Bab 3 - Beat by a Goat

15.4K 2.3K 319
                                    

Seorang gadis yang memiliki rambut berwarna kuning keemasan seperti cahaya matahari dan mata cokelat lembut bagaikan warna tanah, sedang duduk di kursi dan membaca buku. Seorang pelayan perempuan yang usianya lebih tua dari majikannya, berdiri di sisi untuk menunggu perintah.

Psyche mendongak dan melihat sekeliling dengan tatapan tidak suka. Beberapa patung berbagai gaya yang menyerupai gadis itu, terlihat memenuhi ruangan, tempat seharusnya dia dapat beristirahat dengan nyaman. Bahkan saat ini, putri bungsu dari Raja Miletus, kesulitan untuk berjalan tanpa menabrak salah satu kembarannya yang terbuat dari marmer.

"Hadiah untuk Putri Psyche!" seru salah seorang pengawal kerajaan, sebelum mengizinkan dua orang rekannya menggotong sebuah patung raksasa yang lagi-lagi mengambil wujud gadis itu lalu, meletakkannya tepat di depan sang putri yang terperangah.

Mata Psyche melebar dan wajah gadis itu terasa terbakar ketika melihat patung telanjang berpose menantang yang menggunakan wajahnya. Tiga orang pengawal kerajaan yang berada di ruangan, diam-diam mengamati sang putri dan sang patung bergantian.

Putri bungsu Raja Miletus segera memberikan tatapan galak kepada ketiga bawahannya yang berpikiran kotor lalu, mengusir mereka. "Kalian bertiga! Berhenti melihat ke arah patung dan keluar sekarang! Katakan kepada pemahat yang memberikan hadiah bahwa kita tidak lagi menerima patung!"

"Ta-tapi, Putri, patung kali ini sangat menyerupai diri Anda," jawab salah satu pengawal dengan tatapan memuja. "Rumor bahwa Anda adalah keturunan dari Aphrodite, pasti benar adanya."

Psyche mengerutkan wajah kesal. "Berhenti membandingkan saya dengannya! Sudah saya katakan berulang kali bahwa saya tidak memiliki hubungan apa pun dengan Dewi Cinta!"

"Anda jauh lebih cantik," balas pengawal lain dengan tatapan penuh kekaguman.

Tidak merasa bangga, gadis itu berteriak gusar. "Keluar! Sekarang juga!"

Para pengawal itu menunjukkan ekspresi kecewa dan membalikkan tubuh untuk menuruti perintah sang putri. Psyche menatap kembali ke arah patung dengan jengah dan berkata kepada pelayannya. "Tutup tubuh patung ini dengan kain."

"Patung baru?" Suara Adena mengejutkan gadis itu.

Saudarinya yang lebih tua dua tahun, melangkah masuk dan mengamati marmer yang berbentuk tubuh Psyche. "Tubuhmu terlihat lebih dewasa."

Wajah putri bungsu Raja Melitus merah padam dan berusaha menutupi pandangan kakaknya dengan berdiri di antara mereka. "Kakak, ada urusan apa?"

Adena mendengkus. Rambut merahnya berkilau bagai api. Mengibaskan debu tidak terlihat pada gaun jingga yang dia kenakan, gadis itu berkata, "Kau harus meminta mereka berhenti memujamu berlebihan. Lorong istana sudah penuh sesak dengan benda-benda itu. Para pelayan mengeluh karena harus meenghabiskan banyak waktu untuk membersihkan mereka dari debu setiap harinya."

"Aku sudah berulang kali meminta mereka berhenti mengirimkan hadiah," ucap putri bungsu Raja Miletus membela diri. "Aku juga kesulitan bergerak karena patung-patung itu."

Adena memutar bola mata. Adiknya bertingkah seakan-akan tidak menyukai pemujaan yang dilakukan oleh rakyat mereka kepada gadis itu. Malas berdebat, dirinya memutuskan untuk memberitahukan kabar penting yang harus dia sampaikan. "Psyche … aku datang untuk memberitahukan kepadamu, bahwa aku telah menerima pinangan dari Pangeran Gerome, kami akan menikah beberapa bulan lagi."

"Benarkah?" tanya Psyche terperanjat. Dari banyaknya hadiah yang diperolehnya dari pangeran itu, putri bungsu Raja Miletus mengira bahwa dirinyalah yang akan memperoleh lamaran.

Tersenyum bahagia, putri kedua Raja Miletus berujar, "Kau terkejut, kan? Gerome mengatakan bahwa kecantikan semata tidak akan cukup untuk menarik hatinya, karena itu dia memilih untuk melamarku dibandingkan memintamu untuk menjadi istrinya."

Psyche [ Buku 3 Mitologi Yunani ] Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang