Wawancara bersama Gerald adalah pengalaman yang tak bisa dilupakan. Dari mulai candaan, pelajaran, dan cerita yang diberikan Gerald semua meresap di hati dan pikiranku. Natalia hanya tertawa dan kegirangan melihat tingkahku bersama Gerald. Sepertinya Natalia sudah mengetahui kelakuan Gerlad ketika mewawancarai calon anggota teater. Rasanya seperti dikerjai dua kali secara bersamaan, sungguh menyebalkan.
"gimana Man? Kak Gerald asyik kan orangnya, hihihi..."
"lo gak ngasih tau dulu sih siapa Gerald ini."
"kan udah aku bilang kalo kamu bakal tau."
"setidaknya biar gue ada persiapan gitu."
Natalia tidak membalas perkataanku. Dia hanya kegirangan seperti mengejekku secara halus. Hey Natalia kenapa kau gembira sekali? Apa aku melakuakan hal yang aneh hingga membuat kelakuanmu tadi jadi berubah?
"hahaha, yang penting kamu udah selangkah lebih dekat dengan perubahan."
"iya..."
Seketika aku mengingat kembali janji yang kami buat di tempat kami bertemu pertama kali. Apakah aku akan mewujudkan janji itu? Tapi aku merasa jika aku bersama Natalia semua akan baik-baik saja. Sangat merepotkan yah jika kau melakukan hal yang tidak ingin kau lakukan.
"jadi, kamu habis ini mau ngapain?"
"menunggu acara penutupan.... mungkin?"
"nggak biasanya kamu lama di sekolah, biasanya kamu langsung pulang sehabis pelajaran terakhir."
"ngg... soal itu..." aku memalingkan wajah agar tak terlihat canggung di depan Natalia.
"baguslah jika hal itu ngak menggangu kamu."
"ngak kok aku menikmatinya.."
"..."
Entah kenapa Natalia agak sedikit kaget dengan perkataanku. Aku sempat melihat raut wajah natalia yang membesarkan matanya. Tiba-tiba dia melirikku dengan tatapan jahil.
Tunggu, apa aku salah mengucapkan kata-kata?
"hooo...."
"apa?"
"ternyata kamu bisa manis juga..."
AHH!? Aku baru sadar! Aku menggunakan kata "Aku" saat ngobrol bersama Natalia. Wahh aku tak bisa memahami kenapa hal itu bisa terjadi. Tiba-tiba saja perkataan itu terlontar dari mulutku. Seluruh tubuhku merasakan lemas dan malu yang luar biasa. Aku tak bisa mengendalikan tubuhku. Aku benar-benar salah tingkah di depan Natalia. Yang bisa kulakukan hanya memalingkan sekali lagi wajahku dan menunduk. Aku sangat malu sekali, siapapun izinkan aku untuk menutupi diriku ini!
"ahh...."
"biasanya kamu ngomong "loe" atau "gue" ke aku." Tanya Natalia sambil memegang dagunya.
"..."
"hihihi... kamu lucu deh."
Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya kembali menundukkan kepala agar Natalia tidak bisa melihat raut wajahku ini.
Dengan wajah tertunduk, Natalia mengajakku ke luar Audiotorium. Sekali lagi Natalia mengajak ke mesin snack yang berada tak jauh dari pintu masuk Audiotorium. Bedanya, sekarang Natalia mengajakku ke mesin minuman. Natalia mengeluarkan uang dari sakunya dan memasukan kode minuman. Suara mesin itu seperti suara ejekan kepada diriku karena selalu salah tingkah di depan wanita. Tak lama kemudian sebuah kaleng minuman keluar dari mesin. Natalia mengambilnya dan memberikannya kepadaku.
"nihh... minum dulu."
"ah.. biar gue gant—"
"eits, ckckc... gak perlu. Aku yang traktir."

KAMU SEDANG MEMBACA
A Message
Romance"Diam bukan berarti aku tak peduli dengan sikapmu, diam adalah bentuk perasaanku padamu." Ketika sebuah pilihan membuat suatu perasaan yang begitu kuat, sebuah pesan sangat sulit untuk disampaikan. kisah seorang anak SMA, Arman Radithya yang tidak...