0.6

6 2 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana Lyora pulang telat. Karena sudah seperti yang dikatakan Gavin kemarin bahwa kelompoknya akan mengerjakan tugas kelompok.

“Halo, sayang. Kamu kok belum pulang? Tadi mama tanya Indira, kamu mau kerja kelompok dulu.
Bener?” Tanya bunda nya dari melalui ponselnya.

“Iya, bun. Aku lupa izin sama bunda.” Jawab Lyora.

“Kamu tuh, lain kali izin dulu dong.” Sahut bunda nya diseberang sana.

“Iya, bun. Aku lupa hehe.”

“Kamu pulang jam berapa?” tanya bunda nya lagi.

“Gak tau deh, bun. Gak pasti. Setelah semuanya selesai aku pulang kok.” Jawab Lyora sambil memperhatikan jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Bahwa waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat.

“Oh, ya udah. Nanti bunda telpon ayah deh biar dia jemput kamu.” Jelas bunda nya.

“Gak usah, bun. Nanti aku pulang sendiri aja.” Ucap Lyora menolak halus.

“Jangan nolak, Lyo. Kamu kan baru di Jakarta. Kalo kamu nyasar gimana.” Jelas bunda nya khawatir.

“Ya udah, bun. Terserah bunda aja. Aku tutup ya telponnya.” Ucap Lyora mengakhiri.

Setelah selesai menghubungi bundanya. Lyora pun kembali begabung bersama teman satu kelompoknya.

Tepat setelah bel pulang sekolah, mereka langsung bergegas ke taman bacaan. Disanalah mereka mengerjakan tugas mereka.

“Maaf ya, tadi bunda aku telpon. Ya udah kita mulai aja yuk.” Ucap Lyora setelah kembali bergabung dengan teman-temannya.

“Dari tadi juga kita udah mulai.” Jawab Gavin dengan nada dingin, datar dan sinis.

Jawaban Gavin membuat Lyora tersentak. Ia merasa bersalah, sekaligus bingung. Mengapa Gavin begitu dingin padanya. Apa dia hanya bersikap seperti itu hanya pada dirinya?

Dirinya tidak tahu. Yang pasti Lyora menjadi teringat saat dia menabrak Gavin. Atau karena itu penyebab Gavin tidak suka padanya? Entahlah, hanya saja Lyora merasa seperti itu.

“Oh, gitu maaf deh.” Ucap Lyora lembut dengan merasa bersalah.

“Ya udah, Lyo, lo cari tentang teori aja.” Sahut Sheryl meredakan suasana.

“Oh, oke deh.”

Lyora pun segera mencari teori yang disebutkan tadi oleh Sheryl. Ia membuka ponselnya, kemudian ia mencari di internet tentang teori tersebut. Tidak hanya di internet saja Ia mencarinya, tetapi juga beberapa buku panduan yang berada di taman bacaan tersebut.

Tanpa sadar, sebenarnya sedari tadi ada yang memperhatikan Lyora. Memperhatikan setiap gerak gerik yang dilakukan gadis itu. Memperhatikan aktivitas yang dilakukan oleh gadis itu.

Dari pancaran matanya, ia ingin bisa berbicara dengan Lyora.
Tetapi, apa boleh buat dia sudah tidak bisa lagi melakukan hal itu.

“Eh, aku ke perpus bentar ya.” Izin Lyora kepada teman-teman di kelompoknya.

“Mau ngapain?” Tanya Mario.

“Mau cari buku tentang teori. Soalnya disini kayaknya gak ada.” Jelas Lyora sambil memperhatikan kembali dan memastikan setiap rak buku bahwa tidak ada buku yang ia cari.

“Gue temenin ya?” Mario menawarkan diri sambil tersenyum manis.

Sejak awal masuk, Mario memang sudah memiliki perasaan kepada Lyora. Mario selalu saja memberi perhatian kecil kepada Lyora.

Tetapi, Lyora bukanlah gadis yang peka. Sehingga dia tidak tahu akan perasaan Mario kepadanya.

“Gak usah. Biar gue aja. Gue juga mau cari buku.” Sahut Gavin tiba-tiba. Masih seperti biasanya dengan nada datar dan dingin.

“Ehmm... ya udah deh.” Cicit Mario kecewa.

Lyora yang melihat itu, merasa bahwa Gavin tidak menyukai dengan sikap Mario kepadanya.

Terlihat dari wajahnya. Walaupun wajahnya terlihat datar, tetapi dari sorot matanya, Gavin memberikan tatapan yang tidak bersahabat kepada Mario.

“Ayo.” Ajak Gavin dengan angkuh dan berjalan mendahului Lyora. Kemudian, Lyora pun mengikuti diebelakangnya.

Jarak dari taman bacaan dan perpustakaan tidaklah jauh. Sehingga, tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai disana. Mereka pun memasukki perpustakaan dan mulai mencari buku yang mereka cari.

Lyora pun menemukan buku yang ia cari. Tapi, sayangnya buku itu terletak jauh diatas jangkauannya. Dan ia pun sulit untuk meraih buku itu.

Kemudian, sebuah tangan dari belakangnya, dan meraih buku tersebut. Setelah itu, ia menghadap ke arah pemilik tangan tersebut. Begitu terkejutnya dia, bahwa pemilik tangan tersebut adalah Gavin.

Sekarang, jarak antara dirinya dan Gavin sangatlah dekat. Tidak terhitung berapa ukuran jarak mereka sekarang. Yang terpenting sekarang, bagaimana Lyora tidak terjebak dalam situasi yang canggung seperti ini.

“Nih.” Cicit Gavin menyerahkan buku tersebut. Dan diterimanya buku tersebut dari tangan Gavin.

Gavin pun meninggalkan Lyora yang masih terdiam disana. Entah, ia akan pergi kemana. Yang jelas, Lyora masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi tadi. Begitu dekatnya dirinya dengan Gavin. Membuat jantungnya berdetak tidak karuan.

“Haduh... Mengapa bisa seperti ini?” Bisiknya pada dirinya sendiri sambil menahan malu mengingat kejadian tadi.

-LYORA-

°°°°°°°°°°°°°°°°°

Kalau ada salah kata atau kalimat, mohon dimaafkan ya. Karena diriku yang masih penulis baru dan masih harus banyak belajar.

Simak terus kelanjutan ceritanya sampai akhir

Selamat membaca😀
Jangan lupa vote and comment
😊Terima kasih😊

Jakarta, 20 Desember 2017

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Finding You're LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang