chapter 6

3.2K 183 7
                                    

Terima kasih sebelumnya atas komen yang membangun dari mmm aku belum tahu cara ngetag orang 😭😭😭

Seseorang ajarilah aku, dihajar juga nggak papa asal dapat ajaran. Daku masih sangat polos di dunia orange ini 🙏🙏

____________________________________

  "Butuh bantuan?" suara lirih tapi terdengar tulus itu berhasil membuatku menoleh padanya saat aku sibuk mencoba bangkit dari pembaringanku.

"Eh, nggak usah kak. Aku bisa sendiri"

"Kufikir kau ingin kubantu, soalnya tujuan kita sama. Bu Rina dan Bu Rena satu ruangan, mereka bersaudara. Bu Rena juga menyuruhku menghadap setelah kau sadar. Aku duluan!" langsung saja dia keluar dari UKS. Apa-apaan ini, bukannya bantuin malah ditinggalin. Tapi kan, bukannya aku udah nolak ya tadi. Dasar Roshni bodoh.

Dengan melangkah pelan aku melewati koridor sekolah menuju ke ruangan Ibu Rina yang berada tidak jauh dari kantin. Sebelum aku melangkah masuk, samar-samar kudengar suara seorang wanita yang sepertinya sedang marah.

"dimana anak perempuan itu? Bukannya Ibu menyuruhmu datang bersamanya?"

"Ibu, saya sudah menawarkan untuk membantunya tapi dia tidak mau. Saya nggak boleh maksa orang dong Bu"

"Ngebantah lagi kamu! Ngebantah lagi!"

"Jadi saya nggak berhak membela diri nih Bu?"

"Diam Faisal!!!"

Ohhoo, jadi kakak itu namanya Faisal. Aku dengar suaranya memang mirip kakak tadi, jadi aku bikin kesimpulan sendiri namanya kak Faisal. Itu yang marah Bu Rina bukan sih? Ah, Ibu Rina suranya lembut. Nggak kayak gitu, itu pasti Ibu Rena.

Aku mengetuk pintu lalu masuk, pandangan Ibu Rena, Ibu Rina dan juga kak Faisal mengarah padaku. Aku jadi salah tingkah kalau sudah jadi pusat perhatian seperti ini. Segera kulirikkan wajahku ke Bu Rina yang tampak tersenyum sumringah. Kuharap ibu Rina tidak akan menambah hukumanku seperti yang dikatakan kak Faisal tadi.

"Ainiyah Roshni?"

"I...iya Bu, saya"

"Ayo mendekatlah!"

Dengan ragu-ragu aku mendekat ke Ibu Rina. Ia tampak mencari sesuatu dibalik meja itu dan seketika raut wajah takutku berubah menjadi bahagia. Ingin rasanya aku berteriak sekencang-kencangnya karena bahagia.

"Kebetulan Ibu adalah wali kelasmu, jadi Ibu yang membagikan kain jas lab ini" kain putih cemerlang masih terbungkus di dalam plastik bening itu benar-benar benda yang sudah aku tunggu-tunggu "ingat Roshni, minggu depan sudah harus jadi!"

"Besok juga pasti akan jadi Bu. Tenang saja!" ucapku dengan bersemangat.

"Ck, yakin sekali. Memangnya kau mau jahit sendiri?" suara kak Faisal membuatku benar-benar ingin mencakar-cakar wajah tampan yang tak setampan hatinya itu. Padahal aku sedang bahagia saat ini dia malah sempat meledekku lagi. Aku sumpahin dia jadi jodohku nanti.

"Lihat saja nanti. Kakak tidak tahu apa-apa tentang diriku"

"I don't know and i dont care"

Segera kupalingkan wajahku kembali ke Bu Rina yg tampak sedang mencatat. Aku mengerutkan dahiku bingung "nah Roshni. Tadi guru praktek farmasi masuk ke kelas dan memberitahukan alat-alat praktek yang harus dibeli. Ini catatannya, semua harus lengkap karena besok Ibu Fatimah akan mengeceknya"

"Dimana aku bisa membelinya Bu?"

"Pfffttt, hhahahahaha" tawa kak Faisal pecah, kenapa dia tertawa? Hanya Allah yg tahu dan dirinya sendiri.

"Berhubung karena alat-alat praktek Faisal juga pecah semua maka Faisal akan mengantarmu untuk beli alat praktek" ucap Ibu Rena

"Uhhuk uhhuk" ada apa dengannya?. Tadi tertawa sekarang malah batuk-batuk. Keselek ludah sendiri mungkin. Lebih baik lagi kalau lidahnya itu ketelen masuk ke kerongkongannya. Dasar cowok resek.

"Tapi..."

"Aku setuju. Wah kak Rena, usulanmu sangat bagus" sahut ibu Rina

.............................................................

Ngetik 500 kata capek loh 😰. Sampai segini ajalah dulu. Lagian yang baca gue sendiri. Jadi bebas
Muahahahahahahah 😂😂😂

Heart Attack | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang