4. Syarat?

39.1K 2.1K 58
                                    

Dengan langkah malas gadis itu melangkahkan kakinya menuruni anak tangga di rumahnya menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan gadis itu duduk dan meminum segelas susu yang dihidangkan untuknya. Kemudian ia memakan roti tawar yang tersaji di meja makan.

"Mobil kamu di bengkel Dir?" tanya pria paruh baya yang juga sedang memakan sarapannya di sana.

"Iya Pa." jawab Dira.

"Nanti biar pak Ujang yang mengantar kamu. Sekalian berangkat sama--"

"Gak usah Pa. Dira berangkat sama temen aja." potong Dira. Dira sebenarnya mau-mau saja di antar Pak Ujang, sopir pribadi keluarganya. Namun, ia tak ingin berangkat bersama dia.

"Ya sudah."

"Aku berangkat dulu Pa." ucap Dira bangkit dari duduknya.

"Eh gak nunggu mereka dulu. Sebentar lagi mereka pasti turun." ucap Jonathan, Papa Dira.

"Gak. Aku berangkat dulu Pa. Assalamu'alaikum." pamit Dira lalu mencium punggung tangan Jonanthan.

"Hati-hati." balas Jonathan.

Gadis itu mengangguk lalu keluar dari rumahnya. Ketika sudah di luar rumah ia berjalan menuju tempat kemarin. Namun, baru satu langkah ia dikejutkan oleh sebuah motor sport yang berhenti di dekatnya. Dan Dira kenal itu montor siapa.

Sang pemilik montor itu melepaskan helm dari kepalanya. Lalu menatap Dira dan menatap rumah Dira.

"Inikan rumahnya...." ucap seseorang itu menggantung.

"Jadi lo--"

"Kenapa lo bisa sampai sini?" ucap Dira memotong pembicaraan orang itu.

"Gue penasaran aja sama rumah lo. Kenapa lo nyuruh gue mengantar lo sampai gang saja." balasnya.

"Re kan udah gue bilang tunggu gue di sana kenapa lo sampai sini sih." ucap Dira kesal.

"Kenapa lo merahasiakan ini?" tanya Rean.

"Bukan urusan lo. Dan jangan kepo." balas Dira. Lalu dengan cemas ia melihat rumahnya.

"Sekarang, kita berangkat sekarang ya." ucap Dira lalu naik ke montor Rean. Dengan masih kebingungan Rean pun menuruti permintaan gadis itu.

Mereka pun berangkat ke sekolah bersama. Dan di saat sudah mendekati sekolahnya Dira berbicara dengan Rean.

"Re jangan sampai sekolah deh. Nanti anak-anak tahu kan kacau." ucap Dira sambil menepuk bahu Rean.

"Ini masih sangat pagi Dira. Lo kayak gak biasa berangkat jam segini aja. Kan belum ada orang." balas Rean.

"Tapi kan Re. Udah stop deh Re." ucap Dira. Namun Rean seolah tak mendengar ucapan Dira justru melaju lebih cepat.

"Nah belum ada yang datang kan." ucap Rean saat sudah memakirkan montornya di parkiran sekolah.

"Huh untung saja." ucap Dira lalu turun dari montor Rean.

"Makasih ya. Gue ke kelas dulu. Dan soal tadi gue harap lo tutup mulut." ucap Dira lalu pergi namun baru beberapa langkah tangannya ada yang mencekal.

"Ada apa?" tanya Dira saat berbalik.

"Gue bakal tutup mulut tapi ada syaratnya." ucap Rean lalu melepaskan cekalannya pada tangan gadis itu.

"Syarat? Kenapa harus ada syaratnya sih?" tanya Dira lalu mendengus kesal.

"Kalau gak mau gue bakal kasih tau kalau lo it---"

"Stop, stop. Oke pakai syarat. Tapi jangan yang aneh-aneh." ucapan Dira memotong ucapan Rean.

Secret Girl [Sudah Terbit, Tersedia Di Shopee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang