tujuh belas

492 82 3
                                    

Ini bukan hari libur, dan itu adalah kenyataan terburuk yang didapat (namakamu) di pagi ini. Ia tidak bisa melawan keinginannya untuk tidur lagi setelah alarm berbunyi pada pukul 5 pagi. Yang menandakan bahwa ia harus segera bergegas untuk bersiap dan pergi ke sekolah.

(Namakamu) beranjak dari tempat tidur dengan kondisi mata yang masih terpejam. Rasanya seperti ada lem yang merekat di kelopak matanya hingga susah sekali untuk dibuka. Ia pun terus berjalan masih dengan mata terpejam, hingga akhirnya...

Brak!

"Aduh!" Seketika disusul dengan matanya yang langsung terbuka dan tangan yang mengusap-usap jidatnya. Untuk kesekian kalinya, ia lupa bahwa pintu kamarnya masih dalam kondisi tertutup.

Hampir 60 menit ia habiskan untuk mandi, mengenakan seragam, dan memoles wajahnya dengan bedak tipis disertai dengan sentuhan lip balm pada bibirnya.

"I'm ready!" Ucapnya dengan kedua tangan terkepal yang diangkat.

Setelah memastikan bekal makanannya sudah berada di tas, saatnya ia mengecek hpnya. Terakhir saat pulang dari bertemu Irzan, (namakamu) sudah tak bisa menahan kantuknya lagi. Dan jadilah ia sudah tenggelam dalam alam bawah sadarnya tanpa mengecek hp-nya terlebih dahulu.

'3 panggilan tak terjawab dari Iqbaalcuu❤'

Alisnya bertaut sambil menatap notifikasi yang tertera di layar hp-nya. (Namakamu) sendiri tak mengerti kenapa bisa ia merasa sangat bersalah karena mengabaikan tiga panggilan dari Iqbaal semalam.

Dan sekarang, ia berjanji akan menemui Iqbaal saat di Sekolah nanti serta menjelaskan penyebab ia tidak menjawab panggilan tersebut.

Sebelum pergi, ia mengirimkan pesan kepada Iqbaal yang menyatakan ajakan untuk bertemu dengannya saat waktu istirahat tiba.

~ C H S I ~

"Jangan diem gini terus dong! Sebenernya kamu kenapa?" Lirih (namakamu).

Iqbaal memang menepati janjinya untuk menemui gadis itu, tetapi sejak tadi tepatnya ketika (namakamu) selesai mengutarakan penyebab ia tidak menjawab panggilannya, Iqbaal sama sekali tidak menyahuti ucapan (namakamu).

"Kak!" Panggilnya lagi. Keduanya sejak tadi sudah berhadapan disertai dengan keheningan yang melanda.

Masih tidak ada sahutan. (Namakamu) mulai geram, dan berniat untuk meninggalkan Iqbaal. Tapi sebelum itu ia ingin mengatakan sesuatu kepada Iqbaal.

"Kalo ada masalah tolong dong diceritain, jangan kayak gini. Aku nggak suka. Apa ini cuma karena aku nggak jawab telpon kamu semalem? Tolong jawab Kak!"

Sementara itu, dibalik diamnya Iqbaal merasakan 'perdebatan' antara akal dan hatinya. Seolah akalnya mengatakan bahwa, "sudah, tinggalkan saja. Ia tak pantas untukmu."

Namun hatinya berkata, "kau tidak boleh terlalu cepat mengambil keputusan. Kau masih mencintainya bukan? Maka, tidak perlu meninggalkannya sekarang."

Merasa capek karena terus menyaksikan perdebatan tersebut, ia akhirnya memilih untuk angkat bicara.

"Maafin aku..."

Dan (namakamu) yang berada di depannya kini masih menunggu kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan Iqbaal.

"Aku mau kita..pu...tus."

Bagai disambar petir di siang bolong, jelas (namakamu) sangat kaget mendengar penuturan cowok itu.

Dengan segera ia bertanya disertai air yang menggenang di pelupuk matanya, "kenapa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Curahan Hati Seorang Iqbaal ❌ CHSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang