(2)

89 17 2
                                    

Faktanya
Yang sudah patah memang tak semudah itu untuk kembali menjadi baik baik saja.

~~~

Ponsel Alona tak kunjung berhenti bergetar. Sejak pagi tadi dia memang memutuskan untuk bolos di warung mang Aan, ditemani oleh Savero--junior yang baru saja dikenalnya beberapa jam lalu.

"Hapenya getar mulu, ngga di cek?" Savero yang sedari tadi sibuk menyantap semangkuk mie instannya diam diam menyadari kalau Alona terus mengabaikan ponselnya yang bergetar hampir 25 kali.
Gadis itu hanya menggeleng, air matanya sudah reda, tapi mata sembabnya masih tercetak jelas sebagai tanda kalau dia baru saja menangis hebat.

Savero melirik Alona dan ponsel yang tergeletak dimeja itu bergantian lantas memilih tak memperdulikan dan kembali menikmati mie instannya yang tersisa sedikit.

Hening--tidak ada percakapan diantara keduanya.
Diam diam Alona memperhatikan lelaki disampingnya itu, dia terlihat sangat menikmati mie instannya, dapat dilihat dari cara makannya yang sangat lahap.

Lebih dari sepuluh detik Alona memperhatikan Savero, gadis bermata coklat itu baru menyadari kalau juniornya sangat tampan.
Berkulit putih serta berhidung mancung, kumis tipis juga berbaris rapi diatas bibir merahnya--seperti Dito.

Ah sial! Kenapa dito lagi.

Alona tak kunjung berhenti mengumpat ketika nama dito lagi-lagi melintas di otaknya.

Urusan savero dengan mie instannya sudah selesai, sendok serta garpu juga sudah diletakan terbalik diatas mangkuk. Seusai meneguk sedikit air mineralnya, Savero kembali menoleh menatap gadis disampingnya. Cowok itu sedikit terkesiap ketika menyadari Alona sedang menatapnya, sepasang mata mereka bertemu.

"Ciee ngeliatinnya serius banget, hati-hati nanti kepincut sama berondong" goda Savero.
Tatapan Alona seketika berubah menjadi tajam
"Apaan sih, biasa aja." gadis itu buru buru menunduk  membuang wajah. Namun sialnya savero justru ikut menundukan wajahnya, membuat mata keduanya kembali bertemu.

"Gue yakin tadi lo liatin gue lebih dari sepuluh detik, ya kan?" Savero menyipitkan matanya, melanjutkan aksinya menggoda sang kakak kelas.

Shit! Kenapa bisa tau ni bocah.

"Itu tandanya, peluang kesemsemnya kurang lebih 25%." Alona menghela nafas jengah melihat kelakuan juniornya ini.
Dan sialnya, Alona diam saja, tak berniat untuk membantah sama sekali.

"Lo naksir gue? Cepet banget move on nya." Tembak Savero enteng, kedua alisnya bertaut, matanya masih asyik memperhatikan reaksi gadis berambut panjang dihadapannya. 

Double shit! Gila. Pen gue sleding nih setan.

"Ihh apaan sih, ngaco!" Gelak tawa Savero seketika terdengar begitu nyaring, Alona kesal setengah mati, tapi sungguh di akui gadis itu tak sanggup untuk menyembunyikan semburat merah di pipinya. Bukan karena jatuh cinta ya! Lagian cewek mana yang tidak salah tingkah jika digoda seperti itu.

"Sav.." Panggil Alona lirih, yang dipanggil langsung menoleh, tawa nyaringnya sudah reda, "lo manggil gue?"

Astaga ni bocah! Pen di tampar kali ya.

Alona sudah gemas bukan main, rasanya ingin sekali dia mencutik lelaki dihadapannya ini lalu menghempaskannya ke lautan. Namun itu tidak mungkin, akhirnya Alona hanya bisa mengangguk meng-iyakan pertanyaan Savero

Fate FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang