Part 4 (The New Talkative Maid)
"Putri Luciana bangun"
"Putri Lucy bangun, hari sudah pagi" ucap seorang wanita asing yang yang menggema nyaring di telingaku Seraya menguncang guncang badanku yang terkapar lemas tidak berdaya di ranjang akibat terlalu lelah efek terlalu lama bermain main dengan Ace. Pedang kesayanganku yang ku temukan di backroom.
"Hoam....aku masih lelah, biarkan aku tidur, Ini perintah!" ucapku asal sembari menarik selimut sampai ke ujung kepalaku,
"pelayan ini benar benar menggangu tidur cantikku, seandainya Ace ada di tanganku pasti sudah ku tebas bibir bawelnya itu" batinku sedikit ngawur efek dari kelelahan bercampur kelaparan karna hanya sepotong sandwitch dan semangkuk sup yang ku makan sejak kemarin.
"Tuan Putri Luciana yang cantik, baik hati, dan tidak sombong" rajuknya dengan nada yang sangat manja dan centil. "Dasar penjilat" sahutku dalam hati.
"Ratu akan memecatku jika Tuan Putri tidak mau bangun. Lagi pula sekarang Putri Lucy akan pergi ke butik bersama Ratu kirrin untuk membeli gaun baru, bukankah itu menyenangkan" ungkapnya sok tau Seraya bersenandung ria, yang terdengar benar benar menyebalkan di kupingku. Aku pun mengerang malas yang bercampur aduk dengan jengkel di dalam selimut tebal yang membungkus tubuh jangkungku, sembari berharap pelayan baru ini tersambar petir zeus yang tiba tiba murka lalu di bawa burung phoenix raksasa menuju Merkurius untuk terpangang selama lamanya. Ahh...sudahlah ini hanya imajinasiku.
"Oh ya ratu sedang menunggu anda di taman" ucapnya girang karena berhasil mengingat apa yang telah di lupakan.
Pelayan ini sungguh tak bisa diajak kompromi ya?! Atau dia memang bebal, ia sama sekali tidak menggubris perintahku padahal aku yakin dia mendengar perintahku, seandainya saja Merry masih ada disini, pasti dia akan membuatkan sebuah alasan agar aku bisa tidur lebih lama. Ahh~..aku merindukan Merry
"Ya" sahutku pada akhirnya dari pada menghabiskan waktu berhargaku untuk mendengarkan semua celotehannya yang tak berguna dan berfaedah. Dan sebenarnya lebih tepat di sebut omong kosong.
"Oh, ya tuan putri namaku Leona Churchill mulai sekarang aku yang melayani anda" tuturnya dengan bangga kemudian membungkukan badannya memberi hormat padaku.
Namun aku tak perduli dengan perkenalan Leona seolah perkataannya masuk melalui kuping kanan dan keluar lewat kuping kiri."Apa Air panasnya sudah siap?" tanyaku acuh dengan mata setengah terbuka, setengah tertutup menahan rasa kantuk yang menyergapku
"Tentu saja sudah siap" Leona membuka pintu kamar mandi, seketika harum lemon sisilia yang dibalut harumnya jeruk mengusik indra penciumanku. Aromanya segar dan juga mewah, berbeda dengan merry yang lebih suka menambahkan aroma kayu kayuan atau rempah rempah.
"Tidak buruk" batinku sembari menghirup nafas panjang, menyerap sebagian aroma yang menyeruak ke penjuru kamarku.
Dengan tiga perempat kesadaran ku langkahkan kaki jenjangku lunglai menuju kamar mandi dan membuka gaun tidur babydoll yang di lengkapi oleh renda renda dan tentunya tak lupa menutup pintu.
Tiba tiba saja aku melihat penampakan Leona di sudut ruangan, eh..apa itu cuma halusinasiku saja yah?
Ummnn....Tapi untuk halusinasi dia cukup nyata ehh..apa dia nyata?!"Kyaa.....!!!sedang apa kau disini????!!!!" seruku setengah berteriak, setengah menjerit, dengan secepat mungkin akupun membenarkan kancing gaunku yang seutuhnya terbuka lalu menatapnya dengan tatapan geram. Sedangkan Leona sedikit terlonjak melihat gelagatku.
"Menggosok punggung tuan putri dengan sikat ini" paparnya jujur sambil memasang tampang polos, lugu dan yang paling menyebalkan nya DIA MEMASANG TAMPANG TAK BERSALAH, padahal dia SANGAT SALAH!.
Bagiku bagian tubuhku adalah hal yang benar benar privasi. Dan dia baru saja melihat daerah privasiku, yang berarti secara tak langsung dia telah mengusik ketentraman batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Associate Of Four Knight : Assault Lunaria
AventuraTerbiasa hidup mewah di kastil berlapis keindahan emas dan berliannya, membuat Luciana belum menggerti sepenuhnya tentang sebuah arti penderitaan. Namun, sebuah nasib sial yang menimpanya menuntun jiwanya pada sebuah kehidupan kelam yang belum pern...