Cepetan kedepan, aku udah di parkiran. Senyum yang tergores dipipi dilanjut dengan ia yang berdiri dan meminta ijin pada teman satu kelompoknya yang sedang mengerjakan tugas untuk pulang terlebih dahulu tanpa sempat ia membalas chatt yang Arga kirim padanya. Dengan berlari kecil salsa tersenyum pada sosok yang telah menunggunya sedari tadi. Dengan mencoba menutupi wajahnya, salsa berharap tak ada yang melihatnya dengan Arga, karena mereka masih di lingkup kampus.
Salsa: “kita mau kemana ga?"
Arga: “ga tau, jalan aja dulu”
Ia hanya menganguk tanpa bertanya kembali. Dijalan Arga sesekali melirik ke spion, mencoba mengintip gadis yang ia bawa kini. Seolah mengerti bahwa gadis yang kini berada dibelakangnya tengah menutupi sebagian tubuhnya karena sengatan sang surya yang tengah berada di titik tertingginya, Arga menghentikan motornya dan turun yang membuat salsa sendiri bingung.
Salsa: “kenapa? Kok berenti?”, tanpa dirasa harus menjawab pertanyaan cewe yang sekarang masih duduk manis di motor, Arga langsung melepaskan hoody hitam kesayangannya lalu mengarahkan hoody itu pada Salsa.
Arga:”pake!”.
masih dengan bingung salsa mencoba menjawab perintah itu, Salsa:”tapi aku—“ belum sempat ia menuntaskan kalimatnya, tangan arga telah mendahului untuk segera memakaikan hoodynya. Salsa yang tau hanya bisa mengulurkan tangan kanan yang di lanjutkan dengan tangan kirinya yang masuk memakai hoody Arga.Arga:”kamu kepanasan kan?”
Salsa:”iya, tapi ga perlu jaket juga ko”
Arga:”ga usah bawel, udah di pake ini”, sembari mencubit pipi salsa yang sungguh menggemaskan dan dilanjut dengan naik motor yang berwarna hitam itu.
Salsa:”tapi kamu yang jadi kepanasan sekarang”,Arga tak berniat untuk menjawab atau menanggapi cewe tersebut. Ia justru menambah kecepatan motornya, kondisi jok belakang Salsa yang jauh lebih tinggi dibanding dengan Arga yang di depan membuat salsa sontak kaget dan tanpa sadar memeluk erat Arga karena takut jatuh. Lumayan lama ia dibawa ngebut oleh Arga, sampai akhirnya ia sampai di depan sebuah cafe. Salsa turun dari motor yang dilanjut oleh Arga, Arga kemudian melepaskan helm yang salsa pake tadi.
Arga:”makan dulu, ntar baru jalan lagi, kamu belum makan kan?” Salsa hanya menggeleng membenarkan apa yang barusan Arga bilang. Dengan lembut Arga hanya mengusap ujung kepala Salsa yang dari tadi membuatnya gemas.
Arga:”emang kebiasaan, susah banget kalo buat makan, ini udah lewat jam makan siang, dan kamu pasti belum juga sarapan kan?” Salsa hanya diam tanpa menjawab pertanyaan cowo yang berada didepannya.
Arga yang melihat cewe didepannya kemudian tersenyum hangat dan menggenggam erat tangannya. Ia membawa gadis itu masuk dan duduk di salah satu pojok cafe yang ternyata cukup sepi. Ia kemudian memesan makan untuk dua orang, tak banyak yang mereka bicarakan, hanya obrolan ringan yang sesekali diselingi tawa kecil dari keduanya. Setelah dirasa cukup memberi waktu untuk beristirahat menurunkan makanan yang baru saja mereka habiskan, keduanya kemudian melanjutkan berjalan kearah luar cafe menuju motor hitam yang tadi mereka tumpangi. Dengan sisi romantis yang Arga tak pernah tunjukan pada siapapun selain Salsa yang kini selalu menghiasi harinya dengan penuh kebahagiaan. Ia lalu memakaikan helm ke kepala kecil gadis itu.
Sama seperti biasanya Arga selalu membawa motor kesayangannya dengan laju kencang. Menambah sisi badboy yang ada pada dirinya mencuat. Namun bagi Salsa apapun yang Arga lakukan tak pernah ia permasalahkan. Salsa hanya ingin menuntunnya secara perlahan menuju jalur yang seharusnya. Cukup lama perjalanan yang mereka lewati sejak dari cafe tadi. Ada kira kira 4 jam mereka lalui, dengan sesekali beristirahat di pinggir jalan. Sesampainya di sana, di tempat yang tak pernah Salsa bayangkan akan disini bersama cowo yang selama ini mejadi pusat perhatiannya. Desir ombak, angin yang berhembus, serta birunya air yang membuat Salsa melongo sejenak. Mensyukuri ciptaan Tuhan yang maha indah. Tanpa berlama lama Arga, lagi lagi menggandeng Salsa dan menuntunnya untuk duduk di ayunan yang tertutupi pohon.
Salsa:”kamu sering kesini ga?”
Arga:”engga juga”, ia tersenyum dan menatap gadis yang kini disampingnya.Suasana sore yang didukung sunset sebagai tokoh utama menambah sisi romantis kian terpancar dari sosok Arga, yang membuat Salsa makin meleleh dibuatnya. Gadis itu hanya mampu mencuri curi waktu untuk menatap Arga agar cowok disampingnya tersebut tak menyadari. Namun bukan Arga namanya jika hal semudah itu tak bisa ia rasakan.
Arga:” kalo mau liat, ga usah curi curi kali” dengan senyum terkekeh mendapati Salsa yang sedari tadi melakukan hal itu.
Salsa:”siapa yang nyuri nyuri” ia kini memusatkan pandangannya ke laut lepas.
Sambil mencubit pipi salsa gemas Arga:”ga usah boong, merah gitu juga mukanya”.
Salsa hanya merintih sedikit, meskipun sebenarnya tidak sakit sama sekali. Salsa:” au, sakit ga, ntar pipi aku tambah ngembang”
Arga:”biarin, kan jadi tambah lucu”
Salsa:”kamu mah”, ia hanya mampu merajuk kecil dengan berusaha memukul bahu Arga tanpa berusaha sekuat tenaga.
Arga:”Sa”
Salsa:”yaa?” ia hanya menoleh pada sosok yang baru saja memanggilnya.
Arga:”kamu tau kan kalo jalan yang kita ambil ga bakal lacar”
Salsa:”aha” jawabnya enteng dengan diselingi ayunan kaki di pasir
Arga:”gapapa kalo bakal ribet?” Arga memastikn
Salsa:”gapapa” ia melemparkan senyum manis pada cowo yang kini tengah khawatir itu, terlihat dari raut muka yang sedari tadi berubah saat membuka percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau, dan Dia
Teen FictionBrafistian Argantara, cowo yang selalu menjadi fokus utama Salsabila Nur Elina. Meskipun waktu yang tak pernah tepat untuk keduanya, namun...