakan hal lain, beberapa menimpali sementara yang lain memesan makanan. Meja nomor 3 memang yang paling ribut dan gak pernah kehabisan topik.

Junhoe baru saja bergeser untuk mendekat pada Chaeyoung yang ternyata masih mengantuk ketika tiba-tiba terdengar teriakan khas Lisa.

"CHAEYEON EUNHA KOK NINGGALIN!" seru Lisa sambil menggebrak meja.

"Yeeee apaan si Lis, biasa aja dong!" Seokmin balas sewot karena kini kuah bakso nya memiliki tambahan rasa jus alpukat.

"Hayooo tempramen." ledek Jungkook sambil menjauhkan gelas jus nya dari Seokmin.

Yang lain ikut meledek dan protes sementara Eunha meminta maaf. Akhirnya perempuan itu cuma bisa cemberut dan duduk di tempat sempit antara Bambam dan Yugyeom.

"Lo dari mana emangnya? Padahal tadi Mina udah kirim chat." Tanya Jiho.

"Gue ketiduran di lab. Tau kan gue semales apa kalo tentang lab. Abis dibangunin Roa baru deh, gue langsung buru-buru kesini." dengus Lisa. "Eh tau ga tadiㅡ"

Ucapan perempuan itu terhenti saat Bambam menyodorkan air putih dan menyuruhnya untuk minum dulu setelah bangun tidur. Lisa langsung mencubit pacarnya gemas kemudian minum, lupa untuk melanjutkan ocehannya.

"Terus sekarang kembarannya Mingyu mana? Kok gak bareng?" tanya Donghyuk yang daritadi cuma mendengarkan.

Tapi Lisa terlalu sibuk bermesraan dengan Bambam, dan posisi Donghyuk yang lumayan jauh tidak terdengar. Sambil menepuk punggung Donghyuk dengan penuh simpati, Mingyu membuka ponselnya untuk memastikan posisi kembarannya, Minkyung atau kini lebih sering dipanggil Roa. Perempuan itu bilang panggilannya diberikan senior cheerleader, bahkan dijadikan nama punggungnya.

"AAAAAAAAAAAA!"

Perhatian sesisi kantin langsung berpusat ke arah pintu kantin yang lengang. Suara teriakan yang berasal dari koridor itu juga berhasil membuat penghuni meja nomor tiga yang bergelar paling ribut diam seketika.
Hampir 30 detik seisi kantin masih kebingungan, aura tegang tiba-tiba memenuhi udara, membuat sesak ruangan kantin yang luas.
Tapi setelah itu, tidak ada kejadian aneh lainnya. Layaknya ulat merayap, ruangan itu dengan perlahan kembali ramai seperti semula, tapi itu tidak bertahan lama.

Suara pintu kantin yang beradu dengan dinding membuat semua orang lagi-lagi mengalihkan perhatian ke tempat itu, kini menatap seorang perempuan berambut coklat muda yang nafasnya tidak beraturan.

"Lari! Adaㅡ KYAAAAAAAK!!!!"

Kakinya yang ditarik membuat perempuan itu terjatuh, kepalanya terbentur lantai dan menghilangkan kesadarannya sementara badannya ditarik ke belakang dinding, menyembunyikannya dari pandangan.




























Apocalypse

"Hidup cuma punya dua pilihan.
Untuk bertahan, atau mati."

97L

©heavenlymomo, 2O17








apocalypse +97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang