Prolog

73 4 0
                                    

Semuanya diluar dugaan. Lyora harus siap untuk memulai kehidupan baru di kota Jakarta. Kota yang sangat padat. Berbeda dengan kota kelahirannya ini, Malang.

Ayahnya mengalami mutasi kerja, yang akhirnya membuatnya harus berada di kota itu. Dan sekarang gadis itu sedang termenung dikamarnya.

Semua barang-barang dikamarnya sudah Ia kemas dalam kopernya.

Gadis itu masih tidak menyangka bahwa hari ini dia akan meninggalkan kota kelahirannya itu. Ia tumbuh dikota itu. Semua kenangannya dari kecil ada dikota itu. Dan sekarang Ia harus rela meninggalkan semuanya. Terutama sahabat-sahabatnya.

“Apa kamu sudah siap?” Tanya seorang wanita yang sekarang sudah berada di hadapan gadis itu.

“Sudah, bun.” Ya, yang bertanya tadi adalah bundanya Lyora.
Kini bundanya berjalan menghampiri anaknya yang duduk dipinggir tempat tidur.

“Sayang, bunda tahu kamu masih belum siap kan?” Bundanya itu seakan tahu apa yang kini gadis itu rasakan.

“Dengar ya. Sebuah perpisahan itu pasti ada. Yang penting adalah kerelaan. Kerelaan untuk mencapai hidup baru. Sebuah perpisahan pasti akan ada pertemuan. Lagi pula kan Malang sama Jakarta jaraknya cukup dekat.” Jelas bundanya penuh pengertian.

Lyora terlihat sedang memahami setiap yang bundanya itu katakan tadi. Apa yang bundanya katakan sangatlah benar.

Apalagi sekarang jaman sudah berubah. Teknologi dimana-mana. Yang jauh akan menjadi lebih dekat. Dan lagipula pasti setiap liburan Ia akan kembali ke Malang.

“Udah yuk, kita turun ke bawah, udah ditungguin sama ayah.” Ajak bundanya yang membuyarkan lamunannya.

Akhirnya mereka –Lyora dan bundanya- pun bergegas untuk ke bawah. Terlihat disana ada ayah dan kedua kakak gadis itu sedang berada di teras. Mungkin sedang menunggu kedatangannya.

Terbukti saat Lyora dan bundanya datang, ayah dan kakak laki-lakinya langsung menyambar koper gadis itu untuk dimasukkan ke dalam mobil.

Setelah dirasa semuanya sudah siap. Kini mereka akan menuju ke bandara. Suasana perjalanan kali ini sangat lengang tanpa ada kemacetan sedikit pun. Karena itu, mereka pun bisa sampai di bandara dengan cepat.

Seperti sekarang, mereka telah tiba di bandara. Waktu keberangkatan adalah satu jam lagi. Dan untuk itu masih banyak waktu yang digunakan untuk sekedar perpisahan dikota ini.

Selama satu jam itu dihabiskan untuk makan skaligus berbincang-bincang.

Dan satu hal yang gadis itu tidak menyangka bahwa sahabat-sahabatnya sejak Ia SMP berada disana untuk mengantarkan dirinya pergi. Mereka adalah Chika, Cakra, Gilang, Bagas dan Mona.

Kedatangan mereka membuat Lyora semakin berat untuk meninggalkan semuanya yang berada di kota kelahirannya itu.

Tak terasa sudah satu jam. Waktu menunjukkan pukul 14.30. Dan sekarang  saatnya Ia harus berangkat menuju kota Jakarta.

“Kamu hati-hati ya, dek.” Ucap kakak pertamanya berjenis kelamin perempuan. Kemudian mereka berpelukan.

“Jaga diri baik-baik disana.” Kini kakak keduanya yang berjenis kelamin laki-laki. Dan mereka juga berpelukan.

“Jaga diri, jangan lupa sama kita, jangan sok sibuk, semoga lo nyaman disana, dan semoga sukses. Gue tunggu lo balik.” Kali ini yang berbicara adalah Cakra. Dulu mereka memiliki hubungan khusus, tapi akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi sahabat.

“Lyo, gak ada lagi yang bakal ngebelain gue pas di bully sama mereka. Bakal kangen deh.” Dan ini Bagas. Dia agak sedikit kemayu dibanding kedua cowok yang lan.

“Yah, kayaknya gak ada lagi deh yang bisa gue godain. Sukses ya sahabat sekaligus ade-adean gue.” Namanya Gilang. Memang dai senang sekali menggoda Lyora. Gilang sudah menganggap Lyora seperti adiknya sendiri.

“LYO!!!” Ini adalah dua sahabat perempuan Lyora, Chika dan Mona. Mereka berhambur bersamaan memeluk Lyora.

“Kenapa sih kita harus pisah. Nanti yang dengerin semua curhatan gue siapa. Nanti yang mau ngedengerin gue nangis gara-gara cowok siapa doang kalo bukan lo. Intinya lo disana jangan sombong, jangan sok sibuk, tetap jadi Lyora yang gue kenal intinya.” Ini adalah Mona.

“Iya bener. Intinya kalo gue telfon lo, harus lo angkat. Intinya lo harus balik lagi aja kesini. Gue gak mau tau.” Dan kini adalah Chika.

Lyora pun melepaskan pelukan mereka berdua. Dan Ia menatap mereka semua satu-satu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sulit rasanya untuk berpisah dengan mereka. Apalagi mereka adalah orang-orang yang sangat peduli dengan dirinya. Bahkan sekarang Lyora takut jika di Jakarta nanti tidak bisa menemukan orang-orang seperti mereka.

“Kalian jaga diri baik-baik ya. Aku janji pasti saat ada waktu liburan aku akan ke sini. Aku pasti akan kangen deh sama kalian semua.” Ucapnya untuk yang terkahir sebelum Ia pergi.
Ia tidak punya waktu lagi untuk sekedar basa-basi.

Dari informasi di bandara, keberangkatan pesawat tinggak menghitung menit. Dan saatnya kini Ia benar-benar berpisah dengan mereka semua.

Ia pun mulai menarik kopernya diiringi dengan ayah dan bundanya. Dan belum beberapa langkah Ia berbalik badan dan melambaikan tangannya kepada para sahabat dan kedua kakaknya. Mereka pun membalas lambaian tangan Lyora.

Dan kini Ia sudah duduk di bangku pesawat yang akan membawa dirinya ke kota Jakarta.

Sedari Ia masuk Ia hanya terpaku menatap jendela. Kini Ia siap memulai kehidupan baru di Jakarta.

Sebenarnya Ia mempunyai alasan lain kenapa Ia mau menuruti ayahnya untuk ikut ke Jakarta. Yaitu, karena ‘dia’. Teman kecilnya saat Ia di Malang.

Seseorang yang sangat Ia percayai. Seseorang yang sangat peduli dengan dirinya. Dan semoga takdir bisa mempertemukan mereka.

-LYORA-

°°°°°°°°°°°°°°°°°

Cerita baru nihh
Semoga kalian suka😊

Kalau ada salah kata atau kalimat, mohon dimaafkan ya. Karena diriku yang masih penulis baru dan masih harus banyak belajar.

Simak terus kelanjutan ceritanya sampai akhir

Selamat membaca😀
Jangan lupa vote and comment
😊Terima kasih😊

Jakarta, 27 November 2017

Finding You're LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang