Guru Killer

35 10 5
                                    

Terima kasih buat salah satu pembaca setia wattpad udah memberikan ide berlian. Supaya saya bisa membuat bagian ini.

***
" Teng, teng, teng." Hal paling membosankan saat mendengarnya.
Apalagi guru yang masuk itu, ibu guru yang... Ah sudahlah. Baru jalan di koridor kelas ujung aja, suaranya udah kedengeran sampai kelasku. Bayangin 6 kelas berturut-turut mendengarkan suaranya. Ya Allah, suaranya itu lebih merdu dari rengekkan adik bayi imutku. Intinya ampun dah dengarnya.

"Havana oh na..na," kudengarkan lagu dengan menggunakan headset dari musik playerku. Tiba-tiba.

"Heee... ini sampah berserakan dimana-mana hee!. Murid isinya perempuan rata-rata tapi pemalas semua. Kuoprohe," teriakan guruku yang mengagetkanku.

Ampun bu aku padahal pakai headset dengan volume lumayan keras, tapi suara ibu sampai masuk ke lorong gendang telingaku. Akhirnya, murid yang piket dengan gontai menyeret kakinya untuk menuju sumber suara. Haha, ya suara guruku. Guru paling killer kedua dari leader killer teacher.

Kalian tahu kan? Killer disini artinya apa? Jawab hayo. Kalau sudah tau, bagus deh. Nih, ya guru killer yang paling ter.. ter. Ya, itulah. Kita salah sedikit saja. Hukuman melayang. Kita gak ngerjain pr. Ya, hukuman lagi. Terus begitu. Tapi sebenarnya aku sadar kalau itu salah. Jadi, gak diulangi lagi.

Yang paling bikin sakit gak berdarah itu, saat disuruh sama guru killer. Ngerjain tugasnya, dan kalau nolak. Ancamannya dinilai. Ya Allah ujian hambamu begitu besar sekali. Dikit-dikit nyuruh. Dikit-dikit komen. Dengernya juga bosan kali.

Tapi dibalik itu semua. Guru-guru yang aku maksud di atas sebenarnya baik banget. Beliau ingin kita menjadi generasi muda yang gak bakalan hanya jadi sampah masyarakat. Tetapi menjadi pemuda yang bisa membuat Indonesia selalu merdeka dan maju. Bahkan, bisa menjadi tauladan bagi pemuda lainnya.

Semua guru itu punya maksud dan tujuan yang baik. Baik untuk siswa siswinya karena beliau seorang pengajar. Mendidik, membimbing, dan menuntun kita untuk menjadi fisabilillah di jalan Allah.

Aku bangga memiliki guru seperti beliau. Tidak ada henti-hentinya menasehati kita untuk berbuat kebaikan, taat aturan, tertib, dan tidak suka menentang perintahnya. Tanpa adanya guru kita tidak akan mengerti apa itu ilmu. Orang tua juga guru kita di rumah. Bahkan, pengalamanpun adalah guru yang paling berharga. Jadi, guru itu wajib, kudu, harus kita buat bangga. Jangan sekali-kali mengecewakannya. Sekalipun guru itu killer atau apakah. Intinya kita nurut aturannya. Aman dah hidup itu. Adem, tentram, damai gitu.

                                  ***
Maaf ya, kata-katanya sedikit banget. Tapi ada maksud terselubung di sini.  Heheh, buat guruku aku khilaf. Ini cuma sekedar sharing cerita hari-hari yang aku dan kawan-kawan rasain. Ok. Kalau ada waktu bakalan lanjut update. Selamat membaca karya abal-abal dariku.  Salam bahasa✌

SharingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang