Buku Impian

165 17 26
                                    

Tulis mimpi kalian, jangan hanya disimpan dipikiran karena pikiran itu bagaikan debu, mudah diterpa angin dan tak mudah untuk kembali.

---------------------------

"Tulislah mimpi-mimpi kalian, kemudian berusahalah sekuat tenaga untuk mencapai mimpi-mimpi itu"

Kata-kata Ibu Sarah itu terus menempel dipikiranku.

"Menulis mimpi? Apa gunanya sih?" tanyaku pada diri sendiri sambil menatap langit-langit rumahku.

Aku bingung mau melakukan apa. Aku tidak tau mimpiku apa, aku tidak tau apa manfaatnya dan aku tidak tau kepada siapa aku harus bertanya tentang ini.

Hening. Aku hanya diam. Tapi otakku terus bekerja.

"Oh ya, aku tau harus bertanya kepada siapa" gumamku dalam hati.

"Google. Ya, Om Google tau semuanya" kali ini aku mengatakannya dengan suara yang kecil, mungkin hanya nyamuk yang terbang didepan mulutku yang dapat mendengarnya.

Aku segera bangun dari kasurku untuk mengambil ponselku yang sedang berbaring diatas tumpukan buku di meja belajarku.

Aku menekan power dan ponselku pun menyala.

(Enter Password : ........)

Kutindis beberapa huruf di keyboard.

(Enter Password : drowssap)

Kunci ponselku terbuka. Kemudian aku mencari browser Google Crome. Jika kalian teliti, sebenarnya password yang kugunakan hanya kebalikan dari kata password. Aku seorang yang mudah lupa sehingga aku tidak berani membuat password yang sulit.

Aplikasi itu siap untuk memberikan informasi apa saja yang aku mau.

'Pembuktian menulis mimpi'

Itu kalimat yang kutulis dikotak pencarian. Tak sampai dua detik google memberikan banyak sekali artikel. Aku memutuskan untuk membuka artikel yang terletak paling atas.

Aku membaca kata demi kata dari atas hingga bawah artikel, bahkan tidak ada satu huruf pun yang luput dari penglihatanku. Bulu kudukku berdiri ketika membacanya, bukan karena takut tapi karena aku salut dan kagum terhadap Danang Ambar Prabowo.

Mas Danang adalah seorang mahasiswa IPB. Dia menuliskan 100 mimpinya disebuah kertas lalu menempelnya di pintu lemari bajunya. Banyak orang berkomentar tentang mimpinya, kemudian dia melepaskan mimpi yang tertempel dilemari tesebut, apakah dia membuangnya? Tidak, dia hanya memindahkannya. Kertas itu dia pindahkan ketempat tidur agar ketika dia akan tidur atau bangun pagi dia dapat melihat dan membacanya.

Perlahan satu persatu mimpinya mulai tercapai dan sampailah dia pada mimpinya yang ke-83, yaitu melanjutkan sekolah keluar negeri setelah tamat di IPB. Kalian tau apa yang terjadi? Rencana Allah berbeda, sangat berbeda. Mas Danang berhasil mengijakkan kaki di Jepang, bahkan sebelum dia lulus dari IPB.

"Luar biasa" hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku.

Artikelnya sangat, sangat memotivasi, tapi batinku merasa belum cukup dengan satu artikel. Jari jempolku menyentuh tanda kembali dibagian kanan bawah ponselku, sehingga layar ponselku menampilkan judul-judul artikel hasil pencarianku. Sekarang aku tertarik untuk membaca artikel yang terletak kedua dari atas.

DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang