(14)

39 5 1
                                    

Alona turun dari mobil, menyusul Miko yang sudah keluar lebih dulu. Masih sama seperti saat di perjalanan tadi, Alona hanya diam mengabaikan abangnya. Kini, earphone putih sudah terpasang di kedua telinganya, suara milik khalid yang menyanyikan lagu young dumb and broke mengalihkan segala macam suara disekelilingnya.

Miko hanya dapat geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya. Saat sedang merajuk seperti ini, gadis yang lahir beberapa tahun setelahnya itu memang sangat menyebalkan.

Miko memutuskan untuk diam. Membiarkan Alona berjalan mengekor di belakangnya.
Sedangkan Alona. Meski dengan sikap yang seolah acuh, namun sebenarnya dia sedang bingung, kenapa Miko mengajaknya ke rumah sakit pagi-pagi begini, siapa yang sakit.

"Alonaa.." Miko menoleh, memanggil gadis yang asik manggut manggut mengikuti alunan musik dibalik earphone ditelinganya itu. Alona sama sekali tidak merespon, membalas tatapan Miko saja tidak, matanya sibuk menatap iseng kesekeliling.

"Alona.." Panggil Miko sekali lagi. Namun tetap saja tidak mendapat respon. Miko memutuskan untuk menghentikan langkahnya. Kedua tangannya menahan bahu Alona, mengundang decakan sebal dari gadis itu.

"Apaan sih bang!" Kesalnya. Cowok berperawakan tinggi besar itu hanya bisa menghela nafas sabar. Mau marah pun percuma.

"Bisa lepas earphonenya? Sopan dikit dong Al" raut wajah Alona yang tadinya sudah tampak kesal kini terlihat berlipat lipat kesalnya. namun akhirnya dia melepas juga earphone dari telinganya.

"Lagian mau ngapain sih lo bawa gue ke rumah sakit?" Sungguh. Miko ingin memakan Alona hidup-hidup di detik ini juga.

"Eh kalian udah dateng"

Baru hendak menjawab. Suara seorang perempuan terlebih dahulu mengalihkan perhatian keduanya.
Alona kaget. Sosok yang kini berada dihadapannya benar benar membuat emosinya kembali datang tanpa diundang.

Airin

"Lo ngapain disini?!" Tidak bisa dicegah. Bentakan terlanjur lepas landas dari mulut Alona.

"Alona! Bunda sama ayah nggak pernah ngajarin kita buat ngga sopan sama orang ya!" Miko benar-benar sudah tidak dapat menahan kekesalannya karena sikap Alona. Adiknya itu benar benar keterlaluan.

Alona tersenyum kecut. Menatap remeh gadis yang hanya menunduk diam dihadapannya, kemudian beralih kepada abangnya yang nampak sudah berapi-api. Tidak berniat menyahut gadis berambut panjang yang diikat satu itu melenggang pergi begitu saja.

Spontan Airin berniat mengejar. Namun tangan Miko justru menahan lengannya. Airin menoleh, mendapati kekasihnya yang melarangnya untuk mengejar melalui gelengan. Namun Airin tetap kekeh, dia tidak bisa jika harus terus terjebak dalam kesalah pahaman ini.

"INI MENYANGKUT DITO ALONA!"

Deg. Langkah kaki Alona memelan dan.. Lemas.
Nama itu, sekian lama dia berjuang untuk melupakan nama dari cowok brengsek itu. Sekian lama hatinya bekerja keras untuk memulihkan sakit yang tak kunjung hilang. Tapi barusan, kenapa dengan mudahnya cewek perusak itu bisa menyebut nama itu. Sungguh Alona muak mendengarnya.

Alona tidak perduli. Dia tetap melanjutkan langkahnya. Berusaha tetap kuat meski dengan luka yang kembali menganga. Gadis itu berusaha mempercepat langkah kakinya meski nyatanya tak bisa. Sampai akhirnya sebuah tangan menahan lengannya. Gadis dengan rambut dicepol sembarang itu muncul tiba-tiba dihadapannya. Alona jadi teringat pada hari itu, hari yang teramat sial untuknya. Saat itu, gadis perusak ini juga mencepol rambutnya. Sial. Kenapa sakitnya kembali terasa, meski tidak sepedih dulu. Karena faktanya, hatinya sudah menjadi milik Savero sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fate FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang