BAB 8

904 162 74
                                    


Eunbi melangkahkan kedua kakinya untuk berjalan pelan kearah makam Lisa, lalu setelah sampai di depannya lututnya segera terjatuh begitu saja. Sedang Sowon—sang kakak dengan sigap menangkap bahu rapuh milik adiknya.

Kemarin, Lisa—yang juga salah satu teman terbaiknya—ditemukan tak bernyawa di rumah nya sendiri. Tidak ada bekas memar maupun luka pada tubuhnya, yang ada hanyalah bekas tali yang melintang membekas di lehernya.

Atensi gadis itu mengelilingi pemandangan seluruh pemakaman. Sepi. Rose yang meninggalkan Korea dan pergi ke Australia dengan begitu mendadak, Jennie yang menjauhi segala aktivitasnya dan mengurung diri dari wartawan, Jisoo yang mematikan ponsel serta menghapus seluruh akun sosial medianya, serta Taehyung yang bahkan gadis itu sendiri tidak tahu berada di mana pria itu.

Bahkan di saat Lisa telah tiada, dirinya tak juga mendapatkan perhatian? Sesibuk itukah keluarganya? Bahkan juga seluruh sahabat-sahabatnya?

Bukankah ini terdengar begitu miris?

Eunbi mengusap pelupuk matanya yang telah berair entah sejak kapan. Yang pasti gadis itu terlampau sangat kalut begitu dirinya menginjakkan kaki di tempat ini.

"M-maaf ... Maaf ya, m-maaf karena aku belum menemukan pembunuh Jungkook." Eunbi menunduk dalam, bahunya di tepuk pelan oleh Sowon.

"T-tapi aku janji, kali ini aku akan temukan pelakunya." Eunbi tersenyum hambar menatap foto Lisa yang tangan tersenyum lebar, mengusap kedua pelupuk matanya dengan kasar lalu kemudian menaruh sebuket bunga mawar merah di atas makam Lisa.

Aku janji padamu.

***

"Kim Jisoo. Mari kita berbicara dengan bahasa formal." Suara tegas Sowon memenuhi ruangan, dirinya mengagetkan Jisoo dengan meletakkan segelas kopinya diatas meja.

Gadis itu sesekali nampak menggigit bibir bagian bawahnya. Jemarinya juga tak lupa untuk sesekali memainkan kuku-kukunya. Sowon tersenyum asimetris, gadis ini begitu gugup tampaknya.

"Jadi, mari kita mulai saja ini tanpa basa-basi." Sowon menatap lurus kedua mata Jisoo. "Mengapa anda bisa ada ditempat kejadian saat itu? Bukankah saat kejadian itu telah larut malam?"

Sowon bersikap tenang menunggu jawaban dari gadis bernama Jisoo yang duduk berhadapan dengannya.

"A-aku ingin bertemu dengan temanku." Jawab Jisoo pelan sedikit terdengar gugup. Kembali memainkan bibir serta kedua kuku-kukunya lagi.

"Apa orang itu Lisa?" Sowon kini memainkan pulpen bertinta merahnya yang berada diatas meja.

Jisoo menggeleng lemah. "Bukan."

Tubuh Sowon segera condong ke arah gadis berambut hitam itu. Menautkan kedua alisnya begitu bingung dengan jawaban yang diterimanya. "Lantas?"

Jisoo menunduk. Menyembunyikan wajahnya dengan rambut dan tidak membiarkan Sowon melihatnya.

"Lalu siapa?" Sowon mulai menopang dagu—malas. Ia paling tidak suka saksi yang terlalu bertele-tele.

"Rose."

Seketika Sowon terbelalak.

***

"Yeobseyo?" [Halo?]

"Eunbi! Segera telepon seseorang yang bernama Rose sekarang juga!" Eunbi mengerut bingung mendengar napas tidak teratur kakaknya di seberang sana.

Sedang Sowon tengah berjalan keluar gedung kepolisian dengan tergesa-gesa.

"K-kenapa kak?"

Sowon mengatur napasnya yang kini tak beraturan. Seragamnya begitu kusut dan rambutnya bahkan tak lagi terbentuk berkat berlari-lari beberapa menit lalu.

"Dia ada ditempat kejadian!"

***

Rose berjalan dengan perlahan di sepanjang koridor apartement Taehyung. Entah mengapa perasaannya mengatakan bahwa kekasihnya itu kini berada di apartement nya sekarang.

Rose tersenyum menahan gugup, ia telah menyiapkan sebuah kado di genggamannya. Gadis itu merasa bersalah telah meninggalkan kekasihnya itu kemarin, dan pergi ke Australia.

"Dia pasti memaafkanmu, tenang saja." Gumam Rose menyentuh dadanya dan bergumam pada dirinya sendiri.

Rose berhenti di pintu masuk apartement Taehyung. Gadis itu nampak terlihat  menimbang-nimbang sesuatu sebentar.

"Apa sandinya masih sama seperti dulu?" Rose memencet beberapa angka yang tertera. dan benar saja, sandi apartement kekasihnya masih sama seperti dulu.

Rose bersorak dalam hati. Dengan perlahan, gadis itu melangkah masuk. Seluruh atensinya berada pada apartement Taehyung yang gelap gulita.

Rose mendecak. Pemuda itu. Masih saja terus berantakan seperti ini?

"Tae ... "

Rose berdiri mematung di depan kamar Taehyung. Pendengarannya tidak salah lagi, ia mendengar suara perempuan serta kekasihnya di dalam di sana.

I-itu suara perempuan? Atau bukan? Bisiknya dalam hati mencoba mengusir segala kemungkinan terburuk. Ia menghembuskan napas dalam.

Rose mencoba membuka ganggang pintu kamar kekasihnya dengan perlahan.

Gadis itu sontak mematung di ambang pintu. Meratapi tubuh Taehyung yang hanya tertutupi oleh selimut tipis yang juga bersama dengan gadis di sampingnya. Dirinya terasa begitu hancur. Semua hal yang tidak diinginkan nya akhirnya menjadi kenyataan.

Rose menjatuhkan kadonya, tanpa sadar air mata mulai membasahi kedua pipinya. Berjalan cepat ke arah Taehyung yang begitu terkejut dengan kehadiran Rose dan menampar pipinya keras.

"Apa gunanya semua pengorbananku padamu sialan!" []

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

trap the killer | blackpinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang