13 - Dibelain

41 7 1
                                    


Ulangan dadakan yang meresahkan siswa sebelas ipa-4 pun sudah berakhir. Bu Rani memerintahkan Ceha dan Shifa untuk mengantar kertas jawaban ke ruang guru.



“Terima kasih ya, nanti sebelum pulangan hasilnya akan saya bagi. Sekarang kalian boleh kembali ke kelas,” ucap Bu Rani.

“Sama-sama bu,” jawab Shifa dan Ceha berbarengan.

Setelah itu mereka berjalan keluar dari ruang guru. Suasana di luar kelas masih cukup sepi karena bel istirahat kedua belum dibunyikan. Shifa dan Ceha berjalan pelan menuju kelas dengan langkah beriringan.

“Shifa,” panggil Ceha hingga membuat Shifa menoleh ke arah cowok itu.  Badan Ceha yang lebih tinggi harus membuat Shifa sedikit mendongak.

“Apa?” jawab Shifa.

“Masih sakit kah?” tanya Ceha yang tatapannya menuju ke arah lapangan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Shifa  dan terus berjalan pelan.

Shifa yang melihat itu mendengus sebal, “Lo kebiasaan deh, kalo ngomong sama gue gak pernah mau liat muka gue, gak sopan!” omel Shifa.

Ceha yang mendengar itu langsung refleks menoleh ke arah Shifa. Dia berhenti kemudian menghadapkan badannya ke arah Shifa. Dia merunduk sedikit hingga wajahnya sejajar dengan wajah perempuan itu.

Shifa yang terkejut, hanya bisa diam menatap wajah Ceha.

“Lo.. nga..pain?” Tanya Shifa gugup.

Ceha masih diam hingga beberapa detik kemudian dia menghembuskan nafas pelan dan tersenyum, “Lo bisa ngomel, artinya lo udah sehat.” Kemudian Ceha tertawa dan kembali berjalan.

Shifa yang terdiam di tempat langsung menghembuskan nafas kasar. Daritadi dia harus menahan kegugupannya.

Ceha ganteng ya tadi” ucap Shifa dalam hati, kemudian ia berlari kecil mengejar Ceha.

“Ceha tunggu!” teriak Shifa sambil berlari dan tidak sengaja menabrak siswa laki-laki yang baru saja keluar dari kelas.

Brukk

“Aduh sakitt,” rintih Shifa yang sudah jatuh terduduk di lantai.

“Kalo punya mata dipake! Buku gue jadi hamburan kemana-mana!” bentak siswa laki-laki itu.

“Maaf, gue gak tau kalau ada lo keluar dari kelas tadi,” ucap Shifa meminta maaf ke laki-laki itu.

“Gak peduli! Ambilin buku gue!” Siswa itu kembali membentak Shifa dengan angkuhnya dan sama sekali tidak terlihat merasa kasihan atau merasa bersalah.

Shifa hanya mengangguk kemudian berniat mengambil buku-buku yang berserakan di lantai. Ketika baru saja mengambil satu buku, tiba-tiba ada yang menarik tangannya pelan.

“Berdiri,” perintah Ceha sambil memegang tangan Shifa.

Kemudian Ceha mengalihkan perhatiannya ke siswa laki-laki tadi dengan tatapan tajam.

“Lo bisa gak, gak kasar sama perempuan?” tegas Ceha kepada siswa itu.

“Apa urusannya sama lo, gak ada kan?” balas laki-laki itu tidak mau kalah.

“Jelas ada, lo bentak dia, sama aja lo bentak gue!”

“Bacot, gue gak peduli, dia udah bikin buku-buku gue jatuh, kalau sampai rusak lo mau ganti?”

Ceha merasa geram mendengar omongan laki-laki itu. Tangannya sudah terkepal, ia memejamkan matanya sejenak untuk meredam emosinya. Setelah itu, Ceha kembali membuka matanya dan melangkah maju mendekati siswa laki-laki itu.

ShifaNdraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang