[05] Positif Hamil

107K 5.2K 318
                                    

"Bagaimana mungkin kamu melupakan kejadian malam itu? Kamu bersikap seolah itu tidak pernah terjadi. Kamu laki-laki yang tidak punya hati dan pikiran. Itu yang aku tahu."

-Raveira Livira Shabira-

__________

Vei duduk dengan resah di bangku tempat duduknya. Perutnya mual. Benar-benar mual. Rasanya ia ingin muntah, tapi tidak bisa.

"Lo kenapa?"

"Anterin gue ke toilet bentaran, yuk!"

"Lo sakit?"

"Sedikit,"

Livi langsung meminta izin kepada Bu Harini yang sedang menerangkan mata pelajaran di depan kelas.

Setelah mendapatkan izin, Vei cepat-cepat keluar kelas menuju toilet perempuan.

Pagi ini, sudah kesekian kalinya Vei merasakan mual. Dan berulang kali juga perempuan itu muntah-muntah seperti saat ini.

Livi memijit pelan leher Vei. "Lo masuk angin kali, ya?"

"Gue harap... gue harap ini cuma masuk angin biasa."

"Pulang sekolah kita ke dokter aja."

Vei menggeleng. "Jangan, Liv."

"Lo sakit, Vei."

"Gue takut kalo... kalo ternyata ini bukan sakit perut biasa," tangan kanan Vei memegangi perutnya. "Gue takut kalo ternyata... gue hamil."

"Lo kok ngomong gini lagi sih? Kan udah gue bilang... sssttt..." Livi langsung menarik Vei ke dalam pelukannya. "Lo kok jadi cengeng gini sih? Ke mana Vei yang dulu?"

Livi merasa akhir-akhir ini Vei terlalu mudah emosi. Perempuan itu sering marah, menangis karena sesuatu hal yang sepele. Padahal, biasanya Vei tidak pernah bersikap seperti ini.

"Liv, gue takut," Vei mengeratkan pelukannya pada sahabatnya itu. "Gue takut sesuatu terjadi sama gue... dan jika itu terjadi... gue harus apa?"

"Nggak! Nggak bakalan terjadi apa-apa."

"Tapi, gue ngerasa sesuatu terjadi dalam diri gue..."

"Kalo terjadi apa-apa sama elo nantinya... gue pastiin cowok berengsek yang buat elo jadi gini... gue musnahin."

Vei diam.

Apakah Livi sanggup memusnahkan Atta? Atta yang notabenenya adalah kakaknya sendiri, demi sahabatnya Vei. Karena bagaimanapun juga yang telah membuat Vei menjadi seperti saat ini adalah Atta.

Atta jugalah laki-laki berengsek yang Vei maksud selama ini.

"Kalo lo takut buat minta pertanggung jawaban sama dia, bilang ke gue. Biar gue yang---"

"Lo nggak mungkin bisa, Liv." Tangis Vei semakin kencang. "Dia cowok berengsek yang nggak pernah punya hati."

"Gue semakin penasaran... siapa sebenernya cowok yang lo maksud itu?"

Ingin rasanya Vei mengucapkan nama Atta saat ini. Ingin sekali Vei bercerita perihal Atta pada Livi. Perihal kakak laki-lakinya itu yang sudah mengubah hidupnya. Namun, Vei tidak sanggup.

Vei tahu, jika Livi tahu yang sebenarnya bisa dipastikan bahwa ia akan membenci Atta. Vei tidak mau menciptakan perpecahan di antara keduanya, tapi di sisi lain hanya Vei yang menanggung beban itu.

"Secepatnya elo harus cek keadaan elo, Vei."

Vei hanya mengangguk menanggapi perkataan Livi itu.

The FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang