Sebuah Janji

100 8 2
                                        




Hari sudah semakin gelap, sepertinya bus kota sudah lama meninggalkan halte. Aku lupa menjemput adikku, aduh sangat gawat. Tapi tak perlu khawatir, Celli pasti sekarang sudah di rumah, karena aku tahu kalau Celli bisa menjaga dirinya. Aku dan Rangga masih berada di sekolah, dan kurasa kita berdua masih memikirkan hal yang sama. Tentang Natalia, tak dapat dipungkiri bahwa dirinya memiliki semacam rahasia yang tidak mau diungkapnya. Perkataannya tentang setiap orang pasti memiliki alasan untuk tidak memberitahukan alasannya, membuatku lebih sibuk untuk merenungi kata-kata itu.

"Man, kita pulang yuk..."

"naik apa?"

"Tenang gua bawa motor kok."

"oke deh, gue nebeng."

Nasib baik, untung Rangga bawa motor ke sekolah. Kami berdua langsung bergegas ke tempat parkir dimana motor Rangga di parkir. Aku hanya bisa melamun dan terkesima setelah melihat motornya Rangga. Bagaimana tidak, ia punya motor sport Kawasaki Ninja 250 R dengan mesin 4 tak terdengar garang ketika di geber. Suaranya sangat menggelegar, aku punya firasat Rangga ini pasti anak orang kaya.

"ayo Man, kita cabut!"

"o..oke!"

Tarikan mesin motor sport itu sangat kuat. Aku bisah jatuh ke tanah jika saja aku tidak berpegang pada tas Rangga. Benar-benar brutal Rangga ini, motornya digunakan seperti pembalab profesional saja. Mobil, truck, bus semua di salib. Ini benar-benar mengerikan, bahkan lebih baik aku disuruh naik roller coaster dibanding harus pulang bersama Rangga. Derikan mesin motor sport Rangga menarik perhatian semua pengguna jalan. Aduh Rangga ini, lebih cocok kau jadi gangster saja dibanding jadi anak SMA.

Memang cepat, tak sampai 10 menit kami berdua sudah sampai di depan komplek. Rangga memberhentikan motornya di depan rumahku. Tak enak karna Rangga telah mengantarkanku, kusuruh dia menunggu di sini untuk bertemu mamah dan diberikan imbalan. Biasanya mamah memberi makanan atau snack. Tapi Rangga menolak dan berpamitan karna ia sedang terburu-buru.

Yah biarkan sajalah, yang penting dia sudah mengantarkanku dengan selamat.

Sesampai dirumah, kuletakkan tas dan sepatu di tempat rak dan kamar, sambil mencium tangan mamah yang sedang bersantai di ruang tamu bersama Celli. Ah aku bersyukur Celli bisa pulang sendiri dengan selamat.

"kak Arman tadi lama, makanya Celli pulang duluan!"

"hehe... iya kakak tau"

Tak perlu berfikir panjang lebar, aku bergegas mandi. Mandi menggunakan air hangat dan sedikit relaxation foam membuat badan sedikit lebih segar, ditemani Donald yang selalu setia menemaniku saat mandi. Tiap basuhan air hangat yang mengenai kepalaku membuatku teringat dengan kejadian di sekolah tadi.

Kenapa aku harus mengingat-ingat kejadian itu lagi sih. Aku sangat resah dengan kejadian tadi. Maka kucoba untuk menarik nafas dalam-dalam, dan kucoba melepaskan semua beban pikiran yang ada di dalam kepalaku ini. Keluarlah bagai air yang membasuh kepalaku ini.

***

Selesai mandi, seluruh badan dan pikiran ku menjadi ringan. Ahh segarnya. Langsung kutengok jadwal esok hari. Ah ternyata hanya mata pelajaran yang biasa, langsung kurapikan dan kususun bukuku, lalu bergegas ke pangkuan kasur busa yang lembut.

Ku cek smarth phoneku, hanya Rangga yang kuminta kontak dan e-mail nya, karna hanya dia yang mau mengobrol dengan ku. Rangga mengirim ku sebuah e-mail, buat apa menge-mail ku malam-malam begini.

To               : ArmanR

Subject   :Natalia

Man, gue masih kepo sama Natalia. Kayaknya dia butuh bantuan kita deh. Apa jangan-jangan lo juga mikirin yang sama :D hahahaha. Tapi intinya lo mau kan bantuin gue buat nyelidikin natalia?

A MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang