12 - Ulangan

38 9 9
                                    


Pada akhirnya, Shifa pulang dibonceng Candra, kemudian Ceha mengiringi di belakang.

Sesampainya di rumah Shifa, terlihat mamanya menunggu di depan rumah dengan khawatir. Shifa pun langsung menghampiri mamanya dan menjelaskan apa yang telah terjadi.

Mamanya kemudian berterima kasih kepada Candra dan Ceha karena sudah mengantarkan Shifa dengan selamat. Ceha dan Candra langsung pamit pulang karena hari sudah semakin sore.

“Shifa, cepat sembuh ya,” ucap Candra lembut.

“Iya, makasih Can,” balas Shifa dengan senyuman.

Sedangkan Ceha sudah nyelonong pergi ke tempat motornya di parkirkan. Dia terlihat cuek dan tidak peduli.

Akhirnya Candra pamit dan mengejar Ceha yang sudah duluan.

“Woyy!” panggil Candra.

Ceha langsung menoleh, “kenapa?”

“Mampir ke warung depan bentar, gue laper,” pinta Candra.

“Kenapa gak makan di rumah lo aja sih?” dengus Ceha, hari ini moodnya sedang tidak baik.

“Bentar aja lah bro, lo sensi amat dah hari ini. Gue traktir deh,” bujuk Candra sambil merangkul bahu Ceha.

“Oke, sebentar.”




Tidak lama mereka sampai ke warung yang tidak jauh dari rumah Shifa. Warung kecil yang menjual makanan dan minuman ringan serta gorengan yang sudah sisa sedikit. Candra memesan gorengan dan minuman dingin, begitu pula Ceha.

Mereka duduk di meja yang menghadap ke jalan raya, sambil melihat kendaraan yang berlalu lalang, mereka menikmati gorengan yang sudah tidak terlalu hangat.

Suasana hening, terlihat masing-masing dari mereka memikirkan sesuatu sampai akhirnya Candra memulai pembicaraan.

“Ceha, lo dekat gak sih sama Shifa?”

“Gak juga, biasa aja sih, kenapa?”

“Ya gue pengen tau aja, kalau lo dekat sama dia kan gue bisa minta bantuan lo,”
“Bantuan apaan?”

“Yaa, lo tau kan gue suka sama dia, mungkin lo bisa bantu cari tau siapa yang lagi dekat sama dia atau orang yang dia suka gitu,”

Dia suka sama lo Can

“Nanti gue cari tau,” sahut Ceha.

“Thanks Sob, lo emang yang terbaik,” puji Candra sambil menepuk pundak Ceha.

Setelah gorengan mereka habis, Candra membayar makanan dan minuman yang tadi mereka pesan kemudian bergegas pulang kembali ke rumah mereka masing-masing.



Hari sudah berganti malam, langit tampak tenang, dengan bintang-bintang bermunculan dan udara yang berhembus menyejukkan hati. Shifa yang sempat beristirahat kini harus kembali mengerjakan tugas-tugasnya. Sakit seperti ini tidak membuat Shifa menjadi malas atau berniat untuk bolos.

Diambilnya buku matematika, kemudian Shifa mengerjakan tugasnya di meja belajar sambil mendengarkan musik menggunakan headset. Sesekali diliriknya jaket yang menggantung di pintu kamarnya yang tidak lain adalah jaket Ceha yang dipinjamkan kepadanya.

“Gue suka banget aromanya, serasa kaya dipeluk… ehh.. gak, gak, gak. Shifa bangun, itu jaketnya Ceha bukan Candra, ya kali lo dipeluk Ceha? Yang ada gue nanti cacaran!” gumam Shifa tidak jelas sambil menggelengkan kepala memperhatikan jaket yang menggantung itu.

Tapi setidaknya Shifa berterima kasih karena Ceha sudah berbaik hati meminjamkannya jaket. Dia bingung harus bagaimana mengembalikan jaketnya.

Rasanya sungkan kalau hanya mengembalikannya tanpa memberikan sesuatu.

ShifaNdraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang