Chapter 11 END

127 9 0
                                    

Hari Selasa...

Sudah dua hari, aku terus mencari saat yang tepat untuk menyerahkan surat dan sweter pada Kyuhyun oppa. Dari data-data yang kupunya, hari Selasa biasanya dia belajar di perpustakaan, hingga dia pulang agak terlambat. Selain di klub basket, Kyuhyun oppa juga banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan. Apalagi saat-saat mendekati kelulusan seperti ini.

Di perpustakaan itulah, aku berencana memberikan kedua benda ini padanya. Saat itu sekolah pasti sudah sepi. Setidaknya tidak akan banyak orang yang tahu.

Di bawah pohon besa, tempat favoritku, aku menunduk sambil mendekap kedua telapak tangan di depan dada.

"Tolonglah, Tuhan. Semoga semuanya berjalan lancar. Setidaknya kalau ditolak pun, semoga tidak terlalu sakit."

KRIIING!!

Dengan pelan aku meninggalkan pohon besar, kembali menuju kelas.

Di dalam kelas, aku tidak bisa duduk dengan tenang. Kegelisahan memenuhi benakku. Benar-benar tidak enak rasanya. Ketakutan, kegelisahaan, semuanya datang silih berganti. Kupikir saat bel pulang berbunyi, semuanya akan berakhir. Tapi... ternyata bahkan saat bel pulang berbunyi, perasaan-perasaan itu masih berkecamuk dalam benakku. Malah semakin parah.

Sempat terpikir olehku untuk membatalkan rencana ini. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk tetap melakukannya. Now or Never! Kataku dalam hati.

Ketika aku berjalan menuju perpustakaan, keadaan di sekolah sudah sepi. Di pintu perpustakaan, aku mengintip ke dalam. Oh, itu dia. Kyuhyun oppa ada di dalam, sedang membaca buku dengan serius.

"Baiklah, ini saatnya," gumamku menyemangati diri sendiri.

Aku sudah mengumpulkan keberanian salama satu tahun penuh. Ini saatnya mengeluarkannya!

Dengan langkah agak gemetar, aku menghampiri Kyuhyun oppa. Dia tampaknya belum menyadari kehadiranku. Namun, ketika aku berada agak dekat, dia mengangkat kepala dan memandangku.

"Eoh? Ri-ya?"

Saat itu rasanya aku tidak bisa memikiran apa-apa lagi. Aku hanya meletakkan tas di meja di hadapannya.

"Aku..."

Aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku. Tanpa sadar aku berbalik dan lari. Aku terus berlari hingga sampai di bawah pohon favoritku. Aku terduduk dan berusaha mengumpulkan napasku.

Bodoh sekali... bahkan di saat penting seperti itu keberanian yang sudah kukumpulkan satu tahun masih juga belum cukup.

Sekarang aku malah melarikan diri seperti anak kecil. Aku pun bangkit kembali.

"Apa aku harus kembali ke sana?" gumamku pelan.

Tidak... rasanya tidak. Aku sudah mempermalukan diriku hari ini. Kalaupun ditolak, lebih baik aku mendengarnya besok saja.

Aku berbalik. Perasaanku terasa teraduk-aduk. Rasanya ingin menangis... tapi tidak bisa. Song Yuri memang bodoh dan tidak bisa apa-apa. Hari ini aku sudah melakukan hal bodoh yang mungkin merusak semua hal indah yang telah kualami selama dua minggu ini. Tapi... aku tidak bolah menangis. Setidaknya aku akan berusaha...

Dengan lunglai, aku berjalan menuju gerbang sekolah.

"Jamkaman!"

Langkahku terhenti, rasanya kakiku terpaku ke tanah dan tidak bisa diangkat lagi.

Itu suara Kyuhyun oppa. Dia memanggilku dengan lantang. Pasti dia marah sekali. Pasti dia mengira aku mengambil kesempatan dengan menjadi manajer basket untuk mendekatinya.

Aku bisa merasakan Kyuhyun oppa sudah berdiri di belakangku. Tapi aku tidak berani menoleh dan menatapnya. Aku takut memandang wajahnya.

"Ri-ya..."

