chapter 5

4.1K 211 10
                                    

Aku mengerjapkan mataku menatap sekelilingku. Ah, kepalaku masih terasa pusing. Apa yang terjadi padaku? Apa aku baru saja terbangun dari tidurku? Kuharap jawabannya iya. Bertemu dengan kakak kelas yang resek itu, untung hanyalah sebuah mimpi.

Baru saja aku mencoba bangun dari pembaringan dan membuka mataku secara sempurna "woy" suara itu mengagetkanku dan membuatku terbaring kembali saat kusadari wajahnya sangat dekat denganku.

"Jadi bukan mimpi?" aku terlihat seperti orang yang bodoh dengan mengatakan apa yang ada di fikiranku.

Faisal berdiri merapikan bajunya seperti seseorang yang membanggakan dirinya "iya, gue tahu gue itu keren dan ganteng. Tenang aja, lo nggak lagi mimpi kok"

Idih, apa ia baru saja bermaksud bahwa aku tersepona, eh terpesona padanya? Aku bahkan menyesal bertemu dengannya ditambah tragedi yang menimpaku sejak tadi pagi "kege'eran" jawabku ketus.

"Udah deh nggak usah bohong. Tapi sorry ya! Gue nggk tertarik sama cewek kayak lo?"

"Apa sih? Emangnya siapa yang narik? Aku nggak narik kakak kok. See! Aku tidak melakukan apa pun, hanya berbaring disini"

Faisal memutar bola matanya jengah "nih anak, cetakannya kurang bahan. Padahal hampir sempurna"

"Cetakan? Aku lagi nggak buat ...."

"Sssttt" Faisal membekap mulut Roshni "kau selalu mempunyai jawaban aneh tahu nggak. Belajar dimana sih? Asalmu dari pedalaman ya?"

Roshni menggigit tangan Faisal "Arrrgghhh. Kau liar sekali. Mulutmu tidak beracun kan?"

"Nggak, tapi berbisa! Kakak tuh yang aneh. Ngomongin tertarik, cetakan, apa maksudnya? Orang tuaku mendidikku dengan baik dan aku juga menerimanya dengan baik. Nggak kayak kakak, mungkin udah di didik dengan baik tapi nggak diterima dengan baik"

"Jangan bawa-bawa orang tua deh"

"Resek!" Roshni diam memanyunkan bibirnya menatap ke arah lain.

***

Faisal Pov

Kulihat tangannya bergerak pelan, mungkin sebentar lagi ia akan bangun. Di otakku timbul rencana untuk menjahilinya. kudekatkan wajahku ke wajahnya, dan benar dugaanku. Matanya belum sepenuhnya terbuka, ia memegangi kepalanya, mungkin masih pusing. Ia mencoba untuk duduk, dan saat matanya hampir terbuka "woy!" ia terkejut. Jujur, ingin rasanya aku tertawa sekeras-kerasnya melihat ekspresi cewek dihapanku ini. Mata yang membulat sempurna dan tubuhnya yang terbaring kembali. Kurasa kejutanku membuat pusing di kepalanya sembuh. Apa dampaknya sebesar itu?

Setelah berdebat cukup panjang akhirnya aku berhenti bicara karena capek mendengar ocehan panjangnya. Entah secerdas apa cewek ini hingga ia selalu mempunyai jawaban setiap kali aku bicara. Walaupun jawabannya benar-benar membuatku tambah pusing. Sepertinya aku harus sering-sering mengajaknya berdebat seperti ini. Ada rasa kepuasan dalam hatiku saat berhasil membuatnya kesal.

"Bu Rina tadi datang lihatin lo, Katanya mau nambah hukuman lo dan lo harus menghadap ke bu Rina kalau udah merasa sehat"

"A...apa? Ditambah? Berarti kakak juga hukumannya di tambah dong"

"Menurut L?"

"El itu siapa?"

"Ya elah ..."

"Elah siapa? Aku nggak kenal"

"Bisa nggak sih dengerin orang ngomong sampai tuntas?"

"Ya ya maaf kak"

"Lupain tentang L tadi. Lo udah enakan belum?"

"Apanya yang enak, tadi kepalaku pusing, perutku juga kayak kerasa melilit gitu tiba-tiba semuanya gelap....."

"Woy, gue bukan dokter! Gue nanya apa lo udah merasa sehat! Bukannya nyuruh lo curhat"

"M...maaf, aku udah sehat kok"

"Yaudah sana ke bu Rina! Dia ada di ruang guru"

.............................................................

500 words 👏👏👏

Heart Attack | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang