14 - Pilihan

87 7 4
                                    


Sejak sepulang sekolah Shifa tidak bisa berdiam diri, bahkan sekarang dia sedang mondar mandir di kamarnya sambil menggigiti kuku tangannya.

Shifa terlihat frustasi, terkadang dia tersenyum kecil namun tidak lama kemudian ekspresinya berubah menjadi datar sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Setelah merasa lelah sendiri, Shifa menghempaskan tubuhnya ke kasur berbarengan dengan ponselnya yang berbunyi. Shifa mengecek ponselnya dan terdapat pesan dari seseorang.


Candra Ikhsan

Weekend nanti lo ada waktu? jalan yuk


"Aaaaaa." Shifa membanting ponselnya lalu berguling-guling ke sembarang arah. Kini ia dilanda dilema, antara memilih jalan bersama Ceha atau jalan dengan Candra.

"Gue harus balas apa ini?" gumam Shifa.

Tidak lama kemudian kembali terdengar suara notifikasi di ponsel Shifa.


Ceha

gimana? mw gk jln sm gw?


"Aduh, kenapa chatnya barengan sih? gue harus gimana elah." Shifa mengacak rambutnya gemas.

"Ah, gak usah dibaca lah, pura-pura aja udah tidur." Shifa mematikan ponselnya kemudian memejamkan matanya hingga membawanya ke alam mimpi.




Esok harinya, di sekolah Shifa berusaha menghindari Ceha dan Candra. Shifa terus duduk di bangkunya dan pura-pura fokus dengan buku dihadapannya.

Selama istirahat pun Shifa tidak menegur kedua laki-laki itu. Shifa bergabung dengan geng Rafair di tempat mereka biasa berkumpul.

"Lo, kenapa keliatan galau gitu," ujar Rara sambil mengunyah snacknya.

"Siapa? gue?" tanya Shifa kembali.

"Ya iyalah, yakali mereka?" jawab Rara sambil mengarahkan dagunya ke Indy dan Indra.

Mereka berdua sedang asyik tertawa menonton drama korea di ponsel Indy. Wajah mereka berdua tampak menggemaskan.

"Hehe." Shifa ikut cengengesan melihat kelakuan Indra dan Indy sambil menggelengkan kepala pelan.

"Jadi apa alasan seorang Shifa bisa galau?" Rara kembali bertanya.

"Gue gak tau Ra, gue bingung sama perasaan gue sendiri," jawab Shifa pelan.

"Maksudnya gimana? coba deh jelasin ke gue."

Shifa pun menjelaskan apa yang terjadi. Mulai dari sifat Ceha yang mulai membuat hati Shifa goyah hingga Candra yang juga melangkah maju mendekati Shifa, dan itu semua terjadi secara bersamaan.

"poor Shifa." Rara tersenyum mengejek.

"Ih, Rara, lo mah gitu doang responnya." Shifa mengerucutkan bibirnya sebal.

"Shifa, lo itu pintar, lo yang paling dewasa di antara kita. Lo pasti tau harus ke mana arah hati lo," jawab Rara mantap.

"Yang bikin gue pintar itu otak Ra, bukan hati. Kalau masalah hati gue gak ngerti sama sekali."

"Lo ngerti Shifa, lo cuma butuh waktu supaya lo tau apa jawabannya. Lagian kan, lo udah lama suka sama Candra? bagus dong kalau sekarang dia mulai ngedeketin lo, jangan sia-siain!"

"Hmm, iya Ra. Gue mau ke toilet dulu ya, kebelet," ujar Shifa sambil berjalan menuju tangga.

"Gak mau ditemenin?" tanya Rara.

"Gak usah, gue sendiri aja." Shifa berjalan menuruni tangga menuju toilet utama.



Di toilet utama, toilet perempuan dan laki-laki saling bersebrangan namun pintu masuk utamanya hanya satu dan berada di tengah-tengah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ShifaNdraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang