***
Goresan luka adalah milikmu, bukan milik orang lain. Ketika terluka, kau mungkin akan baik-baik saja tapi rasanya sangat menyakitkan. Dan butuh waktu lama untuk melupakan betapa sakitnya terluka.
Chris terluka. Setiap saat, bahkan selalu terluka di mana pun ia berada. Chris sudah membereskan rumah. Kakinya membengkak akibat terkilir dan diinjak oleh ibu tirinya. Chris menyandarkan kepalanya di bangku taman sampai memandangi langit penuh bintang. Langit sedang menertawakan kehidupan Chris yang malang.
"Kau sendirian?"
Chris mendongaki Zach yang menghampirinya. Zach memakai kaos ketat sehingga otot-ototnya tampak jelas dipandang mata. Zach selalu menawan, dan begitulah ia tercipta. Alex beruntung karena punya pacar seperti Zach. "Ya, aku sendiri. Sudah takdirku hidup sendirian. Ibu kandungku menyatiki secara tak langsung sedangkan ayahku menyakitiku secara langsung. Aku mungkin tidak berguna untuk mereka berdua."
"Jangan bicara begitu, Chris! Mereka hanya tidak menyadari betapa berharganya kamu." kata Zach. Pria itu mengambil duduk di samping Chris. Ia melihat ke bawah sampai menyadari kaki Chris membengkak. Zach sangat cemas. "Apa yang terjadi? Kakimu, ada apa dengan kakimu? Apa kau dipukuli lagi?" Zach menebak, tebakan yang benar. Zach paham betul seperti apa jahatnya Melissa pada Chris.
"Aku pulang terlambat." kata Chris. Matanya pilu setiap kali mengingat kekejaman ibu tirinya. "Melissa selalu menyakitiku. Aku membiarkannya melakukannya. Aku ingin memastikan apakah Daddy mengkhawatirkanku atau tidak. Tapi ternyata Daddy tak merasakan hal semacam itu padaku." Chris menjelaskannya seiring Zach mengurut kakinya. Chris memekik saat Zach mengembalikan posisi tulang kakinya ke tempat semula. "Terima kasih, Zach. Kau adalah satu-satunya orang yang peduli padaku." ucap Chris beberapa menit kemudian. Masih ada Adrïen yang peduli tapi Zach lebih banyak menolongnya ketimbang Adrïen. Mungkin Adrïen tak terhitung sebagai orang yang perhatian padanya?
"Aku yakin masih banyak yang peduli padamu. Percayalah, kau punya teman-teman di sekolah yang selalu ada untukmu." Zach tidak tahu bagaimana kehidupan Chris di sekolah. Chris tidak jelek, dia tidak bodoh. Bagi Zach, mustahil gadis seperti Chris ditindas. Untuk alasan apa? Chris punya lesung pipi yang membuatnya menarik ketika tersenyum, rambut hitam yang lurus dan tidak rontok, belum lagi mata Chris abu-abu. Chris blasteran Asia-Amerika.
"Aku tidak populer, Zach." Chris mengakuinya, membuat Zach bungkam seribu bahasa. Zach tak berkedip menatap mata Chris seolah mendesak Chris untuk menjelaskan alasan kenapa dia tak populer. "Mungkin mereka sering melihatku bekerja keras di rumah. Mereka menganggapku budak sekolah. Dan kurasa aku memang budak. Di rumah Daddy aku selalu menyiapkan makan malam, dan membereskan rumah. Aku selalu mengantar makan malam ke rumah vila di mana kau dan Alex tinggal."
Zach menggeleng. "Chris!" panggilnya. Chris menunduk, sehingga Zach memegang dagunya. Mereka saling berpandangan cukup lama. Mata Zach sayu. Perlahan, pria itu mendekatkan bibirnya dengan bibir Chris. Mereka berciuman di taman. Chris membiarkannya. Zach adalah malaikat dalam hidupnya. Zach adalah orang pertama yang menyentuh bibirnya.
Tanpa disadari Zach dan Chris, ada dua orang yang melihat kejadian itu. Adrïen berada di depan pagar rumah, dan Alex ada dua puluh meter di belakang bangku taman. Alex melototi mereka berdua dengan tangan mengepal. Alex tidak menghentikannya, ia hanya mengamatinya. Seperti kata Zach bahwa Alex peduli pada Chris. Alex kasar lewat kata-katanya tapi tidak dengan tindakannya.
"Alex pasti menunggumu." Chris menyadari apa yang ia lakukan semenit kemudian. Tidak seharusnya ia memanfaatkan Zach. "Selamat malam, Chris. Aku akan pergi." pamit Zach. Alex yang melihat Zach berjalan menuju rumah vila seketika bersembunyi di balik pohon. Zach tidak mengetahui jika Alex sudah memergokinya mencium Chris di taman.
