Malam ini Lyora menginap dirumah Indira. Mereka merasa sudah lama mereka tidak memiliki kebersamaan seperti ini sejak mereka harus berpisah kota.
Dan sekarang yang mereka berdua lakukan adalah mengerjakan tugas sekolah ditemani dengan drama korea yang berada dalam layar tipis tersebut.
Mungkin memang agak sedikit kurang fokus bila seperti itu. Ditambah lagi dengan ketampanan aktor yang main dalam drama tersebut. Dan beberapa adegan dalam drama itu membuat baper.
“Ya ampun, Ly. Ganteng banget sih babang Jongsuk.” Jerit Indira sambil menggigit bibir bawahnya.
“Iya, andai aja aku jadi Suzy. Dideketin cogan semua. Jadi pengen.” Sahut Lyora tak kalah histeris.
Walaupun seperti itu. Mereka tetap saja akan berusaha fokus pada tugas-tugas yang sangat menumpuk untuk besok.
Satu jam berlalu, kini tugas mereka telah selesai begitu pun dengan drama korea yang mereka tonton telah habis. Mereka pun kini hanya sibuk bercerita.
Dan satu hal juga yang Lyora ingat adalah saat disekolah tadi. Dimana sosok tersebut kembali.
Dirinya masih belum bisa memastikan bahwa itu adalah lelaki yang dulu pernah mewarnai hidupnya. Tapi Lyora mempunyai keyakinan bahwa itu dia.
“Oh iya, Dir. Gavin tuh orangnya gimana sih?” Tanya Lyora yang membuat Indira bingung.
“Kok lo tiba-tiba nanyain dia? Ada apaan nih?” Tanya Indira kembali sambil menatap curiga ke arah sepupunya itu.
“Enggak kok. Gak ada apa-apa. Cuma penasaran aja.” Jawab Lyora kikuk.
“Gavin itu orangnya dingin, cuek, selalu pasang muka datar, ngomong seadanya. Tapi dia tuh pinter, terus banyak banget cewek-cewek yang ngejar dia.” Jelas Indira lalu memasukkan keripik kentang kedalam mulutnya dan mengunyahnya perlahan.
Mendengar penjelasan Indira tersebut, membuat Lyora mengangguk paham. Tetapi, masih ada rasa penasaran didalam hatinya. Apakah itu benar Gavin adalah anak laki-laki yang dulu selalu mewarnai kehidupannya.
“Emang kenapa sih?” Tanya Indira yang masih bingung dengan sepupunya tersebut.
“Enggak. Aku kayak pernah ngeliat dia aja gitu dulu.” Jawab Lyora seadanya.
“Maksudnya?” Indira masih belum terlalu paham dengan apa yang diucapkan oleh sepupunya itu.
“Oke. Gini. Kamu tau kan tetangga aku yang waktu di Malang?” Lyora mulai bercerita dengan pertanyaan sebagai permulaan.
“Yang mana? Tetangga lo kan banyak.” Indira mencoba berpikir.
“Waktu kita masih SD. Seminggu sebelum kamu pindah ke Jakarta, kan ada orang baru samping rumah aku. Nah, orang itu punya anak cowok.” Jelas Lyora agar Indira mengerti dan mengingatnya.
“Oh... yang itu? Yang gue katain cowok albino, karena putih banget itu kan?” Seru Indira sudah mengingat.
“Iya, yang itu. Entah kenapa waktu aku pertama kali ketemu dia, aku jadi inget anak itu. Mukanya tuh agak mirip, terus matanya itu loh, bener-bener mata yang dimiliki sama anak itu.” Jelas Lyora antusias.
“Ah, gak mungkinlah itu si albino. Mata kayak gitu gak cuma satu. Banyak yang punya warna mata kayak gitu.”
“Ya iya sih. Tapi, gak tau kenapa aku yakin itu dia.”
“Sekarang gini deh. Emang lo masih inget sama mukanya dia? Dia pasti udah gede sekarang. Pasti udah agak berubahlah mukanya karena puber. Itu mah Cuma perasaan lo doang.”
“Iya sih, kamu bener.”
Lyora pun kembali berpikir.Dirinya merasa apa yang diucapkan oleh Indira merupakan suatu perasaan dalam dirinya. Entahlah, mungkin dirinya rindu dengan sosok lelaki yang pernah menemaninya waktu kecil dulu.
Dan mana mungkin juga Ia ingat dengan wajah tersebut. Walau sebenarnya mereka kenal tidak lebih dari satu tahun.
Ya, lelaki itu pindah setelah 8 bulan kemudian. Tapi, karena 8 bulan itu lah, anak laki-laki itu bisa merubah sifat Lyora. Banyak kenangan walaupun hanya bersama dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu lah, Lyora selalu memikirkan lelaki itu dan ingin sekali bertemu dan berteman lagi dengan lelaki tersebut.
“Ya udah, sekarang kita tidur aja. Besok sekolah.” Ajak Indira. Kemudian Indira merebahkan tubuhnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut, kemudian memejamkan mata.
Lyora masih terdiam duduk bersandar di punggung kasur. Ia masih memikirkan lelaki itu. Harapannya cuma satu sekarang. Yaitu, bertemu kembali dengan lelaki itu. Lelaki itu memang sangat memiliki pengaruh yang sangat besar kepada dirinya.
Buktinya Ia masih memikirkannya hingga sekarang.
Ia tidak peduli jika nantinya lelaki itu sudah lupa dengannya. Yang terpenting adalah Ia bisa bertemu. Karena untuk bagaimana lelaki itu bisa kembali mengingatnya adalah masalah yang mudah.Ia pun melihat kesamping, dimana Indira yang sudah terlelap. Melihat indira yang sudah terlelap, Ia pun mengikuti sepupunya itu dan mulai memejamkan matanya. Sampai terlelap dan bangun di pagi hari yang cerah.
-LYORA-
°°°°°°°°°°°°°°°°°
Kalau ada salah kata atau kalimat, mohon dimaafkan ya. Karena diriku yang masih penulis baru dan masih harus banyak belajar.
Simak terus kelanjutan ceritanya sampai akhir
Selamat membaca😀
Jangan lupa vote and comment
😊Terima kasih😊Jakarta, 11 Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding You're Love
Teen Fiction"Mengapa kamu terlalu dingin? Rasanya aku sangat sulit untuk menghangatkan hatimu. Padahal aku ingin sekali 'kembali' mengenal duniamu." -Lyora Moza Alsava "Tanpa sadar kamu sudah menghangatkan hatiku. Kamu sudah masuk 'kembali' kedalam duniaku. Ke...