Air

55 22 20
                                    

Hidup tanpa tujuan adalah hidup tanpa arti. Tanpa tujuan yang jelas kita hanya sekedar melangkah tanpa mengetahui makna dari setiap perjalanan hidup kita.

----------------------------

Kelopak mataku terbuka mendengar suara air yang turun begitu deras dari langit, bagaikan bunyi pukulan drum yang tak beraturan. Tadi malam cuaca begitu cerah, tapi sekarang keadaannya 180 derajat berubah. Aku memusatkan penglihatanku kearah jam waker yang berada diatas meja belajar, jarum pendek berada diantara angka empat dan lima, sedangkan jarum panjang berada tepat diangka enam. Ya, sekarang baru jam 4.30 pagi. Entah apa yang bisa membuatku terbangun sepagi ini. Tapi udara dingin yang kurasakan membuat tanganku bergerak untuk menaikkan selimut hingga menutupi kepalaku, seluruh tubuhku dari ujung kaki hingga ujung rambut tertutup oleh selimut. Tapi baru saja udara hangat kurasakan, azan dari speaker masjid mulai terdengar.

"Cepat amat azannya"

Dengan berat hati, aku membuka selimut dan turun dari tempat tidurku. Tanganku bergerak memegang gagang pintu dan menariknya sedikit kebawah sehingga pintu kamarku terbuka kemudian aku pergi menuju ke kamar mandi dengan langkah sempoyongan, seperti orang mabuk.

"Tumben bangunnya cepat" ucap ibuku ketika satu kakiku telah menginjak lantai kamar mandi yang masih kering.

Aku tidak mempedulikannya, aku langsung mengambil air untuk berwudu. Karena hujan masih turun, aku memutuskan untuk sholat dirumah.

****

"Astagfirullah" teriakku ketika sedang mengatur buku. Karena keasyikan chat dengan Nadia, aku sampai lupa bahwa hari ini ada pelajaran Kimia dan Ibu Sarah meyuruh setiap siswa membawa batang karbon. Dia menyuruh kami untuk mengambil batang karbon yang ada di dalam baterai. Aku lihat jam diponselku, tertulis 5.37, sepertinya waktunya masih cukup untuk memecahkan satu baterai dan mengambil batang karbonnya. Tapi dimana aku bisa mendapatkan baterai sepagi ini? Diluar masih hujan, mana mungkin ada toko yang buka. Aku memutar otakku. Ah, terlintas sebuah ide. Aku akan mengambil baterai yang ada disenter. Tapi masalahnya aku tidak tau senter itu berada dimana.

"Ibu liat senter?"

"Coba cari dikamar" jawab ibuku sambil memotong sebuah bawang.

Aku bergegas menuju kamar ibuku, dengan gerakan yang pelan karena takut akan membangunkan adikku,  aku memeriksa satu-persatu tempat yang ada dikamar ibuku. Aku cek dibawah meja, dibawah  kasur, diatas lemari, dalam tas, hingga ke lemari make up, tapi tetap saja aku tak melihat senter itu.

Sekarang aku beralih keruang tamu dan ruang keluarga, aku cek dibawah kursi, dibawah meja, ditumpukan majalah, dibelakang aquarium, disamping komputer,  dibelakang meja televisi, tapi tetap saja aku tidak mendapatkan senter itu.

Dimana sih senter itu? Sudah hampir 10 menit aku mencari, tapi tak juga kudapatkan. Aku mencoba menenangkan pikiranku dan duduk  dikursi ruang tamu. Tiba-tiba terlintas suatu tempat. Ada satu tempat yang belum kuperiksa, box tempat permainannya adikku.

Aku bangkit dari kursi dan pergi keruang keluarga dimana box permainan itu berada. Ada 2 box yang terisi penuh dengan berbagai permainan, ada bongkar pasang, uang-uang, boneka berbie, boneka beruang dan boneka masya yang mirip boneka anabelle yang membuatku sedikit kaget ketika melihatnya.

DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang