Part 3 (Dont want to say goodbye)
"Aww..sakit" pekikku di sertai ringgisan tatkala jarum yang kugunakan untuk menyulam malah menusuk jari telunjukku sendiri, tak lama kemudian setitik cairan berwarna merah pekat perlahan menyembul dari pori pori kulitku, semakin banyak dan akhirnya menetes tepat di gaun pale magenta yang kukenakan. "Sial ini yang ketiga kalinya aku tertusuk jarum" umpatku dalam hati sambil menggertakkan gigiku.
Lady Cassela yang melihat jariku terluka kesekian kalinya bangkit dari tempat duduknya dan menggobati jariku. "Berkonsentrasilah Putri Lucy, jangan sakiti dirimu sendiri" tegurnya penuh perhatian yang langsung kubalas dengan cenggiran.
Lady Cassela memang benar benar seorang wanita yang baik, selain parasnya yang cantik dan menawan, ia juga pandai menyulam. Tak heran kalau wanita jahat itu, upss maksudku Ratu Kirrin langsung memilihnya sebagai guru untuk menggajariku.
"Baiklah Putri Luciana perhatikan ini" ujarnya lembut sontak membuyarkan segala lamunanku yang telah terpatri apik dalam otak cantikku.
Lalu ia menarik seutas tali berwarna keemasan dan mulai menyulam lagi, jari jarinya yang lentik bergerak dengan gemulai, seakan akan jari jari itu sedang menari nari di atas permukaan kain sutra itu. "Indah".
Akupun mulai menirukan gerakannya 'iyakk...kesini...Lalu kesitu kanan, kiri, kiri lagi, atas, kanan, kanan, dan bawah' gumamku seraya memicingkan mata menatap fokus pada pola yang sedang kusulam.namun aku bukanlah cermin yang dapat meniru sesuatu dengan amat sangat sempurna layaknya mesin penjiplak, yeah I'm only human, lantas beginilah hasil karya sulamku. Berantakan.
Beberapa sulamanku ada yang melenceng dari pola sebenarnya, sangat kontras dengan hasil sulaman Lady Cassela polanya rapi dan teratur. Seolah olah jarinya memang tercipta untuk melakukan hal itu. Aku hanya menatap pasrah pada hasil sulamanku yang kacau balau ini, Yang merupakan saksi bisu nun tuli bahwa aku memang tidak punya bakat dalam Menyulam, menjahit, Atau apapun yang sejenis dengan itu."Lain kali kau pasti bisa lebih bagus" hibur Lady Cassela. Memang hasil sulamanku tak sebanding dengan milik Lady Cassela namun suatu saat kelak aku pasti bisa lebih baik darinya kataku memotivasikan diriku sendiri, dari pada menggutuk diriku sendiri.
"Ya semoga saja" ucapku sambil mendekatkan kursiku ke perapian agar tubuhku lebih hangat, Lady Cassela menggulas senyumnya mendengar jawabanku yang terdengar macam orang putus asa.
'Tok tok tok' terdengar suara orang menggetuk pintu di sela perbincanganku ketika kami sedang meminum teh hangat dengan paduan rempah rempah khusus, yang di percaya bisa mengahangatkan badan di musim salju."Masuk" ucapku lantang,oh rupanya orang itu Merry
"Maaf menggangu" tutur Merry sambil tersenyum lebar yang memperlihatkan sederetan giginya yang putih kinclong Tanpa noda.
"Aku rasa jadwalku sudah selesai hari ini, jadi aku mohon pamit" pamitnya seraya melanggkahkan kakinya, beranjak pergi meninggalkan aku dan Merry berdua."Duduklah" perintahku dingin tanpa ekspresi pada Merry. Ia pun langsung duduk tanpa membantahku.
"Jadwal anda sudah selesai hari ini, Putri bisa meminta sais untuk berjalan jalan kalau Putri ingin" ungkap Merry masih dengan senyumannya.
"Kau jahat" tudingku tanpa memandangnya
Merry pun langsung terlonjak oleh peryataanku yang di luar nalar "ehh??? Apa yang dimaksud Putri aku?" Tanya Merry kebingungan sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya kau jahat" aku masih memunggunginya, mataku hanya tertuju pada api perapian yang menghanguskan gelondongan kayu tanpa ampun.
Merry membelalakan matanya ketika mendengar ucapanku yang seperti geledek di siang bolong "a-aku jahat?" Tanya Merry kebinggungan. Yang lansung kubalas dengan delikan tajam, teganya ia menyembunyikan hal besar ini dariku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Associate Of Four Knight : Assault Lunaria
AventureTerbiasa hidup mewah di kastil berlapis keindahan emas dan berliannya, membuat Luciana belum menggerti sepenuhnya tentang sebuah arti penderitaan. Namun, sebuah nasib sial yang menimpanya menuntun jiwanya pada sebuah kehidupan kelam yang belum pern...