3. Kok Baik

36.6K 2.1K 23
                                    

"Tadi katanya lo gak mau. Labil lo." ucap Rean sambil memakai helmnya.

"Itu kan tadi. Eh tunggu bentar." balas Dira lalu berlari mengambil kunci dan tasnya.

"Lo gak bawa helm?" tanya Rean saat melihat gadis itu berjalan ke arahnya.

"Eh iya bentar kayaknya di mobil ada." ucap Dira lalu berbalik lagi dan mencari helm.

"Itukan helm untuk cowok. Itu punya lo?" tanya Rean heran karena gadis itu membawa helm khusus cowok.

"Eh ini punya sepupu gue ketinggalan di mobil." balasnya dan Rean pun hanya mengangguk - angguk.

"Kunci mobil lo mana? Nanti gue bawa ke bengkel mobil lo." ucap Rean.

"Gak usah. Gue bisa nyuruh sopir di rumah untuk bawa ke bengkel." balas Dira.

"Gak usah membantah. Tenang aja mobil lo gak gue curi kok." ucap Rean terkekeh.

"Lo itu pemaksa." ucap Dira kesal lalu menyerahkan kunci mobilnya.

Setelah itu ia menaiki motor Rean. Dan dengan kecepatan di tinggi Rean membawa montornya. Dira berpegangan tasnya Rean dengan memejamkan matanya karena motor yang ia tumpangi ini melaju dengan cepat.

"Pegangan gue jangan tas gue." ucap cowok itu.

"Gak usah modus." ucap Dira kesal.

Dan Rean pun menambah kecepatam lajunya sehingga Dira pun tanpa sengaja memeluk Rean.

"Nah gitu aja. Nanti lo jatuh kalau gak pegangan." ucap Rean sambil terkekeh.

Dira melepaskan pelukannya pada Rean dan memukul bahu cowok itu.

"Lo kalau naik montor pelan-pelan bisa gak sih." ucap Dira.

"Ya udah nih pelan." balas Rean lalu memelankan laju montornya.

"Eh rumah lo di mana?" tanya Rean.

"Lo dari tadi gak tanya." jawab Dira sambil mendengus kesal.

"Makanya pelan-pelan gue kasih tahu arahnya." lanjutnya.

"Oke."

"Stop." ucap Dira saat sudah sampai di sebuah jalan masuk ke perkomplekan.

"Rumah lo yang mana?" tanya Rean setelah menghentikan motornya.

"Udah lo anter gue sampai sini saja. Makasih tumpangannya." ucap Dira lalu turun dari montor itu.

"Eh tunggu." ucap Rean sambil mencekal pergelangan tangan gadis itu.

"Apa?"

"Kenapa gak sampai rumah aja?" tanya Rean.

"Rumah gue deket kok dari sini. Jadi sampai sini saja. Gue duluan ya." ucap gadis itu lalu berlalu meninggalkan Rean yang bingung di sana.

***

"Non Dira dipanggil tuan di ruang makan." ucap seseorang dari balik pintu kamar dira.

Dira pun membuka pintu kamarnya.

"Dira mau makan malam di kamar aja bi. Bibi bisa ambilin makan malam Dira gak." ucap Dira kepada pembatu di rumahnya itu.

"Gak bisa non. Tuan bilang non Dira harus makan malam bersama." balas pembantu itu.

"Bilangin ke Papa aku sibuk bi, gak bisa makan malam bersama." ucap Dira lalu menutup pintu kamarnya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di kasur dan memeluk guling, memejamkan matanya.

Ceklek

Suara pintu kamarnya dibuka. Namun, ia enggan membuka matanya. Ia juga mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Dan ia berharap itu bukan langkah kaki dia.

"Katanya bibi, kamu sibuk Dir. Kok tidur." ucap seseorang tadi.

Dira menghembuskan nafas lega. Namun, matanya kink belum ia buka. Ia merasakan kasurnya bergoyang.

"Papa tahu kamu gak tidur Dir." ucap seseorang itu lagi.

"Aku gak mau makan malam di sana Pa." ucap Dira sambil membuka matanya.

"Sampai kapan kamu seperti ini Dir?" tanya Papanya. Memang di keluarga Dira semuanya memanggilnya Dir bukan Ra seperti teman-temannya.

"Sampai semua kembali." jawab Dira lalu bangkit dari tidurnya dan menuju ke meja belajarnya.

"Papa makan malamlah. Mereka pasti menunggu. Aku makan malam nanti saja. Atau biar bibi yang mengantarkannya." ucap Dira sambil memgerjakan tugasnya.

"Baiklah." balas Papanya lalu pergi.

"Arghh..." geram Dira lalu mengambil bukunya dan melemparkannya. Setelah itu ia berlari ke kamar mandi dan membasuh wajahnya.

"Lo kuat Dir lo kuat Ra." ucap Dira pada dirinya sendiri di depan kaca.

"Gue yakin lo kuat." ucapnya lalu membasuh wajahnya lagi.

"Dan lo memang harus kuat." lanjutnya.

Tok.. Tok...Tok..

"Non Dira." panggil pembantunya dari luar kamarnya.

"Iya Bi bentar." jawabnya lalu keluar kamar mandi dan membereskan buku yang ia lempar tadi. Lalu membuka pintu dengan senyuman di bibirnya.

"Ada apa Bi?"

"Ini makan malamnya non." jawab pembantu itu.

"Makasih Bi Nah." balas Dira sambil tersenyum Lalu mengambil nampah yang berada di tangan pembantunya itu.

Setelah itu ia kembali masuk ke dalam dan memakan makan malamnya dalam suasana hening dan sunyi.

Drtt..Drtr..

Ponsel gadis itu bergetar menandakan ada pesan masuk. Ia mengecek ponselnya. Ternyata ada chat di Whatsapp dari nomor yang tidak ia kenali.

081554639xxx
Lo Dira kan?

"Siapa ya?" gumam gadis itu.

Andira

Ya. Lo siapa?

081554639xxx
Rean.

Andira

Oh. Ada apa?

Rean
Mobil lo tadi gue bawa ke bengkel. Besok pulang sekolah baru bisa di ambil. Besok gue jemput.

Andira

Gak usah. Gue diantar sopir.

Rean
Gak ada bantahan.

Andira

Gak usah Re. Lo berangkatnya siang gue gak bisa. Pokoknya gue besok diantar sopir.

Rean
Gue bakal datang paling pagi. Tanpa persetujuan lo gue jemput lo.

Andira

Ya udah gue tunggu di tempat tadi.

Read

"Lo kok baik Re." ucap Dira tanpa disengaja.

"Eh gue kok ngomong cowok urakan itu baik sih. Gak, gak." lanjutnya sambil menggelengkan kepala.

Setelah itu ia meletakan ponselnya di meja. Dan ia pun berbaring di kasur. Matanya menatap ke arah langit-langit kamarnya. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Sampai akhirnya ia memejamkan matanya dan berusaha untuk sampai ke alam mimpi.

***

Secret Girl [Sudah Terbit, Tersedia Di Shopee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang