sembilan

748 93 10
                                    

"Gue pengen minta kontaknya Tania."

"Hah?"

Irzan mengangguk ragu, "Lo temen akrabnya 'kan?"

(Namakamu) terdiam, tidak menjawab pertanyaan Irzan. Ingin rasanya ia menangis saat ini juga di hadapan Irzan agar cowok itu mengerti bahwa ia mencintainya.

"(Nam)?" Irzan melambaikan tangan kanannya tepat di depan wajah (namakamu) bertujuan agar gadis itu tersadar dari lamunannya.

Sebenarnya jelas (namakamu) tidak sedang melamun. Melainkan ia hanya meratapi rasa sakit yang kini menjalari hatinya. Ternyata jatuh cinta dapat membuat bahagia, namun juga dapat membuat sakit yang tiada tara.

(Namakamu) mengeluarkan hp dari sakunya. Memasukkan password dan kemudian meng-klik kontak dan mencari nama Tania. Selanjutnya, ia menyerahkan hpnya yang masih menampakkan nomor ponsel Tania tadi.

Dengan sigap, Irzan menerima hp yang diserahkan oleh (namakamu). "Makasih," ucapnya setelah selesai menyalin nomor ponsel Tania.

(Namakamu) mengangguk, kemudian bertanya "Udah nggak ada yang perlu dibicarain lagi 'kan Kak? (Namakamu) pergi dulu ya."

Tanpa menunggu jawaban dari Irzan, (namakamu) segera keluar dari Perpustakaan dan berlari menuju kelasnya dengan perasaan yang tidak dapat digambarkan.

~ C H S I ~

Setelah memasuki kelas, (namakamu) duduk di bangkunya dan menutupi wajahnya dengan tumpukan tangannya di meja. Air mata mulai membasahi pipinya disertai dengan erangan kecil yang terus berusaha ia tutupi. Beruntung suasana kelas saat ini sepi, tak ada seorangpun disana dan itu membuat (namakamu) agak lega saat ia ingin menumpahkan perasaannya.

Ia tahu, dan sadar. Tidak ada hak baginya untuk melarang Irzan dekat dengan siapapun, termasuk sahabatnya sendiri. Namun, entah mengapa rasanya begitu sesak dan jelas ia tidak dapat berbuat apapun.

Selang beberapa menit kemudian, satu-persatu temannya sudah mulai kembali ke kelas karena sudah diperkirakan bel tanda berakhirnya istirahat akan dibunyikan. Termasuklah juga Tania, gadis itu datang dan kemudian duduk di sebelah sahabatnya untuk sekedar menawarkan jajanan kesukaannya dengan (namakamu) untuk di makan bersama.

"Cemberut banget, kenapa nih?"

(Namakamu) hanya terdiam, sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan Tania. Sedangkan Tania yang merasakan adanya keanehan pada diri sahabatnya tersebut makin penasaran. Ia bahkan terus bertanya tentang apa yang terjadi pada (namakamu).

"Lo kenapa sih (nam)? Nih gue ada bawain keripik singkong balado kesukaan kita. Makan bareng yuk!" Ucap Tania sambil menyodorkan sebungkus keripik singkong balado yang ia beli di Kantin kepada (namakamu).

Lagi, (namakamu) tetap tidak merespon. Bahkan gadis itu tetap fokus pada tatapannya ke depan dan tak berniat melihat ke arah sahabatnya tersebut. Tania yang melihat ini tambah penasaran dan juga terselip rasa kesal terhadap (namakamu) karena gadis itu tetap bersikeras menutupi apa yang terjadi padanya.

"Badmood ya lo?" Tanyanya lagi pada (namakamu).

"Penting banget ya buat lo tahu?"

Setelah mendengar jawaban yang hanya berisi satu kalimat dari (namakamu) yang kini melukai perasaannya. Ini bukanlah (namakamu) yang ia kenal. (Namakamu) yang ia kenal adalah sosok gadis yang periang, ramah, paling bisa menghargai perasaan orang. Tapi yang baru saja terjadi? Ia justru terlihat berbanding terbalik dengan sikapnya yang biasa.

"Lo kenapa sih (nam)? Cukup kasih tau ke gue kalo lo itu kenapa biar gue ngerti. Secara mendadak lo berubah 360 derajat dari yang sebelum istirahat tadi. Sekali lagi gue tanya, lo kenapa?" Tegas Tania pada (namakamu) dengan penekanan di akhir kalimat yang ia ucapkan.

Curahan Hati Seorang Iqbaal ❌ CHSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang