XI IPS 3, Merupakan kelas baru Lyora. Dan disinilah dia, berdiri di depan kelas. Dengan seorang guru perempuan yang berdiri di sampingnya.
Saat Ia masuk kelas ini tadi. Tatapan para penghuni kelas itu jatuh padanya. Khususnya para laki-laki dikelas ini. Yang menatap sama seperti saat dia berjalan dikoridor sekolah tadi. Seketika kelas itu menjadi ribut, karena dirinya.
“Ih, gila ada cewek cantik nih.”
“Boleh minta nomor teleponnya gak?”
“Kok bidadari bisa nyasar kesini sih.”
“Ya Tuhan, sungguh nikmat ciptaan-Mu ini.”
Seperti itulah pembicaraan kaum adam dikelas ini. Mereka mengeluarkan semua perkataan mereka sebagai bukti bahwa mereka sudah terpesona dengan kecantikkan Lyora.
Tapi, tidak hanya ada yang memuji, ada juga yang memberikan tatapan sinis atau tidak suka kepada Lyora. Terutama para perempuan dikelas ini. Mereka merasa kecantikkan Lyora akan menyaingi kecantikkan mereka. Tapi, Lyora tidak peduli dengan itu semua.
Satu yang menarik perhatian Lyora. Yaitu, seorang lelaki yang duduk dibaris kedua dari depan yang sedari tadi hanya berkutat pada buku pelajaran yang Ia baca sekarang. Dan sesekali Ia menulis yang mungkin itu adalah buku catatannya. Merasa apa yang ada didepan kelas itu tidak menarik perhatiannya.
Dilihat dari penampilannya dan wajahnya. Lyora seperti mengenal lelaki itu dan sepertinya Ia juga pernah bertemu dengan lelaki itu.
Dan yap. Tepat sekali. Lelaki itu adalah orang Ia tidak sengaja tabrak saat Ia berjalan menuju kelasnya tadi. Benar kata orang dunia itu sempit. Buktinya Ia satu kelas dengan lelaki tersebut. Padahal tadi Ia meminta untuk tidak lagi bertemu dengan lelaki itu.
Tapi, Tuhan berkehendak lain. Ia dipertemukan lagi dengan lelaki itu. Apa kesalahan yang Ia buat separah itu, sampai Ia harus dipertemukan kembali oleh lelaki itu. Apa yang akan dilakukan lelaki itu, jika tahu Ia sekelas dengan seorang penabrak yang membuat kertas-kertas yang Ia bawa jatuh berserakan. Apa dia akan mencaci maki dirinya? Apa dia akan melakukan balas dendam secara tiba-tiba? Pertanyaan ‘Apa’ yang saat ini tergiang dipikiran Lyora. Entahlah, itu adalah ketakutan Lyora pada lelaki dingin itu.
Karena menurut beberapa novel yang Ia baca. Seorang lelaki yang dingin pasti memiliki sifat yang kasar. Bahkan, tidak peduli kodrat dari seseorang tersebut, mau laki-laki atau permpuan. Pasti sama saja dimatanya.
“Kalian bisa tenang sebentar.” Ucap guru perempuan itu yang diketahui bernama Ibu Dewi menenangkan murid-murid dikelas ini dengan tegas.
Setelah dirasa sudah tenang semua, Bu Dewi pun berjalan untuk duduk dikursi guru kelas ini.
“Hari ini kalian kedatangan murid baru. Silahkan Lyora perkenalkan diri kamu.” Ucap Bu Dewi dengan lembut.
“Perkenalkan, nama saya Lyora Moza Alsava. Saya pindahan dari Malang. Semoga kita bisa berteman baik.” Jelas Lyora memperkenalkan diri.
“Anak-anak semoga kalian bisa berteman baik ya dengan Lyora. Kalau bergitu, Lyora silahkan kamu duduk dengan Indira.” Ucap Bu Dewi.
Lyora pun berjalan menuju mejanya, di baris kedua dari depan, disamping Indira, karena itulah satu-satunya meja yang kosong. Dan Ia juga tidak tahu kalau Ia sekelas dengan sepupunya, Indira. Tapi, tak apa, itu akan membuatnya lebih mudah bersekolah disini, karena Ia memilki orang yang sangat Ia kenali.
“Aku gak tahu kalau kamu akan sekelas denganku.” Kata Indira tiba-tiba.
“Aku pun juga tidak tahu. Aku bahkan kaget bisa sekelas denganmu.” Jawab Lyora sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding You're Love
Teen Fiction"Mengapa kamu terlalu dingin? Rasanya aku sangat sulit untuk menghangatkan hatimu. Padahal aku ingin sekali 'kembali' mengenal duniamu." -Lyora Moza Alsava "Tanpa sadar kamu sudah menghangatkan hatiku. Kamu sudah masuk 'kembali' kedalam duniaku. Ke...