Kegagalan Pertama

102 25 15
                                    

"Dibalik setiap kegagalan ada hikmah tersembunyi yang ingin disampaikan oleh-Nya. Dan dari kegagalanlah kita dapat mencetak banyak kesuksesan dimasa depan."

----------------------------

Sudah hampir satu jam kegelapan ini menemaniku. Tidak ada yang dapat kulihat. Lilin yang aku bakar sudah habis dilahap api. Persediaan lilin sudah habis. Senter tidak tau berada dimana. Ayah, ibu, dan adikku sudah masuk kedalam dunia mimpi mereka masing-masing.

Aku sendiri.

Aku hanya ditemani dengan suara nyamuk yang berusaha menerobos masuk ke jaring putih yang melindungi aku dari gigitan mereka. Aku hanya ditemani dengan suara jarum jam yang terus berputar tanpa henti. Dan yang lebih menyesakkan, aku ditemani oleh rasa penasaran dengan isi dokumen itu.

Bosan menghampiriku. Air mulai turun dari langit dan membasahi atap rumahku. Udara dingin yang dibawa oleh angin mulai masuk melalui celah-celah jendela dan menyerang kulitku . Untung saja ada selimut yang setia menemaniku.

Mata terbuka dan tertutup sama saja, yang terlihat hanya warna hitam. Mataku mulai sayup, pintu mimpi mulai terlihat, tetapi jiwaku tidak mau memasukinya, aku tidak bisa tidur sebelum lampu ini menyala. Itulah yang tertanam dalam benakku.

Penantian membuahkan hasil, setelah 1 jam lebih aku menunggu akhirnya warna hitam tergantikan dengan warna yang menyejukkan mata. Biru, ya biru adalah warna yang mendominasi rungan kecil ini. Biru adalah warna kesukaanku, bagiku warna biru selalu memberikan ketenangan ketika melihatnya.

Aku segera bangun dari tempat tidurku, mencari hp dan casnya. Segera aku hampiri stop kontak yang berada disalah satu sudut kamarku.

Aku biarkan hpku selama 5 menit agar terisi biarpun hanya sepersen. Setelah 5 menit, hp langsung kunyalakan. Tanpa mempedulikan apapun aku membuka WPS Office dan mencari dokumen tersebut.

Layar putih dan lingkaran yang berputar-putar ku jumpai kembali. Nadiku bekerja lebih cepat sekarang. Akhirnya dokumen itu terbuka, tabel yang berisikan nama-nama dan asal sekolah mulai ditangkap oleh indra penglihatanku.

Nama-nama itu diurutkan berdasarkan mata pelajaran. Aku mulai mencari namaku. Aku menscroll layar ke bawah dengan perlahan, aku membaca setiap tulisan yang kulihat. Tapi hingga dibagian akhir dokumen, aku tidak menjumpai namaku. Mataku mulai melembab.

Aku mencoba mencari namaku kembali. Tapi sama saja, nihil. Aku tak menemui namaku.

Kristal putih mulai turun bak air terjun yang membasahi kulit pipiku.

"Aku gagal?"

Hatiku tersayat-sayat. Aku tak menyangka kegagalan itu menyakitkan. Keheningan malam dan suasana yang dingin membuat rasa sakit ini semakin menghancurkan hatiku.

Kalau aku tau, lebih baik aku tidak mengunduh dan membuka dokumen itu. Penantianku menunggu lampu menyala tadi hanya dibalaskan oleh keperihan ini. Sungguh tidak adil.

Aku ingin berteriak, tapi mulutku tidak mampu melakukannya. Aku ingin mengeluarkan semua yang ada dihati ku, tapi aku tidak tau bagaimana caranya. Yang bisa kulakukan hanyalah menangis.

Tapi bukakah laki-laki tak boleh menangis? Ah bodoh amat, tak ada juga yang melihatku. Lagipula yang kutangisi bukan soal cinta.

Dengan rasa kecewa aku segera masuk kedalam kelambu dan menutup mataku. Aku berharap bisa bermimpi indah malam ini sehingga rasa sakit ini bisa kuhilangkan.

DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang