part 2 (She Leave He come)

155 53 9
                                    

Part 2 (She leave, He come)

"Tok Tok Tok" dengan ragu kuketuk pintu ruang pribadi ayahku sebanyak tiga kali seraya merapikan anak rambutku yang mencuat dari sanggul.

Dan yang kudapatkan hanya keheningan, tidak ada respon sama sekali dari empunya yang mungkin sekarang sedang enak enakan tertidur didalam dengan penghangat ruangannya yang nyaman dan sedangkan aku menunggu diluar sambil memeluk diriku sendiri kedinginan tanpa tungku perapian yang hangat.

'Ugh....ini diluar ekspetasiku, asumsiku, hipotesisku dan perkiraanku'

Dengan jengkel kuraih kenop pintu lalu memutarnya serta mendorongnya perlahan. Ah, sial ternyata dikunci.
Kudorong dorong, tak bergeser sejengkalpun,
Ku intip dari lubang kunci, ahh.. gelap. Mungkin karena kuncinya tertancap dipintu sehinga menghalangi pengeliatanku.

Ingin rasanya aku mendobrak pintu ini, tapi memangnya aku sangup?
Segala usaha kucoba namun hanya membuahkan satu hasil yang sama yaitu nihil.

"Ayah apa Aku boleh masuk?!!" akhirnya aku berseru sekeras kerasnya sembari menaikan beberapa oktaf nada bicaraku. berharap dia segera mendenggarnya, tak lama kemudian Bill, pengawal pribadi ayahku membukakan pintu untukku sembari membungkukan tubuh jangkungnya, menghormat kepadaku.

"Huh...Kalau tau akan begini, lebih baik aku langsung teriak saja" aku mendengus kesal.

"Maaf, lainkali saya tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi" Bill memasang raut wajah bersalah. Sedangkan aku memasang tampang acuh lalu beranjak masuk.

Aroma vanila, citrus blend yang dipadukan dengan cypress dan cendana langsung menyeruak di indra penciumanku saat Aku melenggang memasuki ruang pribadi ayahku. Bau parfum ini tak pernah berubah, tata letak ruangannya juga, hanya saja lukisan itu.

Ya, Ayah sudah tidak memasang lukisan ibu melainkan lukiran Ratu Kirrin, ibu tiriku. Apa mungkin kedudukan ibu di hati Ayah mulai bergeser sama halnya dengan lukisannya

Entah kenapa di hatiku tersirat rasa kecewa bercampur ngilu melihat hal itu, tapi bagaimana pun juga bagiku sosok ibu tak akan pernah digantikan oleh nya. Ya, walaupun aku tak pernah merasakan rasanya dibelai, dipeluk, dan disentuhnya. Tapi Aku tau dia sangat mencintaiku lebih dari nyawanya sendiri.

Ibuku meninggal saat melahirkan Aku dan Lucas, padahal dia tau bahwa kehamilannya sangat lemah dan beresiko kematian, tapi dia dengan rela menerima segala resiko itu demi kami. Buah hati yang bahkan belum menggenalnya sama sekali.
Hari itu pun tiba, dia melahirkan sepasang bayi kembar fraternal, seluruh istana pun bersuka cita namun dibalik semua itu seluruh istana juga turut berkabung atas meninggalnya Ratu kerajaan Lunaria, dia telah mengorbankan hidupnya demi hal yang dia cintai.

Terbayar sudah semua hasil jerih payah dan segala pengorbanannya, satu kehidupan untuk menebus dua kehidupan. Aku tau itu pasti perjalan yang sangat berat untuk ayahku, bagai mendapat hadiah sekaligus hukuman. Bahagia bercampur pilu. Entah apa rasanya?, nano nano. mungkin?

"Duduklah Lucy" ucap ayahku yang berhasil memecah lamunanku yang tiba tiba saja terbesit di pikiranku sembari membetulkan letak kacamata yang berteger manis di hidungnya.  Seketika akupun tersentak dari lamunanku yang terombang ambing dalam kepalaku.

"Dimana lukisan ibu ?" ucapku datar tanpa menatap ayah yang sibuk bergelut dengan setumpukan kertas yang tercecer di meja kayu mahoni dia tampak letih dan sedikit pucat.

"Aku menaruhnya di gudang dan menggantinya dengan yang baru" jawab ayahku dengan alis bertaut santai sembari menyinggkirkan kertas kertas yang berserakan dan mulai fokus dengan keberadaanku. 

Aku tersenyum miring mendengar jawaban ayahku yang sedikit mencelos dadaku "rupanya posisi ibu sudah mulai tergeser oleh perempuan itu ya?" celetukku sarkatis tanpa sedikitpun menggindahkan perasaan ayahku yang tampaknya sedikit terluka dengan perkataanku. aku rela ia mencintai orang lain selain ibuku, namun tolong jangan cintai wanita itu.

Associate Of Four Knight : Assault LunariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang