Setelah selesai persidangan yang melelahkan,
Mereka sudah berada didalam mobil, posisi Kit berada di kursi penumpang depan, dimana disamping ada Ming yang memegang kemudi stir.
Phana, Jo dan Wayo duduk dibelakang.
"Kit, aku membawa barang-barangku kedalam mobilmu." ucap Phana,
Lalu Kit menoleh kebelakang, "Aku tinggal bersamamu malam ini."
Lalu Ming menengok ke kaca spion diatas, memantulkan cahaya wajah Phana yang kelelahan.
"Silahkan ai Phana, Jo dan Wayo pun tinggal bersama kami, keberatan jika banyak orang disana?" tanya Ming.
"Lebih baik daripada aku mempunyai ruang untuk sendiri tapi rasa neraka." ucap Phana, menopang dagu lancipnya diatas telapak tangannya, kembali membuang muka, beralih pandang ke arah luar jendela mobil.
Dia mengambil nafas panjang. Sudah cukup lama dia tidak dapat beristirahat dengan pikiran tenang,
Masalah ini masih belum mendapatkan jawaban,
Lalu Ming melipir ke ketepian hendak mengisi bahan bakar untuk mobilnya,
Phana masih engga melihat ke segaka arah, dia masih ingin menikmati kesendiriannya, paling tidak dia bisa bersantai sesaat melihat pemandangan disebrang pom bensin,
Hutan belantara, dimana malam itu sudah berkabut, dingim, gelap dan sunyi.
Satu tangan anak remaja menepuk tangan Phana,
Dia membuat pergerakkan.bahasa isyarat,
Kit pun tertarik memutar tubuhnya kebelakang, sedangakan posisi Ming yang sedang berada diluar.
"Aku melupakan sesuatu, aku lupa mengatakannya tadi pagi disaat sidang berjalan---
Aku yakin betul ada sesuatu disana, selain layar televisi di ruangan itu yang menyala dua orang dewasa bertelanjang bulat."
Kemudian, wajah Phana terdiam, terpaku, mata nya membelalak. Nafasnya berat, seberat beban pikul yang ada dipikirannya,
Wajah Phana memang kelelahan, tidak kalah dengan reaksi Kit saat ini, dia memaku,
Dan memandang wajah Phana penuh arti.
Sekarang Phana beralih ke wajah Kit.
Mereka berdua mempunyai pikiran yang sama.
Mereka punya ide gila yang sama.
Mereka harus melakukannya malam ini juga.
***
-Restaurant Jepang-
Terlihat ada dua pria dewasa disana, mereka seperi sudah saling mengenal.
"Saya mengundang anda ke tempat ini hanya ingin sedikit berbincang, ingin membicarakan hal penting." ucap satu orang dewasa disana. Duduk berada di bantalan warna merah.
"Langsung saja Pak, apa yang ingin anda bicarakan?" ucap si pria dewasa satu lagi duduk diatas bantalan warna hijau. Dimana seseorang yang duduk disana sedang menuangkan minuman ke dalam gelas untuknya.
"Saya ingin membicarakan mengenai hal ini, mungkin anda sudah tahu apa yang saya maksudkan."
"Maaf saya tidak bisa menerima hal ini dengan mudah."
"Kita sudah sama-sama tahu, aku hanya meminta untuk memperingan."
"Apa timbal balil untukku?"
"Seperti yang aku tahu dari anak buahku, kau sedang membutuhkan uang lebih untuk pendidikan anakmu, dan dengan senang hati bagi kami memberikan suka rela kepada anak anda." si pria dewasa duduk diatas bantal merah.
"Aku tidak berjanji, tapi akan aku pertimbangkan."
Kedua pria dewasa tadi saling mengacungkan kedua gelas ditangannya. Dan di satukan di atas langit, ditengah diatas meja dengan suara hentingan kedua gelas bersatu.
***
-Hagrid School-
Dua pria dewasa berjalan pelan menaiki tangga. Mereka masing-masing membawa senter untuk menerangi jalan.
Lorong itu gelap, bahkan jalan menuju tangga pun gelap.
Phana dan Kit berjalan pelan-pelan, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara, apalagi kecurigaan.
Disana sepi. Hanya suara jangkrik dan hembusan angin malam.
Phana dan Kit berhasil berjalan melewati lorong,
Mereka mendekati satu tempat yang menjadi tujuannya.
Ruang kepala sekolah.
Pintu itu berhasil dibobol Kit, pintu dapat dibuka.
Mereka berdua berhasil masuk ke dalam ruangan itu. Mata mereka mulai bergerilya,
Mata mereka menjelajah seisi ruangan.
Satu orang yang menemukannya lebih dulu.
Phana berdiri tepat di center ruangan. Berbeda dengan posisi Kit yang berada di belakang meja.
Tiba-tiba,
Flashback bayangan liar Phana muncul dikepalanya,
Karena sudah kelelahan, Phana memancarkan aura kegelapannya.
Kit menoleh ke arah Phana, dimana Phana masih berdiri di posisi awalnya belum berubah,
Kit melihat, kepala Phana mendongak keatas, menatap langit atap dengan mata menyalang,
Kit mengikuti arah pandang Phana, disitu mereka saling menatap, mereka menemukannya,
Bukti satu-satunya,
Yang akan membuat si pelaku terkurung dalam penjara.
Satu-satunya!
Bulatan hitam yang menempel di atas atap, dengan sinar cahaya merah apabila ruangan itu gelap.
Kit bukannya tersenyum, Phana pun begitu.
Bagaimana seorang kepala sekolah melakukan kegiatan panas itu dengan dalam keadaan sorotan bulatan hitam diatas atap.
Si pelaku bukan hanya saja Seorang yang GILA!
Tapi sudah di dalam kategorikan, Seorang Psikopat!
Sengaja berbuat hal itu dengan alam bawah sadar bahwa seseorang lain dibalik layar itu akan menontonnya dengan jelas.
Mereka sungguh tidak waras!
Kit dan Phana, tidak perlu berlama-lama, mereka pergi dari ruangan kepala sekolah,
Menghampiri ruangan yang berada di lantai tiga, mengambil cepat bukti satu-satunya yang dimiliki mereka,
Jo dan Wayo.
CCTV.
***
23.00
-Kantor Pengacara OD-
"Bagaimana Pak, apakah ini membantu mu untuk sidang akhir besok?" tanya Kit to do point.
"Iya, akan aku persiapkan untuk besok, kerja bagus Pha Kit." ucap Pengacara OD.
Bersambung,
Follow vote komen ya
Two last chapter
YOU ARE READING
The Emotional Unvieled [PhanaWayo]
Mister / Thrillerauthor mau buat cerita ber genre psikologi mental, Dan kali ini penulis memakai Phana dan Wayo sebagai dua peran utama di cerita ini. Synopsis : Wayo anak yatim piatu, sekolah menengah atas, di sekolah terbuka. Seorang Guru SMA bernama Phana, terjeb...