Bagian 2- Awal Gejala

2.5K 164 7
                                    

Rabu pagi bisa dibilang adalah hari terburuk bagi kelas XI MIPA 2. Ya, hal itu dikarenakan ada pelajaran Pak Gultom yang mengajar Matematika selama 4 jam lamanya. Bagi Adit dan Rido bisa dibilang itu seperti neraka kecil.

"Dit, oi, lu gak bosen apa disini?" Rido berusaha menyadarkan Adit dari lamunannya.

"Hmm?" Adit membalas panggilan Rido hanya dengan menaikkan alis matanya.

"Cabut kuy Dit, bosen nih gua"

"Mau cabut kemana sih Do?"

"Ke lapangan aja, anak Paskib lagi pada latihan tuh. Sekalian cuci mata liat cecan"

"Ogah ah, mager banget gua, cuaca lagi panas banget gini, lagian bentar lagi kan pelajaran Pak Gultom habis, terus nanti diganti pelajaran olahraga".

"Yaudah deh, kalau lu gak mau, gua ngikut lu aja dah" Rido mengambil buku, lalu menutupi wajahnya dengan buku tersebut agar Pak Gultom tidak mengetahui jika dia sedang tidur.

★★★★

Pukul 10.15, bel berbunyi, mungkin inilah awal surga bagi kelas XI MIPA 2, setelah selama 4 jam dikekang oleh Matematika dan Pak Gultom. Mereka bisa melupakan kekangan tersebut dengan berolahraga.

"Astagfirullah, Do" teriak Adit tiba tiba.

"Apaan sih, ngagetin aja lu kutil"

"Gua lupa bawa baju olahraga Do"

"Eh, Onta, lu kan bisa minjem di kelas sebelah, apalagi kalau lu minjem ama anak cewek, kan banyak fans lu di kelas sebelah". Maki Rido karena kesal dengan temannya yang satu ini. "Punya wajah ganteng, tapi gak punya otak". Umpat Rido dalam hatinya.

Ya, Adit dapat dikategorikan sebagai orang yang diberkahi ketampanan. Sedangkan Rido hanya memiliki sedikit berkah yang dimiliki Adit.

Adit memiliki bentuk wajah yang dapat dikatakan sempurna, disertai dengan mata berwarna hitam pekat, dan bibir sexy merah merona. Disertai dengan tubuh tinggi dan atletis seakan memberi nilai tambah terhadap ketampanannya.

Sedangkan Rido dapat dibilang jauh dari Adit, akan tetapi wajah Rido tidak begitu buruk, karena Rido dapat dikategorikan berwajah manis.

Singkatnya, jika Rido dan Adit menggantungkan nyawanya kepada ketampanannya, maka Rido akan mati duluan.

★★★★

Setelah selesai mengganti pakaian, seluruh anak XI MIPA 2 segera turun kelapangan, semua murid memainkan olahraga yang sesuai hobi mereka masing.

"Woy, Dit, Do, sini ikutan main basket" teriak Agung, si ketua kelas dari tengah lapangan.

"Kuy lah Dit main basket, dah banyak tuh fans lu nungguin lu main" tunjuk Rido ke sekumpulan anak cewek di pinggir lapangan.

Adit hanya diam, tidak merespon panggilan Rido. Yang Adit rasakan adalah hanya kepala nya yang terasa sangat sakit.

"Ayo main, lu keseringan bengong" Rido menarik Adit kedalam lapangan basket, seketika para anak cewek berteriak kegirangan.

Cuaca siang itu sangat panas, Adit bermain basket sambil menahan sakit di kepalanya yang semakin menjadi- jadi.

"Dit, nih tangkap" Agung mengoper bola basketnya kepada Adit.

Adit menangkap operan dari Agung, lalu Adit mulai mendrible bola ke arah depan. Para cewek yang menonton permainan Adit terus memberikan semangat kepada Adit, tetapi Adit tak lagi peduli dengan teriakan cewek cewek itu, yang Adit rasakan hanyalah kepala nya yang terasa seperti mau pecah karena sakit yang dirasakan nya. Saat Adit ingin mengoper bolanya kepada Rido, Adit merasa seperti ada cairan keluar dari hidungnya. Refleks Adit memegang hidungnya, untuk melihat cairan apa itu.

Merah!!...
Darah!!...

Tak lama setelah Adit sadar bahwa cairan itu adalah darah, penglihatan Adit tiba tiba berkunang. Lalu Adit jatuh tergeletak di tengah lapangan, pandangan Adit mulai memudar, kesadarannya mulai hilang. Yang Adit lihat terakhir adalah Rido yang berlari menghampiri dirinya dengan wajah cemas.
Lalu semuanya tiba tiba menjadi gelap!!.

7 MonthsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang