chapter 7

3K 173 2
                                    

"Ain dan Gain. Tidakkah kau berfikir mereka berdua mempunyai nama yang berasal dari pasangan huruf hijaiyah itu?"

.............................................................

Faisal Gibran POV

"Jadi ini alasan Ibu memanggil saya kesini?"

"Tidak, Ibu baru saja memikirkan itu. Memangnya kenapa Faisal Gibran? Berhentilah membantah ucapan gurumu!"

"Huft!" aku hanya mendengus kesal. Dalam satu hari ini harus terus bersama cewek pembawa sial ini. Bagaimana aku tidak menyebutnya cewek pembawa sial? Gara-gara dia, semua alat praktekku pecah belah. Aku dihukum menghormati tiang bendera, itu juga karena dia. Setelah pingsan, aku juga yang harus jagain dia. Ke koperasi pun harus sama dia lagi.

"Oh Tuhan, ku cinta Rena. Kusayang Rina, rindu Rani dapatnya Roshni" tiba-tiba saja lagu itu keluar dari mulutku yang mendapat tatapan tajam dari ketiga orang yang berjenis kelamin perempuan itu.

"Ih" Roshni mencubit lenganku dengan keras. Untung saja aku masih memakai jas lab, kalau tidak sudah kupastikan akan meninggalkan bekas.

"Apa sih?" ucapku mengusap-usap lenganku.

"Kalian masih mau disini? Ayo sana beli peralatan sebelum koperasinya tutup!" ucap Ibu Rena. Lalu aku menyalami tangan Ibu Rena dan juga Ibu Rani

***

Author POV

"Kak Rena"

"Iya Rina?"

"Ainiyah dan Gibran"

"Kenapa dengan mereka? Kau akan memanggil anak-anak itu dengan nama yang kau sebut tadi?"

"Bukan"

"Lalu?"

"Ain dan Gain. Tidakkah kau berfikir nama mereka berasal dari pasangan huruf hijaiyah itu?"

"Kau benar Rina. Aku tidak berfikir kesana, guru matematika memang bagus cara pemikirannya. Kurasa wajah mereka juga sedikit mirip"

"Iya kak, kata orang muka-muka jodoh gitu"

"Ah sudahlah, kita teruskan pekerjaan kita!"

***

Roshni dan Faisal berjalan menuju koperasi dengan Faisal yang berjalan di depan dan Roshni mengikut di belakang. Senyuman tidak pernah hilang dari wajah Roshni sambil memperhatikan kain putih yang masih terbungkus plastik itu.

Faisal berhenti di depan sebuah ruangan yang cukup besar dan berhenti berjalan tepat di depan ruangan itu. 'Brugh' Roshni yang sedari tadi hanya memperhatikan kainnya menabrak Faisal yang berhenti di depannya.

"Woy, punya mata nggak sih?"

"Iya punya"

"Matamu dua kan? Apa yang satunya berfungsi?"

"Tentu saja. Kenapa kakak menanyakan itu?"

"Coba hitung berapa matamu!"

"Satu, dua" ucap Roshni sambil menunjuk matanya berurutan

"Satu tambah dua berapa?"

"Ya tiga lah. Pertanyaan anak SD begitu masa kakak tidak tahu"

"Berarti matamu ada tiga hahahah" tawa Faisal geli sendiri

"K..kok bisa sih?" ucap Roshni panik memegangi seluruh wajahnya, mungkin mencari mata ketiganya yang membuat tawa Faisal semakin kencang.

"Ya ampun anak ini" Faisal berusaha mengontrol tawanya agar segera berhenti.

"Mataku ada dua kak. Bukan tiga!"

"Coba hitung lagi!"

"Nggak, nanti kakak bilang lagi satu tambah dua itu tiga"

"Ya emang bener kan?"

"Iya sih. Tapi mataku ada dua"

"Apa kau tidak akan berhenti membahas hal itu?"

"Pokoknya ya kak. Mataku itu dua!"

"Iya iya. Ini udah jam 16.00 emang nggak mau pulang kamu? Ayo cepat masuk! Koperasinya tutup 16.30"

Tanpa aba-aba Roshni langsung masuk dengan wajah cemberut karena ledekan Faisal tadi "Ain!"

"Panggil aku Roshni!" Roshni menoleh ke Faisal

"Terserahlah! Aku hanya menuntut pertanggung jawaban"

"Apa aku menghamilimu sampai kau menuntut pertanggung jawaban?"

"Oh ya ampun. Aku tidak ingin tertawa lagi, perutku sakit. Berhentilah melawak!"

Roshni membuka mulutnya lebar tidak percaya Faisal mengatainya pelawak. Mulutnya sudah bergetar ingin mengeluarkan kutukan atau sumpah serapah dari mulutnya namun ia tahan dengan menghembuskan nafasnya beberapa kali kemudian menampakkan senyumnya segera berbalik masuk ke dalam koperasi.

.............................................................

Udah 7 part masih hari pertama sekolah aja 😂😂😂

Diriku juga heran sih

Kalau bisa tekan 🌟 aja. Nggak usah baca 😇

Heart Attack | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang