2. Bantuan

44.9K 2.2K 33
                                    

Suara langkah kaki terdengar di koridor sekolah itu. Dan itu adalah langkah kaki si wakil ketua OSIS. Di jam yang masih sangat pagi ia sudah berangkat sekolah. Padahal matahari kini baru terbit. Ia selalu seperti ini, datang pada pagi hari dan pulang pada sore hari. Bagaikan sekolah adalah rumahnya.

Langkah kaki itu terhenti ketika sudah memasuki ruangan yang terdapat tulisan di depan pintu "Ruang OSIS". Ia mendudukan dirinya ke salah satu bangku di sana. Membuka tasnya dan mengambil laptopnya. Mulai mengerjakan laporan yang harus di serahkan besok. Seharusnya ini tugas sekretaris tapi karena sekretaris satu dan dua sedang ada lomba sehingga ia mengajukan diri untuk menyelesaikan laporan itu.

Kini jari-jari indahnya itu mulai mengetik. Matanya fokus ke layar laptop. Karena ia fokus pada laporannya itu sampai tak menyadari ada seseorang yang memasuki ruangan itu.

"Belum selesai Ra?" tanya seseorang itu.

"Keano lo ngagetin gue." ucap Dira sambil menatap Keano.

"Lo serius amat ngerjainnya sampai gak tahu gue masuk ruangan ini." ucap Keano sambil terkekeh lalu duduk di samping Dira.

"Besok harus sudah jadi No. Gue semalem gak bisa ngerjain. Ini tinggal sedikit. Makanya gue konsentrasi supaya cepat kelar." jawab Dira dengan masih menatap layar laptop itu.

"Itu sebenarnya bukan pekerjaan lo Ra. Lo sih harusnya biar yang lain aja yang ngerjain."

"Gak papa lah No. Lagian kan sekretarisnya pada lomba keluar kota. Ada untungnya kok buat gue. Biar ada kerjaan."

"Lo datang pagi banget hari ini?" tanya Keano.

"Biasanya juga gitu." jawab Dira masih berkutat dengan pekerjaannya.

"Biasanya sih pagi. Tapi hari ini lebih pagi. Lo udah sarapan?"

"Sarapan mah gampang, No. Gue selesain ini bentar lagi kelar."

"Lo mending makan dulu deh."

"Nanti."

"Terserah lo deh. Gue ke kelas dulu ya." ucap Keano lalu pergi.

Lima menit kemudian Dira berhasil menyelesaikan laporannya. Lalu ia menyimpan data laporan tersebut di flashdisk. Kemudian menutup laptop dan memasukkannya kedalam tas.

Kini ia berjalan ke kelasnya. Saat di tangga ia bertemu dengan sahabatnya. Dan mereka pun ke kelas bersama. Sesampainya di depan kelas ia dikejutkan oleh seseorang yang berdiri di depan pintu kelasnya.

"Andira Valencia." panggil seseorang yang bersender di pintu kelasnya. Tangannya dimasukkan di saku celananya. Menatap Dira dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Minggir gue mau lewat." ucap Dira kesal ketika seseorang itu menghalangi jalannya Dira untuk masuk ke kelas.

"Lo harus tanggung jawab." ucap seseorang itu.

"Tanggung jawab? Tanggung jawab apa? Kenal lo aja nggak." jawab Dira kesal.

"Lo udah bikin gue sama teman-teman gue diskors 3 hari karena lo laporin kita lima hari yang lalu." ucap seseorang itu sambil menatap gadis itu tajam.

"Itu bukan urusan gue. Dan laporin lo itu hak gue. Gue gak salah. Lo yang salah. Dasar cowok urakan gak tahu diri." ucap Dira marah.

"Hah. Cewek memang selalu menganggap dirinya benar.".

"Gue memang benar. Lo dihukum itu karena lo salah. Dan lo pantas mendapatkan hukuman itu."

Seseorang itu tertawa meremehkan. Menatap Dira tepat pada matanya.

"Kalau lo tutup mulut gue gak bakal kena hukuman cewek galak." ucap seseorang itu.

"Itu sudah tugas gue buat laporin lo cowok urakan." ucap Dira kesal lalu mendorong cowok itu dengan kedua tangannya dan memasuki kelas. Tak peduli kini teman-temannya menatapnya dengan wajah bingung.

Secret Girl [Sudah Terbit, Tersedia Di Shopee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang