(4)

55 15 15
                                    

Seusai menyelesaikan hukumannya Alona bergegas kembali ke kelas.
Untung saja jam pelajaran sedang kosong setelah istirahat beerlangsung.

Pak Seno--selaku guru pengampuh mata pelajaran Kimia berhalangan hadir karena sedang dinas keluar kota, entah untuk urusan apa. Namun sialnya, itu semua belum cukup membuat seisi kelas XI IPA 1 senang, karena tentunya Pak Seno tidak akan meninggalkan anak muridnya secara cuma-cuma. Setumpuk soal soal kimia sudah disiapkannya, dan itu wajib untuk dikerjakan.

"Tugas ya?" tanya Alona sesampainya di kelas, Sari yang ditanyai lantas mengangguk.
"Iya al. Banyak banget nih, buruan dikerjain"
"Gue liat punya lo ya" kata Alona memohon.
Gadis berkaca mata dihadapannya langsung mendongak, menatapnya tidak suka kemudian diikuti gelengan cepat beberapa detik setelahnya

"Garap sendiri!" tegas Sari.

"Sari, lo kan muslim yang bertaqwa ,yakan?" sari yang ditanyai begitu langsung mengangguk dengan cepat.
Faktanya, sari memang sangat sholehah, pintar pula. Meski tidak berhijab.
"Pernah denger hadist ngga?"
"Hadist apa dulu?" gadis berkaca mata itu justru balik bertanya, sampai sampai kegiatan mengerjakan tugasnya dihentikan sejenak.

"Apabila seseorang ditanya tentang ilmu lalu dia menyembunyikannya, maka kelak dia akan di cambuk dengan cambuk dari api neraka saat kiamat nanti." jelas Alona dengan suara yang dibuat seram.
"Lo ngga takut di cambuk?" lanjutnya kemudian. Alona sampai sampai menahan tawa ketika mendapati ekspresi Sari yang berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya, gadis itu nampak amat ketakutan.

"Mana ada orang yang ngga takut dicambuk, jawabannya pasti takut"

"Yaudah. Bagi dong. Lagipula, berbagi itu indah loh sar, Allah suka banget tuh sama orang yang suka berbagi" Sari menghela nafas sebal, namun akhirnya dia mengangguk membuat tawa puas tercetak jelas diwajah Alona

"Thankyu Sari, makin cantik deh" serunya sambil mencolek dagu Sari gemas.

"Iya, iya" seusai tuntas dengan urusannya bersama Sari, Alona segera berlalu menuju bangkunya.

"Eh Alona ,udah kelar nih hukumannya" sambut Dela
"Kalo belum kelar ngapain gue balik ke kelas." ketus Alona, lantas memungut tasnya yang tergeletak di atas meja, berniat mengambil buku catatatan kimianya.

"Ciee, dikasih minum sama si berondong" tatapan tajam Alona muncul seketika itu juga, yang langsung dijatuhkannya kepada si pemilik suara--Rani
"Tau dari mana lo?!"
"Anak kelas yang bilang Al, jelas semuanya pada tahu lah. Orang dia ngasihnya di tengah lapangan"

"Dia yang ngasih bukan gue yang minta." Alona berniat meluruskan, namun malah ditertawakan oleh dua sahabatnya. Membuat kedua alis tipisnya bertaut

"SIAPA JUGA YANG BILANG KALO LO YANG MINTA." sambar Dela dan Rani kompak, Alona sangat jengkel dengan kelakuan kedua sahabatnya itu.

Setelah mengambil buku kimianya Alona bergegas berlalu, namun pertanyaan Dela menahannya
"Al, tadi savero sama kak Tavino?" Langkah Alona terhenti saat itu juga, dia kembali berbalik menghadap dua sahabatnya
"Tau dari mana lagi? Temen kelas?" tebak Alona, namun kali ini Dela menggeleng
"Mau tau? Duduk dulu dong, sini.." titah Dela menepuk bangku kosong disebelahnya ,ya itu memang bangku Alona.

"Apa?" tanya Alona seusai mendaratkan pantatnya di kursi
"Tadi gue sama Dela papasan sama mereka berdua" Rani yang duduk dibelakangnya ikut menyahut.
"Mereka berdua kayaknya buru-buru banget, masuk ke ruang BK loh" lanjut Dela antusias.
"Ruang BK?" gadis bermata coklat itu menaikan kedua Alisnya,
"Iya. Omong omong, lo ngga ada niatan manfaatin Savero buat deketin kak Tavino lagi nih? Biar lo cepetan move on dari si Dito." ujar Dela, namun malah mendapat pelototan tajam dari Alona
"Gilaaa! Denger ya, gue tuh udah ngga suka sama kak Tavino." ucap Alona penuh penekanan.
Mendengar itu membuat Dela dan Rani saling melempar pandang
"Karena TOD beberapa minggu lalu?" tebak Rani, namun tidak mendapat jawaban dari Alona, gadis itu hanya diam, dan Rani simpulkan kalau jawabannya adalah 'IYA'.

Fate FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang