Debat

41 10 8
                                    

Nilailah diri kita sebelum kita menilai orang lain

--------------------

Matahari malas memancarkan cahayanya, menyebabkan langit terlihat gelap. Meskipun suasananya mendung tapi semangatku tidak akan pernah mendung, terlebih hari ini aku dapat melihat gadis cantik itu lagi. Entah apa yang menungguku dihari kedua karantina ini, tapi aku berharap aku bisa menemukan sendal itu sehingga rubikku dapat kembali lagi.

Atmosfer diperpustakaan sungguh menegangkan. Semua siswa serius manatap buku mereka masing-masing, hampir tidak terdengar suara apapun kecuali suara untuk meminjam penghapus atau tip-ex. Ada siswa yang menatap langit-langit perpustakaan sambil memaksa kata-kata agar menempel diotaknya. Ada juga yang sibuk bermain dengan pulpennya sambil menuliskan rumus-rumus yang tak kumengerti.

Brukk

Sebuah buku dihempaskan kemeja tempat kubelajar.

"Eh Daniel?" tanyaku heran, karena dialah yang menjatuhkan buku-buku itu.

"Serius amat belajarnya. Kayaknya aku mau pindah ke matematika"

"Hah? Kenapa? Bukannya kamu biologi"

"Iya, cuman aku malas, biologi kebanyakan menghafal. Otakku tidak mudah menghafal" sambil berusaha duduk disamping Nurul.

"Tapi kalau menghafal nama cewek laju" ejek Hanif yang entah sejak kapan dia sudah berada disamping kiriku.

Daniel memandang sinis Hanif. "Kamu harus bilang sama Ibu Rahma dulu, Daniel"

"Tadi aku sudah menemuinya, dia mengizinkan"

"Baguslah"

Kami mulai belajar kembali. Keheningan terjadi kembali. Tapi tidak sehening pagi tadi.

"Eh Sultan, apa yang kamu bilang kemarin?" lagi-lagi Daniel yang mulai memecahkan keheningan.

"Apa?" dengan air muka heran.

"Itu masalah pake tasbih"

"Oh itu, itu haram" sekarang dengan air muka polos.

"Haram apanya?" kini Hanif dengan suara yang agak keras.

Beberapa orang disekitar kami menoleh karena mendengar suara Hanif.

"Iya kenapa bisa haram?" tanya Daniel dengan nada yang menunjukkan dia masih tenang.

"Kalian pernah liat nabi pakai tasbih?"

"Tidak, terus?"

"Kita hidup sesuai dengan yang dicontohkan oleh nabi. Kalau nabi saja tidak mencontohkan kenapa kita harus melakukannya?"

Daniel terdiam. "Heh, kamu lucu Sultan" ucap Hanif dengan sedikit ketawa seakan apa yang diucapkan Sultan sangat mudah untuk dijawab.

"Sekarang aku akan balik bertanya, kamu pernah liat nabi pakai motor?"

"Tidak lah, terus?" ucapnya, masih dengan nada yang polos.

"Terus? Kamu gak ngerti yah?" ucap Hanif, sepertinya amarahnya mulai naik.

"Motor beda dengan tasbih"

"Beda apanya? Nabikan tidak pernah menggunakan keduanya" sekarang Daniel yang angkat bicara.

"Tasbih digunakan untuk beribadah, sedangkan motor tidak. Semua yang menyangkut beribadah harus mengikuti hadist nabi"

Daniel kembali terdiam. "Dengar Sultan e, banyak motor digunakan untuk menuju ke masjid. Berarti itu digunakan untuk beribadah" Sekarang Hanif benar-benar terlihat marah.

DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang