"jam 4 sore ya"
setelah beberapa jam yang lalu Mark menerima telfon itu ia pun bergegas ke tujuan.
Ia duduk dimeja nomer 4.
"Yer, aku ngga ada apa-apa sama Somi"
"bukan cuma itu Mark, aku capek belakangan ini kamu lebih sering sama temen kamu. aku? hhh~" Yeri menghela nafas kasar.
"kadang aku ngerasa aku ini ga lebih kaya temen masa kecil kamu"
hening.
"maafin aku"
"aku capek gini terus..."
Mark cuma diam, tak berani menatap Yeri.
"...kita udahan aja, Mark. maafin aku selama ini"
Mark mengacak rambutnya gusar, sudah 10 menit ia menunggu.
ya, Yeri lah yang mengajaknya bertemu entah dalam hal apa.
"udah lama, Mark?"
Mark mendongak kearah sumber suara. ia tak dapat menahan kebahagiaannya saat ini.
Yeri—sumber suara tadi—duduk didepan Mark, ia tersenyum simpul.
"nggak lama kok"
hening setelahnya.
"Mark, kamu masih mau jadi song-writer 'kan?"
entah harus bahagia atau malah sedih—karena mengingat masa lalu.
Mark mengangguk.
"aku harap kamu kejar terus sampai lulus, sampai kamu benar-benar jadi apa yang kamu mau—" Yeri menggapai tangan Mark yang sedaritadi diatas meja—mengelusnya pelan.
ini yang Mark rindukan juga, sentuhan hangat ini.
"—dan walaupun tanpa aku yang dulu bilang bakal jadi cheerleader kamu. soalnya aku— aku... mau ke Amerika, aku kuliah di Harvard. moga kamu baik-baik disini. tolong, lupain aku".
i think it's better for me and you. but why this broke my heart?
_____________