"Jamkaman! Sebelum oppa merusakan perkataan, aku harus mengatakan sesuatu! Aku tidak menjadi manajer untuk mendekati oppa. Mulanya memang begitu... tapi sekarang aku benar-benar suka menjadi manajer basket SMA Kyunghee. Tolong jangan pecat aku, ya!"

Entah kenapa, kalimat itu meluncur keluar dari mulutku begitu saja. Aku benar-benar tidak tahu harus bilang apa.

Suasana hening untuk beberapa saat. Jantungku rasanya sudah berhenti berdetak.

"Dasar bodoh. Yak, mengapa kau mengira aku ingin memecatmu?"

Kyuhyun oppa berhenti sebentar. "Kau sudah mengungkapkan perasaanmu padaku. Apa kau tidak ingin tahu perasaanku?"

Deg!

Tiba-tiba aku merasakan lengan Kyuhyun oppa memelukku dari belakang. Rasanya hangat dan nyaman. Tiba-tiba semua bebanku terasa lenyap. Tubuhku terasa ringan, pikiranku terasa sangat tenang.

"Sweter ini pas sekali, warnanya juga aku suka. Kelihatannya kau sudah mengenalku dengan sangat baik."
Aku melirik lengan Kyuhyun oppa yang kini terbalut sweter hujau.

"Oppa..."

"Tahukah kau? Aku juga sangat menyukaimu, Ri-ya. Aku juga sudah cukup lama menaruh perhatian padamu."

Dia kini memutar tubuhku hingga kami saling berhadapan.

"Selama ini aku sama kayak kamu. Aku hanya mengenalmu dari jauh. Aku hanya melihatmu sebagai teman Sung Rin yang manis dan lucu. Tapi, setelah aku menerima cokelat saat Valentine tahun lalu, aku mulai marasakan sesuatu yang khusus. Rasanya kau begitu bersinar dibandingkan yeoja-yeoja lain. Sejak saat itu, sedikit demi sedikit aku mulai mencari tahu tentang dirimu dari Sung Rin."

Aku memang pernah memberikan cokelat pada Kyuhyun oppa. Saat itu situasinya juga mirip sekarang, aku langsung berbalik dan lari saat dia menerima cokelatku. Saat itu aku tidak menyangka dia akan mengingatku, karena semuanya berlangsung begitu cepat.

"Sejak itu, kau selalu mendapat tempat khusus di hatiku. Hanya saja... kau tahukan, aku tidak begitu bisa mengungkapkan perasaanku. Lagi pula saat itu aku belum mengenalmu seperti sekarang. Maka aku tidak bisa langsung mendatangimu dan mengungkapkan perasaanku. Saat manajer kami pindah, aku berusaha membuatmu jadi manajer kami. Semua itu kulakukan... agar aku bisa lebih dekat denganmu."

"Mwo? Oppa sudah merencanakan semua ini. Jadi, Sung Rin dan Yesung oppa...?"

"Aku memang melibatkan mereka, tapi bukan berarti mereka tahu rencanaku. Kau tahu kan, mereka suka mencampuri urusan orang lain. Jadi kubilang saja pada Sung Rin bahwa klub kita membutuhkan manajer..." Kyuhyun oppa berhenti sebentar. "Selanjutnya kau sudah lebih tahu, kan?"

Aku tak menyangkan selama ini Kyuhyun oppa lah yang berusaha mencari cara mendekatiku.

"Mianhae... tapi aku benar-benar sulit untuk mengungkapkan perasaanku. Aku harus mengambil jalan ini."

"Aku... aku tidak peduli. Saat tahu oppa juga suka padaku, aku sudah tidak memikirkan apa-apa lagi."

"Hmm, yang kau lakukan hari ini memang lucu sekali. Berlari seperti tadi... tapi isi suratmu benar-benar menyentuh hatiku."

Wajahku merah padam menahan malu. "Setidaknya tidak ada yang melihatku melakukan hal tadi. Aku benar-benar malu, oppa. Untung hanya oppa yang melihat."

"Sebenarnya masih ada seorang lagi," katanya tiba-tiba.

Jantungku seakan berhenti berdetak.

"Yesung hyung ada di perpustakaan bersamaku. Dia tersenyum lebar sekali saat melihatmu lari."

"MWO!!! YESUNG OPPAAA!!!"

THE END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just For You [Complete] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang