Beberapa bulan telah berlalu, namun keadaannya masih sama Salsa dan Arga masih tetap diam dan merasa tak ada apapun di antara mereka saat di depan Nata juga di depan anak kelas. Anna masih setia mendengar segala cerita yang Salsa beri padanya tentang cowo itu, dengan sesekali Anna berteriak dan marah karena tingkah sahabatnya itu.
Karena tahun ajaran baru yang sebentar lagi di mulai. Salsa yang notabennya adalah mahasiswa yang cukup aktif di kepanitiaan dan organisasi kini tengah sibuk mempersiapkan ospek. Ia yang di tunjuk sebagai pendamping maba kini selalu ada di lingkup kampus bahkan hingga tengah malam, meskipun itu masih waktu libur bagi sebagian mahasiswa.
Berbeda dengan Arga yang hanya mau untuk mengikuti kegiatan yang ia sukai, yaitu futsal. Arga memang tak suka berorganisasi, baginya tak sesuai dengan jiwanya jika selalu diperintah ini itu. Bahkan untuk menjadi pengurus dari team futsal pun ia enggan. Ia hanya ingin bermain tanpa perlu berpikir yang aneh aneh.
Kini Salsa harus merelakan beberapa harinya tanpa melihat Arga, ia harus bersedia ke luar kota karena acara ospek kini tidak lagi diadakan dilingkup kampus. Disaat itu pula Arga sibuk dengan pertandingan futsalnya. beberapa hari mereka lalui dengan sesekali mengobrol dibatas telfon. Semua baik baik saja meskipun Salsa sungguh sibuk, hingga hampir ia tak sempat lagi membalas chatt Arga, namun ia tetap berusaha sebisa mungkin untuk membalasnya. Meskipun jedanya sangat panjang.
Di malam puncak kegiatan, api unggun telah berkobar. Menghangatkan tubuh setiap insan yang melingkar padanya. Dering handphone salsa mencoba menggoda anak itu untuk segera melihat kearah layar. Berpuluh chatt dari Arga dengan bahasa yang salsa tahu bahwa Arga kini tidak baik baik saja. Ia kini tengah marah, entah apa penyebabnya. Ia mencoba menelfon Arga untuk memastikan keadaan yang tak bisa ia lihat sekarang. Suara jawaban yang terdengar seperti orang yang abis minum minuman, membuat ocehan Arga begitu kasar padanya. Meskipun merasa sungguh sakit mendengar sosok di balik telfon itu menghujatnya dengan berbagai kata kata yang sungguh sangat tak pantas bila di dengar, namun salsa berusaha sebisa mungkin untuk tetap tenang, meskipun sebenarnya bulir bening telah mengalir di wajahnya. Suaranya pun mulai bergetar. Namun ia masih mencoba menenangkan Arga yang masih tak sadar dengan apa yang ia lakukan.
Sambungan telfonpun akhirnya terputus, Ia kini mengirim berpuluh balasan, mencoba menenangkan Arga dan menjelaskan situasi yang kini ia hadapi, hingga tak bisa menghampiri cowo itu sekarang. Salsa yang sudah tahu sisi paling buruk Arga, namun sama sekali tak ada niatan untuk mundur dari hubungan mereka. Minum dan mabuk telah menjadi kebiasaan Arga yang telah lama Salsa tau. Bukan hanya itu, Salsa pun tahu kebiasaan yang lebih buruk dari itu. Namun bagi Salsa, Arga hanya sosok yang kurang perhatian dari orang tua dan melampiaskannya pada hal buruk semacam itu.
Malam itu tak berujung baik bagi keduanya, tak ada satu pesanpun yang Arga balas. ‘read’ hanya itu yag ada di layar hp Salsa, menyimbolkan bahwa semua pesan yang Salsa kirim telah dibaca Arga sepenuhnya. Namun tetap tak ada balasan sama sekali. Salsa mencoba kembali mengirim beberapa pesan.
Kamu baik baik aja kan disana?Kenapa chatt nya typo semua ga?
Kamu udah tidur ya?
Ga?
Ga?
Arga?
Maaf ya kalo selalu salah di mata kamu. Ga pernah bener dimata kamu. Selalu bikin kamu marah. Maaf banget ga.
Aku tau kamu ga akan maafin aku, tapi gapapa ga, aku selalu dukung dan selalu ada di belakang kamu, meskipun kamu berkali kali ngusir aku. Aku cukup seneng pas liat kamu senyum.
Arga, udah tidur ya?
Ga?
Arga, ini hp aku tinggal 5%, terminalnya lagi full, ga bisa ngecas.
Ntar aku hubungi kamu lagi, ini aku belum bisa tidur mikirin kondisi kamu disana. Kamu jaga diri ya. Jangan kaya tadi. Baik baik yaa.
Malam yang seharusnya menjadi hangat karena api unggun yang kian malam kian membakar semangat para mata yang memandang. Canda tawa tumpah di sana, tak ada batasan panitia dan peserta kini, semua berkumpul, berbagi lelah namun dengan senyum dan tawa yang selalu terpancar. Berbeda dengan Salsa yang kala itu merasakan dingin yang sungguh menusuk meskipun ia masih duduk di depan api penghangat dan bergaul dengan keriuhan yang lain. Kini ia memilih untuk berada di ruang p3k untuk menemukan kembali ketenangan. Di ruang p3k memang tengah sepi, dipikiran Salsa hanya ada Arga yang selalu membayang tanpa henti.
Jarum jam terus berputar, ia kini menunjuk pukul 02:00 pagi, kegiatan api unggun dan pentas seni sudah sedari 2 jam lalu berakhir, namun Salsa masih belum bisa tidur karena perkataan Arga malam tadi. Hpnya pun kini baru bisa di cas. Masih terekam dengan jelas bagaimana sosok yang selama ini melempar senyum hangat sembari mengelus ujung kepalanya berubah 180derajat . ia menghina habis habisan gadis berambut panjang itu. Tanpa mencoba menahan rasa kantuk yang kini menyerangnya, kini ia tertidur dengan berjuta rasa masih menggantung dihatinya.
Pukul 04:00 pagi matanya telah memeriksa hp yang kini tengah ia genggam. Ia mencoba meneliti apakah ada balasan dari Arga, tapi nihil. Kembali mencoba meneliti, berharap terselip di balik chatt yang lain. Namun itu justru tambah membuat hatinya sesak, karena benar benar tak ada balasan. Ia mencoba kembali mengirim beberapa pesan tanpa berharap ada balasan. Karena ia tahu di jam segini pastilah Arga masih tertidur pulas.
Ga, maaf baru bisa ngbarin, ini hp aku baru selesai di casGa kamu gapapa kan
Maaf ya buat tadi malem, mungkin emang aku yang terlalu sibuk
Ga, ntar kalo udah bangun kabarin aku ya.
Jaga kesehatan kamu disana selagi aku disini,
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau, dan Dia
Teen FictionBrafistian Argantara, cowo yang selalu menjadi fokus utama Salsabila Nur Elina. Meskipun waktu yang tak pernah tepat untuk keduanya, namun...