BAB 7

727 169 90
                                    


Sowon menyerahkan sebuah bungkusan berisi tali sepatu yang ia temukan itu di tempat kejadian perkara pada Seokjin–sang inpekstur muda. Seokjin tentu segera meraihnya dari tangan Sowon, mengamati tali sepatu bewarna putih itu dengan detail.

"Lihat polanya. Unik bukan? Aku rasa mereka buat sendiri, atau mereka memesannya kepada perancang sepatu dengan desain yang khusus." Sowon menunjuk pola itu dengan jarinya.

"Atau juga ..." Sowon menatap Seokjin. "Dari sebuah toko sepatu yang khusus?"

Eunbu yang sedari tadi hanya memerhatikan percakapan diantara keduanyanya kini hanya mampu mengerutkan kedua alisnya bingung.

"Kak? Kau mengenal dia?" Tanya Eunbi setengah berbisik di telinga Sowon.

Sowon mengecap lidahnya, mengangguk. "Yap, tentu saja. Aku dan Seokjin telah kenal cukup lama." Jelasnya begitu singkat.

"Oh iya, Seokjin!" Panggilnya. Berusaha mengalihkan perhatian pemuda itu dari tali sepatu yang baru saja ditemukannya barusan.

"Ada apa?" Seokjin mendengus malas.

"Adikku ingin ikut dalam investigasi ini. Boleh ya? Tenang saja, dia bukan tipikal gadis pengacau. Iyakan, bi?" Sowon menoleh pada Eunbi, gadis itu segera saja tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya—berusaha mengambil kepercayaan Seokjin.

Sowon kembali memalingkan wajahnya pada Seokjin, kembali tersenyum manis. "Eunbi juga mempunyai otak yang cair, jadi tenang saja. Dia bisa membantu kita dalam investigasi ini, percayakan padaku." Seokjin terdiam, sedang Sowon kembali melanjutkan. "Salah satu korban juga merupakan teman dekatnya. Ini dapat membuat pekerjaan kita lebih mudah."

Seokjin mendengus malas. Telah ia duga, wanita tinggi itu akan mengikutkan adiknya dalam investigasi mereka.

"Yah, terserah." Seokjin menatap Eunbi serta Sowon tajam. "Dia boleh ikut, aku hanya berharap dia tidak mengacaukan investigasi kita kali ini." Gumam Jin terdengar begitu pasrah, meletakkan bungkusan tali sepatu tadi di atas meja.

Sowon maupun Eunbi tersenyum lebar. "Ya! Tenang saja! Eunbi adalah gadis yang bisa kita percaya untuk kasus ini."

***

Gadis bertubuh langsing itu berjalan menyusuri jalan trotoar yang sepi. Kini telah lewat tengah malam, tidak ada taksi maupun orang yang berada di sekelilingnya kali ini. Bodoh, ia mabuk dan harus berjalan kaki di tengah malam akibat telah menghabiskan berbotol-botol soju.

Sesekali ia nyaris terjatuh, segala hal yang berada otaknya seperti berputar dengan cepat. Ia juga dapat merasakan kedua matanya hampir tertutup rapat, seolah ingin menelannya ke dalam kegelapan malam begitu saja. Gadis itu tersenyum lebar, terdengar beberapa kali suara tawanya yang menggelegar di sepanjang trotoar jalan yang begitu sepi.

"Kook ... Dadaku sakit ..." Ia menepukkan dadanya dengan kedua genggaman tangan. "K-kenapa ... Aku di tinggal sendiri."

Kini suara tawa itu terganti oleh suara isakan dari bibirnya. Gadis itu tercekat, sungguh kehilangan Jungkook adalah mimpi terburuk yang pernah dialaminya.

"Aku hanya ingin bangun, sialan! Ak-aku tidak ingin lagi di dalam mimpi buruk ini!" Teriaknya kembali berjalan, hingga tampak di netranya sebuah belokan. Ia segera memutuskan untuk melangkahkan kedua kakinya berjalan ke sana.

Di saat sebuah rumah bercat putih mulai terlihat di kedua netra, gadis itu segera membuka pintu rumah itu dengan sisa-sisa kesadarannya. Tak lebih dari itu, seorang gadis berdiri tak jauh dari hadapannya. Ia lantas mengucek kedua matanya, mencoba memastikan bahwa yang ia lihat kini tidak salah lihat.

"Kau ... ? Mengapa disini? A-aku ... Hik... Tidak salah liat bukan? I-iyakan?"

"Tidak. Tentu tidak." Jawab gadis itu sembari berjalan mendekat ke arah nya.

Dalam beberapa sekon, gadis itu mengikatkan tali di lehernya dengan sangat kencang, segera membuatnya kesulitan untuk bernapas dan meraih-raih langit dengan kedua tangan serta lidah menjulur.

"Kau minum banyak, ya? Jangan cemas, kau akan segera menyusul Jungkook di surga. " Ucap gadis itu lagi sembari tertawa.

"Hahk ... Hentik-an... T-tolong ... L-lepaskan aku." Ia mencoba meraih ujung gaun dari gadis yang mengikat lehernya dari belakang.









"Ji-jisoo ... Tolong lepas..."









Gadis itu kembali tertawa begitu nyaring. "Sorry, but I don't need you again."

Gadis itu kembali menarik tali di genggamannya dengan sangat kuat, mengakibatkan tali di genggamannya tersebut kembali mencekik leher Lisa yang akhirnya membuat nyawanya melayang.

Gadis itu kembali tersenyum lebar. "Aku membencimu, dasar gadis bodoh." []

trap the killer | blackpinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang