"Hoshh..Hoshh..Hoshh" kucoba untuk menggatur irama nafasku yang tak beraturan sambil menyenderkan tubuh lemasku ke tembok, karena rasanya kedua kakiku tidak mampu menopang seluruh tubuhku lagi."Hei, kau kenapa?, seperti orang yang habis maraton saja" ejek seorang gadis mungil yang berdiri tegak, tak jauh dari tempat dimana aku bersender.
Orang itu tidak lain adalah Vivian, salah satu koki istana yang cukup akrab denganku. Kemudian ia melenggang kembali menjalani rutinitasnya. Memasak
"Yeaa-ah, mu-ungkin saja" sahutku asal sembari menekan dadaku yang berdetak begitu keras.
"Dasar gila" cemoh Vivian di sela sela kesibukannya memasak, dengan hati hati ia pun meletakkan daun mint di atas seonggok daging kalkun yang telah di panggang dan menuangkan secara zig zag saus cranberry lezatnya.
"Hua...Vivian tolong sembunyikan aku!, aku rasa aku dalam bahaya" sambungku, tak memperdulikan lagi air liurku yang hampir menetes karena aroma danging kalkun yang mengguar, menggelitik indra penciumanku.
Ohh..daging itu seakan menari nari dengan balutan saus cranberry lezatnya dalam imajinasiku dan mengundangku agar segera mengunyahnya.
"Tak ada bahaya disini, kau aman!"
"Tapi Vivian ak.."
"Sudah Leona, lebih baik kau minum dulu dan tenangkan dirimu sedikit" potong Vivian
Tanpa banyak bantahan, aku pun dengan tergesa gesa aku beranjak menuju lemari kaca.
tanganku yang bergetar perlahan menggambil sebuah gelas porselen lalu menggisinya dengan air mineral yang berada dalam teko tembaga yang di gosok sampai mengkilap.
Ku teguk air itu rakus untuk menghilangkan seluruh dahagaku yang tertahan sedari berlarian tadi, ku habiskan semuanya tanpa tersisa setetes pun.
"Bagaimana jauh lebih baik bukan?"
"Lumay..." hampir saja aku menyelesaikan kalimatku itu, namun Vivian tampaknya gemar sekali memotong perkataan orang seenaknya.
"Ahh.. Biar kutebak kau melarikan diri dari putri Luciana ya kan?!" Selidik Vivian seraya menepuk keras bahuku yang membuatku hampir tersedak, kemudian ia menatapku penuh curiga seperti detektif wannabe.
Entah kenapa pertanyaan itu sedikit membuatku jantungku tercelos, sampai sampai air yang ku minum hampir keluar lagi sontak Ku seka bibirku yang memuncratkan sedikit air yang tadinya telah menggalir menuju kerongkonganku sebelum para koki lainnya melihat air menjijikan itu dan mendepakku keluar dari dapur karena dianggap sangat tidak higienis.
"Ti...tidak itu tidak benar!"
Sangkalku cepat sembari menggelengkan kepalaku cepat.Vivian tersenyum sinis penuh kemenangan seakan dia berhasil merasakan hawa kedustaan menyeruak tajam dalam diriku.
"ughnn...tampaknya ia tak akan membuatku tenang setelah ini" aku meliriknya gugup, kurasakan peluh tiba tiba membanjiri keningku.
Dan akhirnya Vivian mengucapkan kalimat saktinya "kau tau pisau ini sepertinya ingin mencicipi darah seorang pembohong" bisik Vivian lembut di telingaku namun secara tak langsung mengintimidasi ku dengan sorot matanya yang kini telah berevolusi dari setajam silet menjadi gergaji. Sontak aku bergidik ngeri. Tatapan mata itu seolah ingin mencacahku seperti para lobak yang malang.
"Hadeuhh...kalo ini namanya keluar dari lubang singa masuk lubang naga" aku membatin
"Umm.....ja...jangan menatapku seperti itu" Lalu dengan susah payah ku telan salivaku kembali seraya memalingkan wajahku dari wajahnya, berusaha menghindari tatapan matanya yang WARBYAZAH itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Associate Of Four Knight : Assault Lunaria
PrzygodoweTerbiasa hidup mewah di kastil berlapis keindahan emas dan berliannya, membuat Luciana belum menggerti sepenuhnya tentang sebuah arti penderitaan. Namun, sebuah nasib sial yang menimpanya menuntun jiwanya pada sebuah kehidupan kelam yang belum pern...