Chris sendirian. Adrïen memasuki pagar rumah gadis itu. Adrïen tersenyum ketika Chris memandanginya dengan pandangan seolah bertanya mengapa kau di sini, Adrïen. Chris masih menganga ketika Adrïen sampai di dekatnya. "Kau pacaran sembunyi-sembunyi rupanya. Aku melihatmu." Adrïen mengakui.
Chris tersentak. "Apa kau melihat dia menciumku?" Adrïen mengangguk. "Benar. Lagipula tidak masalah seorang gadis dicium pacarnya. Berciuman bukanlah tindakan kriminal." jelas Adrïen. Dia mengambil duduk di bangku taman rumah Chris. Cowok itu memutuskan untuk dekat dengan Chris setelah ia mendapati Chris tak diperlakukan dengan baik oleh Ibu dan Ayahnya.
"Apa kau bersedia menyembunyikan rahasia ini? Aku membalas ciuman pacar kakakku. Aku akan melupakan malam ini sehingga kau hanya perlu pura-pura tidak melihat." Adrïen tampak berpikir. Ia memandangi Chris serius lalu berkata, "Asal kau bersedia menonton pertandingan futsal timku besok sore. Kau mau 'kan? Kau sudah janji saat kelas kimia."
Chris memandang langit. "Terima kasih karena kau menjaga rahasia ini. Kau teman yang baik." Adrïen tidak membalas. Ia ikut memandangi langit. Malam ini, bintang bertaburan dan berkilauan seperti lampu disko. Sungguh pertunjukan yang sangat menakjubkan untuk dipandangi. "Apa ibumu selalu berbuat kasar padamu? Dan ayahmu hanya menyaksikan? Aku tidak bermaksud mengurusi persoalan pribadimu. Aku hanya ingin tahu."
Chris ragu menjawabnya. Dia dekat dengan Adrïen belum lama. Itu pun hanya karena Katherine dan Emily mengusiknya di sekolah. Chris melihat Adrïen. Pria itu bisa dipercaya, dia tidak suka bergosip. Adrïen terkenal penolong di antara banyak cowok di New Utrech High School. "Melissa ibu tiriku. Daddy tidak bisa membantah perkataan Melissa. Jika kau berpikir aku budak di rumahku maka mungkin itu benar. Aku mendapat bagian membersihkan rumah dan membuat makan malam."
Adrïen bersimpati. "Jika itu berat, kau bisa cerita apapun denganku. Aku akan menjadi sayap untukmu." Adrïen mengambil ponsel Chris. Menuliskan nomor teleponnya di ponsel Chris. "Hubungi aku kalau kau butuh teman bicara." Chris mematung, ia tak menduga Adrïen akan baik seperti ini. Adrïen tidak sembarang memberikan nomor telepon. Melihat kesungguhan Adrïen, Chris bertambah yakin kalau cowok itu memang baik.
"Apa aku begitu menyedihkan di matamu, Adrïen? Kau mendekatiku hanya karena kasihan padaku?" Entahlah, rasanya berbeda jika Adrïen mendekatinya hanya karena kasihan. "Bukan kasihan, Chris! Ada perbedaan antara peduli dan kasihan. Peduli diperuntukkan orang-orang baik sedangkan kasihan diperuntukkan untuk orang-orang buruk."
Chris tak berkedip. "Bukankah peduli adalah kata lain dari kasihan? Kau tidak tulus berteman denganku. Aku tahu, aku memang menyedihkan. Bisakah kau memberi contoh perbedaan kasihan dan peduli?" Adrïen meneguk ludahnya. "Contoh kecil kasihan yaitu ketika kau melihat seseorang menjatuhkan orang lain hanya karena perasaan iri. Kita wajib mengasihani orang semacam itu. Sementara peduli adalah bagaimana kau merasakan empati ketika kau melihat orang lain terluka."
Chris bergeming. "Aku tidak mengerti maksudmu, Adrïen. Tapi aku akan tetap berterima kasih kau mau berteman denganku apakah itu karena kasihan ataukah karena peduli. Terima kasih, Adrïen." Chris dan Adrïen saling menatap di bawah gugusan bintang yang bertaburan di langit. Sungguh malam yang menakjubkan.
See u next time!
Sastrabisu dan erwingg__
KAMU SEDANG MEMBACA
Havana (Christine Reine) 21+
Ficción GeneralChris (Christine) selalu merasa bahwa Alex (Alexis) saudara tirinya terlahir sempurna. Wajah yang cantik, keluarga yang hangat, dan pacar tampan serta baik hati. Chris menjalani hari-hari sulitnya di New York. Ditindas teman sekolahnya, diabaikan A...