Selayaknya Surat, Ini Pembukaannya

2.5K 135 26
                                    

Ditengah keramaian lorong, tampak dua orang pemuda tengah asik bercengkrama.

"Ya jadi gitu deh, Di. Udah saatnya putus,"lirih Karel pada teman disebelahnya.

Pemuda yang dipanggil Di itu tersenyum miring dan menepuk pundak temannya, "Sabar ya, Rel. Gue yakin lo bakal dapet yang lebih baik dari Gina."

"Thanks, Di. Btw, lo udah denger belom soal gosip terbaru sekolah kita?"tanya Karel mengganti topik.

Aldi mengangkat bahunya, "Gue nggak terlalu ngikutin. Ada apaan?"

"Primadona sekolah kita bakalan pindah katanya,"ucap Karel.

"Salsha dari kelas IPS 3?"tanya Aldi disambut dengan anggukkan singkat.

"Pantesan anak-anak pada ribut setengah mati,"gumam Aldi pelan.

Karel mengangkat alisnya, "Yoi. Katanya sih, dia mau sakit. Makanya mau berobat di luar negri."

"Hmm. Sakit apaan, sampe harus dirawat di luar?"tanya Aldi penasaran pada cewek yang sering disebut sebut teman teman sekelasnya.

"Mana gue tahu lah, Bro. Kalau mau tahu jelas mah, tanya aja sama cewek cewek,"jawab Karel setengah terkekeh.

"Eh, tapi tumben banget lo kepo? Biasanya lo cuek aja?"tanya Karel beberapa saat setelah dia berucap.

Aldi menegakkan badannya, "Ya...kepo aja. Gue sama dia kan sempet sebangku."

"Iya ya. Kalo nggak salah, kalian satu SMP kan?"tanya Karel lagi.

Aldi hanya mengangkat alisnya mengiyakan. Suasana antar dua sahabat itu hening sementara sampai akhirnya bel sekolah memecah keheningan.

***********

"Udahan yuk. Capek gue,"ucap Karel seraya mengelap keningnya yang basah karena keringat.

"Yee! Cemen lo,"ledek Aldi mencemooh. Padahal dirinya sendiri juga sudah penuh dengan keringat. Dilemparkannya bola basket ditangannya ke arah keranjang di pojok.

"Bodo amat."

Kedua sahabat itu sama sama diam, mengambil napas sejenak setelah letih berlatih basket. Beberapa menit diam, Karel membuka suara.

"Eh, lo masih kepo soal yang tadi siang nggak?"tanya Karel sambil menyenggol Aldi.

"Apaan?"

"Soal Salsha pindah."

"Oh itu. Lumayan sih, kenapa emangnya?"tanya Aldi sambil menegakkan posisi duduknya. Terlihat dari gesturnya, ia tertarik.

"Jadi gue denger dari cewek cewek, dia pindah ke Singapura buat operasi jantung."

"Emang si doi sakit jantung? Anaknya pendiem sih,"ucap Aldi heran. Memang di ingatannya, gadis cantik itu lebih sering diam.

Karel menjitak kepala sahabatnya itu, "Heh, dongo! Apa hubungannya sakit jantung ama pendiem?"

"Nggak tahu sih. Tapi kan kalo di pelem pelem gitu. Kebanyakan anak pendiem itu punya penyakit."

"Korban drama lo, Njeng!"

******

Keesokan harinya, Aldi menatap lokernya dengan heran. Diletakannya hoodie dan tasnya, kemudian meraih benda asing yang membuat keningnya berkerut.

"Hoi, Bro! Apaan tuh?"sapa Karel begitu mendapati sahabatnya tengah terbengong dengan toples ditangannya.

Aldi mengangkat bahu, "Nggak tahu. Pas gue buka loker, udah ada."

"Emang bukan punya lo?"tanya Karel yang dibalas dengan tatapan sinis Aldi.

"Kalo ini punya gue, ngapain gue heran dongo."

"Yaudah sih, tinggal buka aja kok susah,"celetuk Karel santai.

"Heh! Kalo punya orang gimana?"cegah Aldi.

"Ya makanya dibuka, biar tahu punya siapa. Sini ah!"sergah Karel seraya merampas toples ditangan Aldi.

Dibukanya toples berwarna kuning itu dan mengintip isinya. Ada tumpukan amplop berwarna warni, membuatnya terkekeh.

"Kayaknya, ini surat cinta buat lo deh,"goda Karel sambil mengembalikan pada Aldi.

"Ya kalo emang surat begituan, ngapain ditoplesin dan....kenapa banyak beud?"tanya Aldi tak terima.

"Mana gue tahu. Liat aja sendiri. Udah ah, gue belom ngerjain PR nih! Cabut dulu ye!"pamit Karel seraya meninggalkan Aldi.

Sepeninggal Karel, Aldi memutuskan untuk mengambil sepucuk surat dari toples itu. Benar saja, di amplop ada tertulis namanya.

Masa iya surat cinta sih? Males beud hal ginian,Batin Aldi.

Ia baru saja ingin mengabaikan toples itu ketika menangkap satu nama tertera di atasnya.

Dari: Salshabilla Adriani.

Kegiatannya terganggu dengan bunyi bel masuk. Dengan cepat, ia memasukkan toples tersebut ke dalam tasnya dan menuju kelas.

***********

"Eh Di, hari ini latihan lagi yuk!"ajak Karel begitu bel pulang berbunyi. (A/N: Oke ini gue ngakak sih. Baru aja masuk, udah pulang aje.)

"Sori, gue ada urusan Bro. Duluan!"teriak Aldi sambil buru buru meninggalkan kelas.

Belum sempat Karel mengejarnya, Aldi sudah di lokernya, mengambil tas hitam miliknya dan berlari ke parkiran.

Ia terlalu kepo denga toples di tasnya.

*******

"Aldi, tumben pulang cepet. Nggak latihan basket?"tanya Melina begitu melihat putra tunggalnya tengah melepas sepatu.

"Iya. Hari ini males,"jawab Aldi singkat. Tanpa mendengar perkataan Melina lagi, Aldi langsung melesat ke atas tangga disusul dengan suara bantingan pintu.

"Ck. Aneh anak itu,"gerutu Melina sambil kembali ke dapur.

Begitu di kamarnya, Aldi langsung membuka tasnya dan meraih toples tadi. Ditumpahkannya semua isinya. Dahinya berkerut begitu melihat ada sebuah amplop yang ukurannya lebih besar. Dibukanya amplop besar itu dengan tak sabaran.

Untuk Aldi.

Di dalam toples ini, ada 90 surat. 91 tambah surat ini. Semua surat ini berisi perasaan gue. Gue harap, lo mau baca semuanya satu persatu.

Setulus tulusnya,

Salshabilla Adriani,

Cewek yang (mungkin) lo kenal.

.

.

.

.

Yak!

Cerita ini bakal beda dari biasa.

Tiap partnya bakal super pendek.

Semoga kalian suka ya. Jangan lupa vote and comment!

Lofyuuu!!!

#RamaikanGTWMLL

 Love Letters [AM X SA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang