(8)

43 11 4
                                    


Mulai hari senin ini Alona tidak perlu lagi merepotkan Diana untuk mengantar-jemputnya ke sekolah. Karena tugas itu sudah diserahkan kepada Miko.
Kakaknya itu yang akan selalu mengantar-jemputnya mulai detik ini.

"Bun, Alona berangkat." pamit Alona seraya mencium punggung tangan Diana.

"Woy tuan putri! Buruan." teriak Miko dari dalam mobil. Wajahnya nampak sudah kesal, tentu saja karena keleletan adik gadisny itu.
"Abang gue ngga sabaran bener dah" gerutu Alona, namun bodohnya suaranya terlalu keras dan tentu saja Miko mendengarnya.
"Ngomong apa lo?" tudingnya sambil melotot.

Ya, kakak beradik satu ini memang begitu, kadang mereka sangat akur, menggunakan kata aku-kamu sebagai panggilan. Namun keduanya tak jarang menggunakan kata lo-gue dalam berdialog, terutama ketika keduanya sedang bertengkar hebat atau sekedar bergurau.

"Bawel!" ketus Alona sembari masuk kedalam mobil. Diana hanya bisa tertawa melihat kelakuan kedua anaknya itu.
"Daaah bunda" kompak Alona dan Miko dengan tangan melambai. Diana balas melambai, senyum masih mengembang dibibirnya, sampai honda jazz putih itu benar benar hilang dibelokan jalan.

Sepanjang perjalanan Alona nampak asyik dengan ponselnya, mengundang tatapan sebal dari cowok disampingnya

"Jadi abang dicuekin gitu? Berasa gojek." ucap Miko menyindir. Yang disindir lantas menoleh.
"Baperan banget jadi orang" Alona nyengir menatap abangnya, kemudian meletakan ponselnya kedalam saku.

"Bunda semalem cerita sama abang" ucap Miko lagi. Nada bicaranya terdengar serius, membuat Alona ikut serius mendengarkannya.
"Tentang?"
"Tentang kamu sama pacar kamu. Eh mantan kamu tepatnya, siapa namanya, Dito?"

Alona sempat terkejut, namun hanya sesaat.
Miko memang tidak terlalu mengenal Dito. Mereka bahkan hanya bertemu satu kali. Karena setelah Alona menjalin hubungan dengan Dito, abangnya itu pergi ke Singapore, guna mengejar cita citanya.
Alona memang sering menceritakan tentang Dito kepada Miko, namun hanya via pesan, itupun jarang. Karena semenjak Miko berada di Singapore, abangnya itu sangat sulit untuk dihubungi. Bahkan mungkin hanya seminggu sekali mereka saling berkomunikasi, itupun hanya sebentar.

"Jangan bahas dia dong bang. Nanti hati aku sakit lagi" Keluh Alona memohon, tentu saja Miko menurutinya. Meski abangnya lebih protective dari wanita yang sudah melahirkannya. Namun Miko bukanlah orang yang suka memaksakan keingin tahuannya seperti Diana, dan sekarang Alona amat sangat mensyukuri hal itu. Terlepas membahas Dito, Miko justru membahas hal lain.

"Kamu lagi deket sama siapa sekarang?" tembaknya. Alona sangat terkejut akan pertanyaan abangnya. Dia harus menjawab apa? Apa dia harus menyebut nama Savero? Namun pasalnya hubungan keduanya hanya sebatas teman bukan, meski perasaan Alona kepada Savero terkadang terasa aneh.

"Nggak ada yang special sih bang, semua deket ya sebatas teman aja" jawab Alona berbohong. Faktanya, dia merasakan hubungan yang lebih dari sebatas teman bersama Savero, meski kenyataan tidak berkata demikian. Lagipula mereka baru mengenal satu minggu yang lalu.

Miko hanya mengangguk mengerti. Pandangannya kembali fokus pada jalanan, Alona bisa bernafas lega sekarang.

"Minggu depan. Abang mau kenalin seseorang ke kamu, bunda, sama ayah" Ucap Miko beberapa menit setelahnya.
Spontan Alona menoleh. Meski sempat terkejut, tapi sungguh gadis itu bahagia mendengar abangnya memiliki kekasih. Dan jika Miko sampai berniat mengenalkannya kepada keluarga ,itu tandanya Miko serius dengan wanita itu.
"Anjir! Lu dah punya cewe bang? Manteb, gue punya kakak ipar!" Ucap Alona antusias.
Miko tidak menyahut lagi, dia hanya fokus menyetir dan sesekali tersenyum mendapati respon baik dari adiknya.

Fate FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang