delapan

779 94 19
                                    

Tania tersenyum puas saat menatap hasil perbaikan nilai ulangan Matematikanya. Semua memang berkat Iqbaal, namun harus diingat bahwa Iqbaal tidak mengikhlaskan begitu saja jerih payahnya mengajari sang adik harus dibayar dengan upaya Tania membuat sahabatnya, (namakamu) percaya bahwa Iqbaal benar-benar sayang dan cinta terhadapnya. Dengan demikian agar (namakamu) lebih memilih untuk bersama Iqbaal yang sudah pasti mencintainya ketimbang Irzan yang belum tentu memiliki perasaan lebih terhadapnya.

Ditatapnya juga (namakamu) yang tak kalah bahagianya. Ya, mereka berdua mendapat nilai perbaikan yang bagus—walau mereka sadar pada akhirnya nilai yang mereka dapatkan nanti adalah nilai yang pas dengan kriteria ketuntasan minimal.

"Setidaknya beban tentang ulangan harian sudah sedikit berkurang." Ucap (namakamu) pada Tania. Dan direspon dengan anggukan oleh gadis itu.

Bel istirahat berdering, Tania dan (namakamu) bersiap untuk pergi ke Kantin seperti rutinitas mereka berdua. Di perjalanan menuju Kantin, (namakamu) dan Tania mengobrol. Tania yang kembali kepikiran tentang imbalan untuk Iqbaal mulai membuka obrolan.

"Ehm, (nam). Gimana nih hubungan lo sama kak Irzan?"

(Namakamu) menatap Tania, "Ya nggak gimana-gimana sih. Biasa aja, terakhir kali chat pun udah lama banget kayaknya."

"Kok gitu?"

(Namakamu) mengangkat bahunya tanda tak tahu. "Nggak mungkin 'kan kalo gue harus chat dia duluan dan cari topik biar chat terus?"

Tania mengangguk ragu, "Iya juga sih. Yaudah lah kalo kayak gitu, mending lo sama kakak gue aja (nam). Dia kayaknya tulus sayang sama lo."

Seketika (namakamu) merasakan bahwa ada apa-apa yang terjadi pada Tania. Kesannya seperti sahabatnya itu juga mempunyai perasaan lebih ke Irzan.

~ C H S I ~

Kata-kata dari Tania terus terngiang di telinga (namakamu). Entah mengapa dirinya jadi curiga terhadap Tania, tak heran 'kan di zaman seperti sekarang sahabat sendiri malah menikung. Walau Irzan belum resmi menjadi miliknya, wajar saja apabila (namakamu) merasa cemburu.

Setelah Tania mengatakan itu, (namakamu) menjadi agak merubah sikapnya. Lebih cuek dengan Tania, namun nampaknya cewek itu tidak paham dengan apa yang dirasakan (namakamu). Bahkan untuk saat ini, (namakamu) yang biasanya selalu chatting di malam hari bersama Tania untuk mengobrolkan apa saja yang layaknya diobrolkan oleh sahabat yang terdiri dari anak remaja kini sengaja tidak membalas chat masuk dari Tania yang menanyakan PR untuk besok sudah dikerjakan atau belum.

(Namakamu) malah menjatuhkan tubuhnya pada springbed miliknya dengan tatapan fokus ke hp. Entah dorongan darimana, tangannya mencari kontak Irzan yang sudah ia tambahkan lewat aplikasi Whatsapp.

Pupil matanya melebar saat mengetahui Irzan tengah online di Whatsapp dan entah mengapa ia jadi merindukan saat-saat ia chatting bersama Irzan. Kebingungan kini melandanya, antara otak dan hatinya kini berlawanan. Rasanya ingin ia terlebih dahulu mengirimkan pesan ke Irzan. Saat otaknya mengatakan tidak usah, namun hatinya memilih iya. Dan pada akhirnya, kegengsiannya terkalahkan.

'Kak, gimana kabarnya?'

Sedikit basa-basi memang, namun hal itu dilakukan (namakamu) untuk kembali dekat dengan Irzan. Sambil menunggu balasan dari chat Irzan, (namakamu) beralih ke Instagram. Melihat beberapa postingan dari teman satu sekolahnya. Namun, rasa penasarannya terlalu besar hingga kemudian ia memilih untuk kembali lagi ke Whatsapp, mengecek aktivitas Irzan.

Terasa seperti diremuk hatinya saat mengetahui Irzan sudah meninggalkan Whatsapp baru saja, beberapa detik yang lalu. Namun Irzan meninggalkan Whatsapp tanpa memperdulikan chat masuk dari (namakamu).

Curahan Hati Seorang Iqbaal ❌ CHSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang