“Apa ada yang ingin ditanyakan?” Tanya guru tersebut kepada anak muridnya. Diketahui guru tersebut bernama Intan yang mengajar mata pelajaran Pkn.
Pertanyaan tersebut tidak dijawab oleh satupun murid disitu. Wajah yang mereka tunjukkan adalah wajah yang menahan kantuk.
Entah mengapa, pelajaran Pkn di pagi hari membuat kantuk para siswa datang menghampiri mereka. Ditambah lagi cara pengajaran guru tersebut yang seperti mendongeng.
“Baiklah jika tidak ada. Ibu akan memberikan kalian tugas.” Tutur guru tersebut.
Banyak keluhan yang keluar dari mulut mereka. Jika sudah mendengar kata tugas, entah mengapa rasa kantuk mereka hilang begitu saja, dan digantikan dengan perasaan kesal.
“Tugasnya akan dikerjakan secara kelompok. Dan kelompok itu akan terdiri dari 4 orang. Ibu yang akan menentukan kelompoknya. Suka, tidak suka, kalian harus terima.” Jelas Bu Intan dengan tegas.
Penjelasan Bu Intan tersebut membuat mereka semakin mengeluh. Ditambah lagi bila mereka mendapatkan kelompok yang ‘abal-abalan’. Yang hanya dikerjakan satu orang, dan yang lain tidak membantu sedikit pun.
Hanya menumpang nama saja.
“Baik kelompok 1 adalah Putri, Indira, Kevin dan Evan.” Bu Inran mulai membacakan masing-masing kelompok.Semua murid masing-masing sudah dibacakan perkelompoknya. Hanya sisa kelompok terakhir yang belum dibacakan. Dan sebenarnya walaupun tidak dbacakan mereka akan tahu.
“Kelompok 9 ada Sheryl, Lyora, Mario dan Gavin.” Jelas Bu Intan untuk terakhir.
Apa yang diucapkan Bu Intan tersebut sukses membuat Lyora memperhatikan laki-laki yang membuatnya tidak berhenti untuk memikirkannya. Dan sekarang mereka harus sekelompok. Ya, siapa lagi kalau lelaki itu adalah Gavin.
Lyora tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan canggungnya bila harus berhadapan dengan Gavin.
Memang setelah kejadian tabrakan itu. Mereka tidak saling bertegur. Karena memang Gavin yang sifatnya cuek.
“Baik tugasnya adalah kalian harus membuat power point tentang bab ini. Dan akan dipresentasikan minggu depan.” Jelas Bu Intan yang Lyora melepaskan pandangannya ke arah Gavin.
Bel istirahat pertama pun berbunyi. Ini merupakan suara yang paling indah dan paling ditunggu-tunggu oleh setiap siswa disekolah. Mereka bisa saja menghabiskan waktu dengan tidur ataupun mengisi perutnya yang kosong.
“Baiklah, cukup untuk hari ini. Kalian boleh istirahat.” Ucap Bu Intan sambil keluar dari kelas. Dan tak lupa juga ucapan terima kasih dari para siswa sebelum beliau pergi.
Setelah itu semua siswa berhamburan keluar kelas untuk menuju ke kantin. Tidak semua, ada beberapa yang masih dikelas. Entah karena membawa bekal dari rumah. Ada yang merasa malas menuju ke kantin dan sebagainya.
“Mau ke kantin gak nih?” Tanya Indira kepada sahabat-sahabatnya.
“Ayo deh. Cacing di perut gue udah pada demo.” Jawab Amanda memegangi perutnya.
“Ayo ke kantin. Gue laper. Takutnya pingsan lagi nanti kalo gak makan.” Sahut Bella dengan lebaynya.
“Lo diem aja, Ra. Mau ke kantin gak?” Tanya Indira, karena hanya Lyora yang tidak menjawab ajakannya.
“Enggak deh. Kalian aja. Lagi gak nafsu makan.” Jawab Lyora dengan lesu.
“Serius nih? Mau nitip aja gak?” Tanya Indira sekali lagi. Lyora terlihat berpikir.
“Pesen roti cokelat aja deh.” Jawab Lyora.
“Oke. Kita ke kantin ya. Baik-baik disini.” Pamit Indira beserta Bella dan Amanda.
Kini Lyora hanya sendirian. Tidak, dia tidak sendirian dikelas. Tetapi masih ada beberapa orang didalam kelasnya. Terutama Gavin.
Dia masih tidak menyangka bahwa dirinya harus saru kelompok dengan Gavin. Bukan apa-apa, pasti akan terasa canggung dan aneh.
Tetapi, kesempatan ini merupakan kesempatan yang baik. Karena, dirinya bisa mengenal lebih dekat dengan Gavin. Dan dia bisa membuktikan siapa Gavin sebenarnya. Apakah sosok yang Ia cari selama ini atau bukan.
Lyora yang sejak tadi memainkan ponselnya. Merasa ada seseorang yang menghampiri dirinya.
“Besok kita kerjain tugasnya.” Ucap seseorang dengan suara berat itu.
Ya, orang yang menghampiri Lyora adalah Gavin. Belum sempat mendapat persetujuan dari Lyora. Gavin langsung kembali ke tempat duduknya. Dan membaca sebuah buku yang selalu ia baca dengan tenang.
Lyora hanya menatap lelaki yang duduk tidak jauh darinya. Lelaki yang sejak ia masuk ke sekolah ini. Di hari pertama. Sudah membuat dirinya penasaran.
Dengan semua pertanyaan yang sealu muncul di benak gadis itu.
Lyora selalu memiliki keyakinan tersendiri, dan menjadikan alasan mengapa Gavin adalah lelaki yang ia cari selama ini.Lelaki yang dapat mengisi hari-harinya dulu. Lelaki yang dapat merubah dirinya menjadi lebih baik.
Hanya satu yang dijakdikan alasan terkuat. Hati nuraninya lah yang selalu berteriak kencang bahwa Gavin adalah lelaki itu. Soal bukti, biarkan takdir yang membuka semuanya.
-LYORA-
°°°°°°°°°°°°°°°°°
Kalau ada salah kata atau kalimat, mohon dimaafkan ya. Karena diriku yang masih penulis baru dan masih harus banyak belajar.
Simak terus kelanjutan ceritanya sampai akhir
Selamat membaca😀
Jangan lupa vote and comment
😊Terima kasih😊Jakarta, 15 Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding You're Love
Teen Fiction"Mengapa kamu terlalu dingin? Rasanya aku sangat sulit untuk menghangatkan hatimu. Padahal aku ingin sekali 'kembali' mengenal duniamu." -Lyora Moza Alsava "Tanpa sadar kamu sudah menghangatkan hatiku. Kamu sudah masuk 'kembali' kedalam duniaku. Ke...