(7)

37 14 0
                                    



Seusai mengantar Alona, Savero kembali lagi ke rumah sakit.
Karena tidak mungkin jika Tavino harus menjaga tante Ema seorang diri. Kakak sepupunya pasti kelelahan.

"Assalamualaikum" ucap Savero lirih ketika memasuki ruangan. Tante Ema nampak sudah tertidur pulas, sedangkan Tavino nampak sedang memainkan ponselnya.

"Mana sate pesenan gue?" tembak Tavino ketika Savero sudah duduk disampingnya.
"Lah kapan lu pesen sate?" bingung Savero dengan kening berkerut
"Gue kan udah whatsapp lo. Lo ngga buka hape?" Savero menggeleng, lantas mengambil ponselnya didalam saku.
Jujur sedari tadi Savero memang tidak mengecek handphonenya.

Setelah mengecek whatsappnya, benar saja. Ada 10 spam chat dari Tavino disana.
"Sorry bro, gue gatau" ucap Savero dengan cengiran.
"Nyebelin lo." Tavino nampak kesal, lantas beranjak meninggalkan Savero.

"Mau kemana lo?"

"Cari makan." ketus Tavino

"Gue ikut" Tavino langsung menghentikan langkahnya, lantas memutar tubuhnya menghadap adik sepupunya itu

"Bunda mau sama siapa?"
"Minta suster buat jagain sebentar. Gue juga laper soalnya" Tavino diam sejenak, cowok itu sedang berfikir. Namun akhirnya dia setuju.

"Yaudah buru"

"Siap bos!"

***

Dua remaja itu sudah tiba di sebuah cafe dekat rumah sakit.
Keduanya lantas memesan makanan masing masing kepada seorang waiters.

"Mohon ditunggu pesananya" ucap sang waiters lantas berlalu pergi dan dijawab anggukan oleh keduanya.

"Eh kakak sepupu. Gue mau curhat nih, mau dengerin ngga?" ucap Savero. Tavino yang masih sibuk dengan ponselnya lantas menoleh "apa?"

Savero tersenyum puas, lantas bersiap untuk membuka suara.

"Kayaknya gue tertarik deh sama Alona."
Tavino hanya diam, matanya kembali fokus pada ponsel ditangannya, namun pendengarannya masih tertuju seratus persen pada cerita adik sepupunya itu.
"Lo setuju nggak kalo gue pacarin tuh cewe?"
Tavino masih menatap pada ponselnya, meski dia mendengar jelas kalau adik sepupunya sedang meminta pendapatnya.

"Eh congek! Lu dengerin gue ngomong nggak sih?" kesal Savero, namun lagi lagi Tavino hanya diam.

"Allahuakbar! Lo minta gue pites ya?" Savero tak kunjung henti mengoceh.

"Berisik banget sih lo" ketus Tavino.
"Mau lo pacarin, mau lo apain juga itu terserah lo. Kenapa tanya ke gue" lanjutnya tak acuh. Meski yang sedang diajak bicara ada dihadapannya ,tapi matanya masih fokus pada layar handphonenya.

Hening sejenak, Savero tidak menyahuti perkataan Tavino.

"Lo hapus pesan Alona buat gue? Untuk apa?"

Deg.

Tavino spontan mendongak menatap cowok dihadapannya.
"Itu hukuman buat lo karena rusuh dikamar gue."
Savero menyipitkan matanya "ga masuk akal banget alesan lo. Lo suka sama Alona?" tudingnya yang langsung mengundang tatapan tajam dari Tavino.
"Kalo ngomong yang bener lo. Hati gue udah ada yang punya!" bantah Tavino.

Hening--susana nampak panas, keduanya sama sama memberikan tatapan tajam. Sampai akhirnya..

"Ahahaaha, gue bercanda kali" Savero tergelak puas. Kakak sepupunya itu memang sangat mudah terpancing suasana.

Sampai seorang waiters akhirnya datang membawa pesanan mereka
"Ini pesanannya mas, silahkan dinikmati"
"Makasih mba" ucap Savero ramah. Berbeda dengan Tavino yang nampak masih kesal karena ulah adik sepupunya.

Fate FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang