BAB 5

1K 204 55
                                    


6 bulan kemudian.
[Bab ini hanya terfokus pada Eunbi]

***

Eunbi mengamati rumah Jungkook yang kini sedang terisolasi dengan garis kuning polisi, gadis itu melirik ke segala arah penjuru lingkungan sekitarnya, tidak ada tanda-tanda wartawan, masyarakat bahkan polisi yang berada dan berjaga di sini.

Mungkin, para wartawan serta masyarakat sedang memburu gosip terbaru, meninggalkan misteri pembunuhan yang belum terungkap ini. Atau mungkin juga, beberapa orang tidak ingin mengambil langkah yang fatal, pembunuh belum terungkap, mereka tentu masih berwaspada dengan keadaan sekitar. Tidak ingin menjadi salah satunya.

Tapi ini aneh. Polisi tidak terlihat di mana-mana. Seakan keadaan telah di skenario oleh seseorang. Entahlah, firasatnya mengatakan begitu.

Setelah di rasanya aman, gadis itu dengan berhati-hati menembus garis polisi. Dengan alasan yang pasti, ia sudah membulatkan tekadnya jauh-jauh hari untuk ini.

Eunbi meraih gagang pintu rumah Jungkook, kedua pandang matanya masih awas melihat sekitar. Bisa gawat jika ketahuan, pikirnya. Dengan satu tarikan, Eunbi segera meraihnya. Ah, terkunci. Tentu saja.

Eunbi memutar otaknya dengan cepat, berharap menemukan sepintas ide agar dirinya bisa masuk ke dalam. Atensinya kemudian tertuju pada jendela besar rumah Jungkook yang terlihat terbuka perlahan akibat di tiup angin.

Bagus!

Gadis itu menampakkan senyuman miring nya, dengan segera berhati-hati memanjat jendela yang hanya memiliki tinggi sepantaran pinggang mungilnya tersebut. Setidaknya gadis itu sedikit bersyukur, keahlian memanjat yang ia miliki sekarang setidaknya di hasilkan oleh sikap cerdiknya memanjat gerbang sekolah saat Eunbi terlambat menghadiri upacara sekolahnya dulu.

Pijakan gadis berambut pendek itu kini telah sampai tepat di lantai rumah Jungkook, pandangannya mengedar ke setiap penjuru sudut rumah, pun juga dengan kedua kaki yang berjalan pelan menuju ruang belakang.

Keadaannya masih sama seperti malam saat ulang tahun Jungkook seminggu lalu—naas sekali, pria bergigi kelinci itu harus meninggal di hari ulang tahunnya. Terdapat beberapa bekas piring makanan yang belum tercuci, meninggalkan sedikit bau tidak sedap di ruangan ini, juga Eunbi dapat melihat rak penyimpanan di dekat tv yang terlihat terbongkar karena ulah Taehyung enam bulan lalu. Semua masih sama. Bahkan pecahan gelas kaca yang di pecahkan Rose malam itu.

Kedua langkah kaki gadis itu tepat berhenti di bawah lampu besar ruangan. Kedua mata besarnya memandangi lantai rumah di mana jasad Jeon Jungkook ditemukan, dengan garis polisi dan darah Jungkook yang telah mengering di sana. Seakan menjadi coretan seni rupa yang mengerikan.

Gadis itu bergidik ngeri. Dengan segera mengalihkan atensinya pada sebuah lampu yang berada tepat di atas kepalanya.

Lampu yang indah, menurutnya. Tidak mengherankan mengingat keluarga Jeon adalah keluarga yang terpandang.

Sesuatu yang terlihat ambigu di sekitaran lampu membuat atensi Eunbi mau tak mau segera terfokus ke sana.

Hey, itu tali?

Langkah kakinya refleks mengelilingi sekitar lampu, mencari celah atau ujung dari tali tersebut.

Astaga, talinya putus.

Tali yang di lihat Eunbi itu berwarna putih dan berwarna senada dengan dinding. Cukup tidak terlihat dari pandangan mata para orang awam—dan pasti hanya akan dikira seperti bagian dari hiasan lampu. Jika gadis itu perkirakan, tali itu terlihat kecil, tapi terlihat cukup kuat untuk menggantung sebuah benda yang berat. Sepersekon kemudian, suara langkah sepatu terdengar menggema di ruangan tersebut, mengakibatkan gadis itu tak dapat berpikir lebih lanjut lagi.

Eunbi melirik pintu kamar Jungkook yang terbuka, dengan segera dirinya menuju ke kamar tersebut dengan berusaha tak mengeluarkan suara langkah kaki, yang mungkin, dapat membuat nyawanya terancam nanti.

Suara langkah kaki tadi terdengar mendekat kearah belakang—tepat mendekat ke arah tempat kejadian. Gadis bersandar di dinding kamar, dirinya merapalkan doa agar orang tadi tidak berpikir untuk menuju ke tempatnya berada kini.

Entahlah, entah mengapa ia merasa itu bukanlah polisi.

Saking paniknya, gadis itu dengan tak sengaja menjatuhkan figura di atas nakas, sehingga mengakibatkan benda tersebut jatuh dengan bunyi yang cukup nyaring dan menggema ke seluruh ruangan. Mungkin Tuhan sedang tidak ingin berpihak padanya, karena sepersekon kemudian, langkah kaki itu terdengar menuju ke arahnya.

Sudah berada tepat di depan pintunya. Sedang gadis itu segera berlari menuju ke arah jendela. Tanpa pikir panjang, segera mengambil langkah seribu untuk menjauh dari sana. Menghindari kesialan–ketidak keberuntungannya–itu. Gadis itu menetralkan detak jantungnya setelah berada di ujung jalan. Gadis itu sempat berbalik ke belakang saat berlari tadi, yang di lihat nya hanya rambut panjang yang menjuntai dari wajahnya.

Astaga, siapapun orang tadi, Eunbi bersumpah itu bukanlah pertanda yang baik.

***

Eunbi mencatat hal yang di temukannya tadi di sebuah buku. Gadis itu rasa ia tidak perlu memberi tahu penyelidikan gadungannya ini kepada temannya yang lain. Sebab, di waktu seperti ini tidak baik untuk mempercayai  beberapa orang dengan cuma-cuma, meski ia pun cukup dekat dengannya.

Karena entah mengapa, firasatnya mengatakan orang yang membunuh Jungkook merupakan teman dekatnya sendiri.

Eunbi memandang kembali catatan yang berada di lembaran bukunya tersebut. Seketika jiwa sherlock holmes—seorang tokoh detektif dari buku kesukaannya—gadis itu kian membara.

Sebetulnya, masih ada yang terasa menjanggal dari kejadian tadi, ia jelas yakin ada sesuatu yang berhubungan dengan tali yang ditemukannya tersebut. Dan lagi, ada yang janggal dengan polisi-polisi itu. Eunbi menghembuskan nafasnya dengan pasrah. Penyelidikannya tidak berguna.

ia ingin menyelidiki lebih lanjut lagi. []

trap the killer | blackpinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang