Bab 2

125 3 0
                                    


"Diammu adalah Tanyaku"

***

"Cepet Katakan!?" Emosi Senja sudah memuncak.

Pikirnya, Dari tadi Aditya menyita waktu Senja. Dia benci berada disekitar cowok ini terlalu lama, Dari tadi yang dilakukan cowok itu hanya mengulur-ulur waktunya saja. Senja bahkan belum mengisi perutnya sama sekali Akibat panggilan  mendadak oleh Kepsek dan sekarang malah ditahan Aditya.

"Sabar, Lo jadi cewek gak sabaran banget," Cerca Aditya dengan mimik dongkol. Senja hanya menggerakkan bola mata keatas dengan bibir yang ditekuk kearah bawah.

" Syarat 1: Lo boleh ngajar gue setiap jam 4 terserah dimanapun gue nyuruh lu datang. Syarat 2: Lo gak berhak nanya kenapa gue ngajuin syarat itu. Syarat 3: Datang saat gue mau belajar aja, Selebihnya lo gausah nampakin wajah lo."

Senja Mengangguk Paham, dia ingin ini cepat berakhir, lagipula perutnya terus memberontak ingin segera diisi.

"Ada Lagi?" Tanya Senja mulai Lelah.

"Gak." Kata Aditya singkat, Setelah itu Aditya berjalan dengan langkah lebar dengan Satu Tangan dikantong Celana SMAnya.

Senja menatap Punggung Cowok Tegap Itu dengan Raut wajah Datar. Senja tidak habis pikir pada Aditya, Seharusnya Cowok itu memiliki kepandaian sesuai dengan namanya. Namun, Nama tidak bisa menjadi Tolak Ukur dari Kepribadian seseorang.

***

Sekarang Senja sudah duduk di bangku taman sekolah dengan melahap bekal makan siangnya.

Ya! Inilah Keseharian Senja, gadis kecil berlesung pipi ini, bukan tidak mau makan dikantin, Hanya saja, Dia memilih menyimpan uang jajannya untuk ditabung agar kelak dapat membelikan ibunya sebuah kursi roda baru. Sebab kursi roda yang dipake ibunya Sudah rusak sejak dua tahun belakangan ini, ibunya hanya memakai tongkat, Makanya senja selalu menyisihkan uang jajan dari hasil jualan kue pesanan ibunya dan hasil mengajar tambahan di luar sekolah.

Senja menutup tempat bekal yang sudah tandas dimakan olehnya. Setelah itu, Dia minum dari botol yang dibawanya dari rumah. Kemudian, dia memasukkan dalam tasnya kembali.

Senja Menatap lurus kedepan dengan pikiran yang berkelana pada kejadian tadi, Andai saja dia seperti Aditya yang gampang mengeluarkan lembaran duit seratus ribu pasti ibunya tidak akan semenderita  sekarang menggunakan tongkat, Senja bisa membeli kursi roda yang bagus untuk ibunya.

Aditya, Cowok itu, tidak mengerti bagaimana susahnya mendapatkan duit bahkan hanya lima ratus rupiah saja. Oleh karena itu, dia bisa memperlakukan Senja dengan sesuka hati menggunakan uang yang dimilikinya.

Jika saja Senja tidak mempunyai hutang balas budi pada pak wongso, kepala sekolahnya, Senja tidak akan mau disuruh mengajari anak pemalas seperti Aditya.

Senja berdiri, mengambil kotak bekal berwarna biru polos dan juga botol air minum berwarna senada dengan kotak bekalnya, dia menarik langkah menyusuri koridor sekolahnya.

Beberapa murid yang ditemui Senja Di sepanjang koridor sekolah pasti  akan menyapanya, Mereka adalah orang-orang yang pernah dibantu oleh senja mengerjakan pelajaran yang menurut mereka sangat sukar untuk mereka pahami.

Senja memang dikenal sebagai murid Cerdas, Ramah, dan Suka menolong. Akan Tetapi tidak semua dari mereka menyukai senja.

Tak jarang ada yang terang-terangan menyindirnya dengan sebutan si gadis miskin yang tebar pesona, sok pintar dan cari muka.

Senja bukanlah miss populer yang disenangi semua temannya, dia hanya gadis sederhana dengan kemampuan yang sedikit lebih baik dari teman seusianya, Seperti itulah yang ada dalam isi kepala Senja.

Heart Shot (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang